CONTOH SKRIPSI KUANTITATIF DENGAN JUDUL PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI ALFAMART PONDOK INDAH 2, JAKARTA SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1           Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin tajamnya persaingan, khususnya dalam pengelolaan unit perusahaan. Hal ini ditandai dengan munculnya perusahaan yang menawarkan kualitas pelayanan yang berkualitas dalam pemasaran. Untuk mengatasi ketatnya persaingan dalam pemasaran maka salah satu upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan menyesuaikan harga. Perusahaan berusaha menetapkan harga yang bersaing sehingga dapat meningkatkan volume penjualan di PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart).

Pada dasarnya tujuan mendirikan perusahaan adalah mencari laba semaksimal mungkin. Keb erhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam melakukan kualitas pelayanan dan harga yang diharapkan, akan mampu mengatasi tantangan dari para pesaing terutama dalam bidang pemasaran. Karena itu, untuk menarik konsumen melakukan pembelian maka perusahaan harus bisa menerapkan suatu strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi pasar yang dihadapi. Keberhasilan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi pasar yang dihadapi. Keberhasilan strategi pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu riset dan analisis pasar, keputusan tentang produk, penetapan harga, promosi dan distribusi.


Dalam Udang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 yang mengatur tentang perdagangan menyebutkan bahwa tatanan kegiatan perdagangan yang terkait dengan transaksi barang dan atau jasa harus memenuhi unsur-unsur yang dipersyaratkan, salah satunya adalah memenuhi standard pelayanan yang baik.  Kemudian dalam skala nasional telah terlebih dahulu dikeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pusat perbelanjaan dan toko modern dimana usaha perdagangan eceran (retail) dalam skala besar, menengah perlu adanya pemberdayaan yang saling memperkuat bisnis yang saling menguntungkan. Masih didalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 112 tahun 2007 tersebut, dijelaskan bahwa system pelayanan yang mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran harus dikelola suatu manajemen dan sistem pendistribusian yang terorganisasi, menjaga mutu dan agresivitas pemasaran sehingga masyarakat memiliki kemampuan daya beli yang terjangkau.

Guna meningkatkan dan pengelolaan persaingan usaha yang kompetitif, pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 56/M-DAG/PER 9//2014 membuat regulasi tentang pemberlakuan bahwa usaha retail (mini market) atau took modern harus memiliki lebih dari 150 outlet atau gerai serta menyediakan barang dalam negeri minimal 80%.

Dengan pelayanan yang dapat memenuhi harapan konsumen pada sektor industri retail ini masing-masing pelaku industri memiliki konsep dan strategi yang hampir sama yaitu berupaya menarik konsumen dengan berbagai keunggulan pelayanan yang bervariasi. Dengan kondisi peluang pasar yang masih terbuka, maka perusahaan memiliki kesempatan untuk memaksimalkan keunggulan tersebut guna bersaing dalam pemenuhan kebutuhan konsumennya

Kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang dipersepsikan oleh konsumen. Konsumen akan menilai kualitas sebuah jasa yang dirasakan berdasarkan apa yang mereka deskripsikan dalam benak mereka. Konsumen akan beralih ke penyedia jasa lain yang lebih mampu memahami kebutuhan spesifik konsumen dan memberikan layanan yang lebih baik.

Pemasaran merupakan fungsi bisnis yang berhubungan dengan konsumen. Kesusksesan perusahaan banyak ditentukan oleh prestasi bidang pemasaran. Pemasaran merupakan proses memperlajari kebutuhan dan keinginan konsumen, dan memuaskan konsumen dengan pelayanan yang berkualitas dan pada harga yang kompetitif.

Jumlah konsumen menjadi semakin berkurang, kondisi seperti ini akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan karena dengan konsumen yang berkurang akan memiliki dampak berkurangnya omzet perusahaan. Konsumen yang loyal merupakan aset bagi perusahaan, tanpa konsumen yang loyal maka pertumbuhan usaha perusahaan tidak akan berjalan dengan baik, tersendat-sendat dan butuh suntikan dana berkelanjutan agar tetap survive dan target perusahaan dapat tercapai.

Harga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga juga mengkomunikasikan positioning nilai perusahaan dari produk atau mereknya. Adapun harga jual yang dipasarkan oleh perusahaan beserta harga jual pesaing.

Tabel 1.1

Daftar Harga Produk Alfamart dan Kompetitor Tahun 2022

No

Nama Produk

Harga Alfamart

Harga Indomaret

Harga Familymart

1

Aqua 600ml

3.800

3.600

3.700

2

Pocari Sweet 500ml

8.000

7.800

7.800

3

Golda Cappucino 200ml

3.100

3.000

3.000

4

Chitato 120g

11.900

11.500

11.700

5

Oishi Rin-Bee 130g

13.700

13.500

13.500

6

Kusuka BBQ 180g

17.200

16.800

17.100

7

Dancow 800g

86.200

85.900

85.800

8

SGM 400g

38.500

38.300

38.200

9

Hilo School 250

41.900

41.400

41.700

10

Shampo Rejoice 150ml

25.900

25.600

25.800

11

Sabun Mandi Lifeboy 400ml

29.500

29.000

29.300

12

Shinzui Body Scrub 200gr

18.500

18.000

18.400

13

Pepsodent Action 123 190g

22.900

22.600

22.700

14

MamyPoko pants XL-26

64.900

64.500

64.600

15

My Baby Minyak Telon 90ml

26.500

26.300

26.300

16

Pigeon Baby Wash 150ml

18.100

17.700

17.900

17

Bimoli Minyak Goreng 2L

35.900

35.700

35.600

18

Sania Minyak Goreng 2 L

35.900

35.700

35.700

19

Sania Beras 5Kg

63.000

62.000

62.800

20

Fs Berat 5Kg

64.000

63.500

63.500

Sumber: Alfamart Cabang Pondok Indah 2, 2022 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat dibandingkan bahwa harga produk yang dijual Alfamart lebih mahal dibandingkan harga produk yang dijual di Indomaret dan Family Mart. Dimana kita dapat lihat harga produk makanan dan minuman yang dijual di Indomaret dan Family Mart lebih terjangkau dari pada Alfamart yang mungkin mengakibatkan suatu keputusan pembelian akan mempertimbangkan kembali untuk melalukan keputusan pembelian atas produk yang dijual di Alfamart.

Kualitas pelayanan dikatakan baik apabila penyedia jasa memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen. Demikian juga sebaliknya kualitas pelayanan dikatakan tidak baik, apabila pelanggan memperoleh pelayanan yang lebih rendah dari harapan mereka.

Kualitas pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen baik untuk memiliki produk yang diminta oleh konsumen maupun adanya keluhan yang dirasakan oleh konsumen. Dalam menjalankan bisnisnya kerap kali mengalami kendala terutama mengalami masalah karyawan. Diantaranya kurangnya ketanggapan karyawan terhadap konsumen dalam proses penjualan, kurangnya rasa empati kepada para pelanggan sehingga pelanggan merasa kurang puas terhadap pelayanan.

Tabel 1.2

Data Kualitas Pelayanan Alfamart Pondok Indah 2

Tahun 2022

No

Kualitas Pelayanan

Bobot

Nilai

Skor (%)

1

Bukti

20%

80

16%

2

Realibilitas

20%

78

15,6%

3

Ketanggapan

20%

70

14%

4

Jaminan

20%

85

17%

5

Empati

20%

65

13%

Total

100%

378

75,6%

Sumber: Alfamart Cabang Pondok Indah 2, 2022 (Diolah)

Dari tabel 1.2 menunjukan kualitas pelayan dalam hal “Bukti” memperoleh presentase 16%, “Realibilitas” memperoleh presentase 15,6%, “Ketanggapan” memperoleh presentase 14%, “Jaminan” memperoleh presentase 17%, “Empati” memperoleh presentase 13%. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa karyawan Alfamart ini harus meningkatkan kualitas pelayanan dalam ketsnggapan dan empati dalam melayani setiap konsumen.

Keputusan pembelian adalah sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi secara baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.

Tabel 1.3

Data Keputusan Pembelian Alfamart Pondok Indah 2

Tahun 2018-2022

Tahun

Penjualan

Pencapaian

Target

Realisasi

2018

98.520.000.000

105.480.000.000

107%

2019

110.500.000.000

101.562.000.000

96%

2020

102.000.000.000

80.220.000.000

78%

2021

88.300.000.000

90.400.000.000

102%

2022

96.000.000.000

94.889.000.000

98%

Sumber: Alfamart Cabang Pondok Indah 2, 2022 (Diolah)

Berdasarkan tabel 1.3 menujukan keputusan pembelian tahun 2018 sebesar 107%, pembelian tahun 2019 sebesar 96%, pembelian tahun 2020 sebesar 78%, pembelian tahun 20121 sebesar 102% dan pembelian tahun 2022 sebesar 98%. Dalam hal ini fator kualitas pelayanan harus lebih diperhatikan lagi oleh seluruh karyawan alfamart agar terus memaksimalkan konsumen yang masuk agar konsumen tersebut berminat untuk belanja dan menghasilkan omset.

Penelitian ini dilakukan dengan memlilih Alfamart Pondok Indah 2 sebagai obyek, karena Alfamart merupakan salah satu ritel terbesar yang banyak di kunjungi oleh berbagai kalangan dan tempat dimana banyak interaksi langsung kepada konsumen. Sebagai salah satu toko ritel yang cukup terkenal, seharusnya Alfamart Pondok Indah 2 dapat menarik banyak konsumen untuk berbelanja. Namun pada kenyataannya ditahun 2019 dan 2020 Alfamart Pondok Indah 2 mengalami penurunan omset yang mengakibatkan omset ditahun tersebut tidak maksimal dan jauh dari penjualan tahun sebelumnya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, inilah yang menjadi penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang harga dan kualitas pelayanan di Alfamart Pondok Indah 2. Hal ini yang menjadi dasar penulis untuk memilih judul “Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian pada Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan”.

 

1.2           Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1.       Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.

2.       Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.

3.       Apakah harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.

 

1.3           Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditetapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.       Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.

2.       Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.

3.       Untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.

 

1.4           Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari semua pihak yaitu:

1.   Manfaat Teoritis

a.    Bagi Universitas Pamulang

Manfaat bagi penulisan ini sebagai salah satu syarat kelulusan dan penelitian ini sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi sesama rekan mahasiswa/i dan sebagai penambahan literatur dan referensi bahan bacaan.

b.   Bagi Penulis

Sebagai pembelajaran penerapan ilmu-ilmu yang didapat dari perkuliahan, agar dapat memperbandingkan teori dengan praktik dilapangan, sehingga bisa mendapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman.

2.   Manfaat Praktis

Manfaat ini bagi perusahaan tepatnya di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan terkait harga dan kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan keputusan pembelian sehingga mampu meningkatkan penjualan.

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1           Landasan Teori

2.1.1          Manajemen.

1.     Pengertian Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2018:8) berpendapat “manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi aktivitas kerja lainnya sehingga kegiatan mereka selesai dengan efektif dan efisien. Arti dari efisien itu sendiri adalah mendapatkan hasil output terbanyak dari input yang seminimal mungkin, sedangkan efektif adalah “melakukan hal yang benar”, yaitu melakukan sebuah pekerjaan yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya”.

Sedangkan menurut Anoraga (2018:109) berpendapat “manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang masing-masing bidang tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Menurut Rivai (2020:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya lainnya secara efisien, efektif, dan produktif untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan menurut Hasibuan (2020:9) berpendapat “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Pendapat lainnya disampaikan Sutrisno (2020:6) berpendapat “manajemen merupakan merupakan sekumpulan sumber daya manusia yang memperoleh pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang penting dalam memberi kontribusi bagi tujuan organisasi dan menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia tersebut digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat”.

Sedangkan menurut Hery (2019:1) menyampaikan “manajemen merupakan proses kegiatan pekerjaan secara efesien dan efektif dengan melalui atau perantara orang lain”. Pendapat lainnya disampaikan Abdullah (2019:2) yang menyatakan bahwa “manajemen adalah keseluruhan aktivitas yang berkenaan dengan melaksanakan pekerjaan organisasi melalui fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan dengan bantuan sumber daya organisasi (man, money, material, mechine and method) secara efesien dan efektif”.

Menurut Afandi (2019:1) “manajemen adalah proses kerja sama antar karyawan untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan, kepemimpinan, dan pengawasan. Proses tersebut dapat menentukan pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditentukan dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya untuk mencapai hasil lebih yang efisien dan efektif”.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, peaksanaan dan pengawasan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi yang sudah direncanakan dengan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.

2.     Unsur-unsur Manajemen

Menurut Nugroho (2019:5) menjelaskan “dalam organisasi atau perusahaan terdapat unsur-unsur yaitu tujuan yang ingin dicapai, pekerjaan, lokasi dan sumber daya sebagai alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi” Lebih lanjut disampaikan bahwa beberapa unsur-unsur tersebut meliputi manusia, uang, material, teknologi, metode dan pasar yang penjelasannya sebagai berikut:

a.       Manusia (Men).

Merupakan sarana penting dari setiap manajer untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Berbagai macam aktivitas itu dapat dilihat dari proses, seperti: planning, organizing, staffing, directing, dan controlling.

b.       Uang (Money).

Untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti gaji, membeli peralatan-peralatan, biaya perawatan, dan lain-lain. Kegagalan atau ketidak lancaran manajemen banyak dipengaruhi perhitungan atau ketelitian dalam penggunaan uang.

 

 

 

c.       Bahan-bahan (Material).

Dalam proses pelaksanaan kegiatan manusia menggunakan material atau bahan-bahan, karena dianggap atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan.

d.       Mesin (Machines).

Dalam kemajuan teknologi sekarang ini manusia bukan lagi sebagai pembantu bagi mesin seperti pada masa sebelum revolusi industri, namun sebaliknya mesin berubah kedudukannya sebagai pembantu manusia.

e.       Metode (Methods).

Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secar]a berdaya guna, manusia dihadapkan pada berbagai alternatif metode atau cara melakukan pekerjaan.

f.        Pasar (Market).

Pasar merupakan sasaran manajemen yang penting, karena merupakan tujuan proses aktivitas manajemen.

3.     Tujuan Manajemen

Tujuan manajemen menurut Stoner (2019:5) menyatakan “tujuan manajemen dapat dicapai dari serangkaian proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan  sumber daya manusia organisasi lainnya yang memiliki tujuan agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Menurut Salam (2019:12) mendefinisikan “tujuan organisasi, sebagai suatu usaha dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang mereka taati sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai sempurna, yaitu efektif dan efisien. Sedangkan menurut Hasibuan (2020:11) mendefinisikan “manajemen adalah seni dan ilmu untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa tujuan manajemen untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pendayagunaan segala sumber daya yang tersedia guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan mengatur dalam suatu organisasi.

4.     Fungsi Manajemen

Pelaksanaan pengelolaan suatu organisasi jelas memiliki fungsi. Menurut Hasibuan (2020:38) menjelaskan “fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengendalian (controlling).

Sedangkan menurut  Safroni (2019:47) menjelaskan bahwa “fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (commanding), pengkoordinasian (coordinating), pengendalian (controlling)”. Sedangkan menurut Safroni (2019:47) menyampaikan “fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan dan pengambilan keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading) serta pengendalian (controlling). Adapun secara umum penjelasan mengenai fungsii manajemen menurut Suherman (2019:12) yaitu meliputi:

 

a.       Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu cara yang sistematis untuk menjalankan dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan pengambilan keputusan

b.       Pengorganisasian (Organizing)

Menetapkan tujuan dan menyusun rencana atau program untuk mencapainya, maka mereka perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut.

c.       Penyusunan personalia (Staffing)

Penyusunan rancana dan menyelesaikan tugas/pekerjaan setelah disusun struktur pekerjaan, dipahami bidang-bidang pekerjaan yang akan dilakukan dan penempatan tenaga-tenaga yang sesuai.

d.       Pengarahan (Directing)

Perencanaan, pengorganisasian dan penyusunan pegawai harus dijalankan, tetapi harus ada pihak yang memastikan seluruh sumber daya memang mengerjakan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.

e.       Pengendalian (Controlling)

Pengendalian berfungsi untuk mengevaluasi pencapaian tujuan, apabila tidak   dapat dicapai dicari faktor penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.

 2.1.2          Manajemen Pemasaran

1.   Pengertian Manajemen Pemasaran

Sebuah perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan pemasaran, dengan manajemen pemasaran yang bagus, perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Melalui konsep manajemen pemasaran semua kegiatan perusahaan bisa diatur dari mulai proses produksi sampai pada tahap barang diterima oleh konsumen. Manajemen pemasaran selalu berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan konsumen serta selalu berusaha memahami keinginan konsumen, menciptakan dan mengkomunikasikan nilai lebih dari sebuah produk agar mendapat kepuasan konsumen.

Pemasaran merupakan sebuah konsep kunci keberhasilan suatu bisnis dimana pemasaran dengan memperhatikan keinginan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan untuk tercapainya target penjualan yang ditetapkan sehinngga memberi dampak positif bagi perkembangan usaha suatu perusahaan ditengah persaingan bisnis yang begitu ketat dewasa ini.

Menurut Kotler (2019:27) menjelaskan bahwa “manajemen pemasaran adalah  seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Adapun pengertian lain yang dikemukakan oleh Alma (2019:340) menyatakan “manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan individu/ perusahaan.

Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2019:146) menyatakan “manajemen pemasaran adalah penganalisaan, pelaksanaan dan pengawasan, program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organsasi.

Menurut Tjiptono (2019:63) “manajemen pemasaran secara keseluruhan yaitu cara perusahaan melakukan bisnis yang mempersiapkan, menentukan, dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar sasaran”. Dan menurut Daryanto (2019:11) mendefinisikan “manajemen pemasaran sebagai suatu proses manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan mencipatkan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain”.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu meraih pasar sasaran dan mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan di perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

2.   Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (Marketing Mix) merupakan suatu strategi pemasaran yang menekankan cara menjual produk seefektif dan seefisien mungkin, yang juga memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para konsumen.

Salah satu tujuan perusahaan yang utama adalah untuk mendapatkan laba yang diperoleh perusahaan dari hasil produksinya dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam perluasan usahanya. Adapun salah satu yang menjadi ukuran mengenai baik buruknya suatu perusahaan bisa dilihat dari tingkat penjualan produknya, semakin tinggi tingkat penjualannya semakin baik pula kinerja perusahaan, begitu juga sebaliknya.

Pemasaran memiliki inti yang menjadi perhatian setiap pemasar yaitu bauran pemasaran, dimana bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang dapat dikontrol perusahaan dan dapat digunakan untuk mempengaruhi pasar. Bauran pemasaran juga sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sebuah produk dari perusahaan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2019:76) menyampaikan“baruan pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran produk, harga, tempat dan promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang di inginkan di target pasar. Unsur-unsur bauran pemasaran jasa dijelaskan oleh Lupiyohadi (2020:92) adalah sebagai berikut:

a.       Produk (product)

Keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen.

b.       Harga (price)

Sejumlah pengorbanan yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa

c.       Tempat (place)

Berhubungan dengan dimana perusahaan melakukan operasi atau kegiatannya

 

 

 

d.       Promosi (promotion)

Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat produk dan sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan kebutuhan.

e.       Orang (people)

Merupakan orang-orang yang terlibat langsung dan saling mempengaruhi dalam proses pertukaran dari produk jasa.

f.        Proses (process)

Gabungan semua aktivitas, yang umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, dan dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.

g.       Lingkungan fisik (Phsycal Evidence)

Lingkungan fisik perusahaan adalah tempat jasa diciptakan, tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi, ditambah unsur berwujud apapun yang digunakan untuk mengkombinasikan atau mendukung peranan jasa tersebut.

3.   Tujuan Pemasaran

Menurut Swastha (2019:29) mendefinisikan “tujuan pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”.

Menurut Alma (2019:10) mengemukakan”tujuan pemasaran adalah mengadakan keseimbangan antar negara atau daerah saling mengisi mengadakan perdagangan antara daerah surplus dengan negara atau /daerah minus”. Lebih lanjut dijelaskan tujuan pemasaran dapat dilihat :

a.       Untuk mencari keseimbangan pasar, antara buyer’s market dan seller’s market, mendistribusikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, dari pemilik barang dan jasa ke calon konsumen.

b.       Tujuan pemasaran yang utama ialah memberi loyalitas kepada konsumen. Tujuan pemasaran bukan komersial atau mencari laba, tapi tujuan memberi loyalitas kepada konsumen.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pemasaran untuk memaksimalkan laba dari volume penjualan. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan yang diinginkan, perusahaan harus mengetahui cara menyalurkan barang dengan tepat untuk mencapai laba maksimal.  

4.   Konsep Inti Pemasaran

Menurut Kotler (2019:58) terdapat tahap-tahap perkembangan konsep pemasaran dapat dijelaskan berikut ini:

a.       Konsep produksi yaitu: konsep yang berorientasi pada proses produksi atau operasi. Produsen meyakini konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan mudah diperoleh.

b.       Konsep produk, yaitu: konsep pemasar yang beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau penampilan superior.

c.       Konsep penjualan, yaitu: konsep penjualan yang berorientasi pada tingkat penjualan, dimana pemasar beranggapan bahwa konsumen atau pemakai akhir dari sebuah produk harus dipengaruhi agar penjualan dapat meningkat.

d.       Konsep pemasaran, yaitu: konsep pemasaran yang berorientasi pada konsumen dengan pemenuhan kebutuhan dan keinginannya serta memberikan loyalitas dengan konsep pemasaran terdiri atas empat pilar yakni: pasar sasaran, kebutuhan konsumen, pemasaran terpadu atau terintegrasi dan berkemampuan menghasilkan laba.

e.       Konsep Pemasaran Sosial, yaitu: konsep yang berpegang pada anggapan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan minat dari pasar sasaran serta memberi loyalitas dengan efisien dan efektif daripada pesaing.

f.        Konsep Pemasaran Global, yaitu: konsep pemasaran global dimana manajer eksekutif berupaya memahami semua factor lingkungan yang dapat mempengaruhi pemasaran melalui manajemen pemasaran strategis

5.   Tujuan Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran menjadi penting dilakukan setiap pemasar dalam upaya meningkatkan penjualannya. Menurut Mcdonal dan Keegen (2019:88) menjelaskan “tujuan bauran pemasaran agar dapat lebih terorganisir dalam memasarkan produknya, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pada perusahaan”.  Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2019:92) “tujuan bauran pemasaran mempersiapkan rencana taktis rinci yang akan digunakan”. Dan Kotler (2019:558) menjelaskan pemasaran yang baik selalu mengkomunikasikan kepada konsumennya secara efektif agar semuanya mendapatkan benefit yang diinginkan”.

Dari pendapat di atas, maka tujuan bauran pemasaran merupakan upaya yang dibuat secara sistematis tentang upaya komunikasi dan perencanan taktis dalam memasarkan produk sehingga mencapai tingkat keuntungan yang diharapkan.

 2.1.3          Harga

1.   Pengertian Harga

Suatu perusahaan dalam memasarkan barang atau jasanya agar dapat diterima dipasar, harus terlebih dahulu menetapkan harga, harga yang tidak tepat akan mengakibatkan pembeli tidak minat untuk membeli barang atau jasa tersebut. Dalam proses jual beli, harga menjadi salah satu bagian utama yang difokuskan, karena harga merupakan faktor penentu dalam adanya transaksi.

Menurut Satriadi, Wanawir, Hendrayani, Siwiyanti dan Nursaidah (2021:64) harga adalah satu-satunya alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya. Keputusan harga harus dikoordinasikan dengan rancangan produk, distribusi dan promosi yang membentuk program pemasaran yang konsisten dan efektif. Menurut Indrasari (2019:37) harga adalah satu-satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan semua elemen lainnya hanya mewakili harga.

Harga adalah salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran tidak seperti sifat-sifat produk dan komitmen jalur distribusi. Harga dapat berubah-ubah dengan cepat pada saat yang sama penetapan harga dan persaingan harga adalah masalah utama yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran. Adapun menurut Alex S. Nitisemito dalam Napitupulu, Tapiomas dan Tobink (2021:78) harga diartikan sebagai nilai sebuah produk dan jasa yang diukur dengan sejumlah uang di mana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang dan jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Sementara menurut Kotler dan Keller dalam Sahir dkk (2021:145) harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran (marketing mix) yang dapat menghasilkan pendapatan, di mana elemen yang lain mendapatkan biaya. Sedangkan menurut Tjiptono dalam Sahir dkk (2021:145) harga merupakan jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non moneter) yang mengandung kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu barang/jasa.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan sementara yang dimaksud dengan harga merupakan salah satu indikator bila dikaitkan dengan adanya proses transaksi penjual dan pembeli, mengingat harga ialah alat tukar. 

2.   Peranan Harga

Peran harga begitu penting untuk adanya proses jual beli suatu produk atau jasa. Menurut Kotler dan Amstrong dalam Indrasari (2019:40) harga memiliki dua peranan penting dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :

a.      Peranan Alokasi, merupakan fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau nilai tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya beli.

b.     Peranan Informasi, merupakan fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya.

3.   Tujuan Penetapan Harga

Suatu perusahaan sangat mengetahui penetapan harga dengan menawarkan produk atau jasa tertentu. Menurut Swastha dalam Indrasari (2019:41) tujuan dalam penetapan harga, antara lain :

a.    Mendapatkan laba maksimum. Terjadinya harga ditetntukan oleh penjual dan pembeli. Semakin besar daya beli konsumen, semakin besar juga kemungkinan penjual untuk mendapatkan tingkat harga yang lebih tinggi.

b.   Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih. Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan untuk investasi secara berangsur. Dana yang dipakai untuk mengembalikan investasi hanya bisa diambil dari laba perusahaan dan laba hanya bisa diperoleh apabila harga jual lebih besar dari jumlah biaya sebelumnya.

c.    Mencegah atau mengurangi persaingan. Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijakan harga. Hal tersebut dapat diketahui apabila para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama. Oleh sebab itu, persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijakan harga.

d.   Mempertahankan dan memperbaiki market share. Dalam hal ini harga merupakan faktor yang penting. Bagi perusahaan kecil yang memiliki kemampuan sangat terbatas, biasanya penentuan harga ditunjukkan untuk sekedar mempertahankan market share. Perbaikan market share kurang diutamakan apabila persaingan sangat ketat.

4.   Dimensi Harga

Harga yang ditawarkan perusahaan yang akan dibayar oleh konsumen harus sesuai dengan harapan akan manfaat atau kepuasan yang diperoleh. Menurut Bob Sabran dalam Indrasari (2019:44) menjelaskan ada empat ukuran yang mencirikan harga yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk atau jasa, kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai dengan kemampuan atau daya saing harga. Empat ukuran harga yaitu sebagai berikut :

a.      Keterjangkaun harga, konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk atau jasa biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.

b.     Kesesuaian harga dengan kualitas pelayanan, harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen orang sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik.

c.      Kesesuaian harga dengan manfaat, konsumen memutuskan menggunakan jasa jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang.

d.     Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga, konsumen sering membandingkan harga suatu dalam hal ini mahal murahnya sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan menggunakan jasa tersebut.

5.   Indikator Harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2019:312) menyatakan bahwa “harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk dan jasa”. Adapun indikator yang digunakan meliputi

a.    Keterjangkauan harga

Harga yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk mereka dapat dijangkau oleh para konsumennya. Harga yang sesuai dan terjangkau tentunya akan menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk mereka.

b.     Kesesuaian harga dengan kualitas produk

Harga yang diberikan oleh perusahan terhadap produknya sesuai dengan kualitas produk yang mereka hasilkan, misalnya jika harganya tinggi maka kualitas produk yang diberikan pun memiliki kualitas yang tinggi sehingga konsumen pun merasa tidak keberatan jika membeli produk tersebut.

c.      Daya saing harga

Dalam pasar, perusahaan sebaiknya juga memperhatikan bahwa harga yang diberikan memiiki daya saing yang tinggi terhadap para kompetitornya. Jika harga terlampau tinggi di atas harga para kompetitor maka produk tersebut tidak memiliki daya saing yang baik.

d.     Kesesuaian harga dengan manfaat.

Manfaat produk yang dimiliki harus sesuai dengan harga yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk mereka. Ada baiknya jika harga yang tinggi memiliki manfaat produk yang tinggi pula.

e.      Sistem pembayaran.

Cara pembayaran dan kemudahan yang selama ini diberlakukan dalam proses pembayaran pembelian produk.

 2.1.4          Kualitas Pelayanan

1.   Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas Pelayanan menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan perusahaan supaya mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan pelanggan. Kualitas pelayanan sendiri yang menjadi ukuran bagi pelanggan baik dan tidaknya suatu produk atau jasa yang telah mereka gunakan.

Menurut Tjiptono dalam Indrasari (2019:61), kualitas pelayanan adalah suatu keadaan dinamis yang berkaitan erat dengan produk, jasa, sumber daya manusia, serta proses dan lingkungan yang setidaknya dapat memenuhi atau malah dapat melebihi kualitas pelayanan yang diharapkan. Menurut Tjiptono, definisi kualitas pelayanan ini adalah upaya pemenuhan kebutuhan yang dibarengi dengan keinginan konsumen serta ketepatan cara penyampaiannya agar dapat memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan tersebut, dikatakan bahwa service quality atau kualitas layanan adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Kotler dan Amstrong dalam Indrasari (2019:61) kualitas pelayanan merupakan keseluruhan dari keistimewaan dan karakteristik dari produk atau jasa yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan secara lansgung maupun tidak langsung. Produk jasa yang berkualitas mempunyai peranan penting untuk membentuk kepuasan pelanggan. Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan, maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan sementara yang dimaksud dengan kualitas layanan, suatu kualitas dikatakan baik apanila penyedia jasa memberikan layanan yang setara dengan yang diharapkan oleh konsumen. Kualitas pelayanan berpusat pada upaya pmenuhan kebutuhan konsumen dengan tepat penyampaiannya untuk mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan menjadi hal utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yang berhubungan keseluruhan sumber daya-sumber daya yang dipunyai perusahaan.

2.   Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Kotler dalam Tjiptono (2019:59) menyatakan bahwa “kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Terdapat 5 (lima) indikator kualitas pelayanan antara lain:

 

b.     Berwujud (tangible)

Yaitu berupa penampilan fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang baik.

c.      Empati (empathy)

Yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. Misalnya karyawan harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga hubungan harmonis, dengan menunjukan rasa peduli yang tulus. Dengan cara perhatian yang diberikan para pegawai dalam melayani dan memberikan tanggapan atas keluhan para konsumen.

d.     Cepat tanggap (responsiveness)

Yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan konsumen. Dengan cara keinginan para pegawai dalam membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap, kemampuan memberikan pelayanan dengan cepat dan benar, kesigapan para pegawai untuk ramah pada setiap konsumen, kesigapan para pegawai untuk bekerja sama dengan konsumen..

e.      Keandalan (reliability)

Yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat, serta konsisten. Contoh dalam hal ini antara lain, kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan yang terbaik, kemampuan pegawai dalam menangani kebutuhan konsumen dengan cepat dan benar, kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan harapan konsumen.

f.      Kepastian (assurance)

Yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen. Contoh dalam hal ini antara lain, pengetahuan dan keterampilan pegawai dalam menjalankan tugasnya, pegawai dapat diandalkan, pegawai dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen, pegawai memiliki keahlian teknis yang baik.

 2.1.5          Keputusan Pembelian

1.   Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan dalam proses keputusan pembelian sebelum perilaku pasca pembelian. Dalam memasuki tahap keputusan pembelian sebelumnya konsumen sudah dihadapkan pada beberapa pilihan alternatif sehingga pada tahap ini konsumen akan melakukan aksi untuk memutuskan untuk membeli produk berdasarkan pilihan yang ditentukan.

Menurut Kotler dan Armstrong (2019:177) berpendapat “keputusan pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen yaitu studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”.

Sedangkan menurut Alma (2019:96) mengemukakan “keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process sehingga mem untuk sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan mengambil kesimpulan berupa respon yang muncul produk apa yang akan dibeli”. Pendapat Machfoedz (2019:44) mengemukakan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Setiadi (2019:54) perilaku membeli mengandung makna yakni kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam pertukaran uang dengan barang dan jasa serta dalam proses pengambilan keputusan yang menentukan kegiatan tersebut. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk selalu melibatkan aktivitas secara fisik (berupa kegiatan langsung konsumen melalui tahapan-tahapan proses pengambilan keputusan pembelian) dan aktivitas secara mental (yakni saat konsumen menilai produk sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh individu).

Pendapat lain juga disampaikan oleh Schiffman dan Kanuk (2019:112) bahwa “keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang bisa membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli bisa mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan”.

Dari pemaparan para ahli di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah perilaku konsumen dimana untuk memutuskan ingin membeli atau menggunakan barang dan jasa berdasarkan variabel-variabel pendukung seperti harga, keuangan, ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2.   Tingkatan Dalam Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2019:487) terdapat tiga tingkatan dalam pengambilan keputusan yaitu:

a.        Extensive problem solving (pemecahan masalah secara luas).

Ketika konsumen telah ada dibentuk kriteria untuk mengevaluasi kategori produk atau merek tertentu dalam kategori tersebut atau belum mempersempit jumlah merek yang mereka akan mempertimbangkan untuk kecil, bagian dikelola ada pengambilan keputusan upaya dapat diklasifikasikan sebagai masalah yang luas pemecahannya.

b.       Limited problem solving (pemecahan masalah terbatas).

Pada tingkat pemecahan masalah, konsumen sudah berdiri, kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut.

c.        Routinized response behavior (tanggapan berdasarkan rutinitas kelakuan).

Pada tingkatan ini, konsumen memiliki pengalaman dengan kategori produk dan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi merek yang mereka pertimbangkan.

3.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2019:37) menyatakan “keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis pembeli, serta strategi pemasaran”. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a.        Faktor Kebudayaan (Cultural Factor)

b.       Faktor Sosial (Social)

c.        Faktor Pribadi (Personal)

d.       Faktor Psikologi (pschylogical factor)

4.   Indikator Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (2019:251) berpendapat “keputusan pembelian merupakan merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen. Kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Adapun indikator keputusan pembelian meliputi sebagai berikut:

a.    Pengenalan Masalah

Merupakan tahap pertama dimana proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal maupun eksternal. Jika suatu produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, maka keadaan yang diinginkan akan selaras. Namun sebaliknya, suatu produk yang kurang memenuhi kebutuhan konsumen akan mengakibatkan keadaan yang menyimpang dari keadaan yang diinginkan dan hal ini akan mempengaruhi ketika konsumen akan melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau jasa yang diperlukan konsumen.

b.   Pencarian informasi

Pada tahap ini konsumen akan mencari lebih banyak informasi terkait produk atau jasa yang dicari. Banyaknya informasi yang diperoleh maka kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang suatu produk / jasa akan semakin meningkat. Dengan kata lain konsumen ingin terlebih dahulu mengetahui tentang suatu produk atau jasa sehingga konsumen tertarik untuk membelinya. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber seperti melalui teman, keluarga, rekan, tetangga, rekan, iklan, situs, media masa dan media cetak.

c.    Evaluasi alternatif

Konsumen memproses informasi dan melakukan penilaian terhadap nilai akhir dari suatu produk. Beberapa konsep dasar yang dapat memahami proses evaluasi. Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat dari masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan.

d.   Keputusan membeli atau tidak

Keputusan konsumen ini akan menentukan pilihan setelah melalui tahap-tahap sebelumnya. Kemudian konsumen akan membeli produk atau tidak yang menurutnya dapat produk atau jasa mampu memenuhi kebutuhannya.

e.    Perilaku pasca pembelian

Dimana konsumen akan mengevaluasi terhadap produk yang dibelinya apakah memuaskan atau tidak. Jika produk tersebut sesuai dengan keinginan konsumen, maka kemungkinan konsumen akan melakukan pembelian ulang terhadap produk yang sama.

 

2.2           Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Sebagai referensi dan perbandingan penelitian ini, dilakukan beberapa kajian terhadap penelitian terdahulu yang relevan sesuai tabel di bawah ini yang meliputi data peneliti, judul termasuk variabel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No

Peneliti, tahun dan Jurnal

Judul Penelitian

Metode

Hasil Penelitian

1

Reni Yesi. S (2020) Pengaruh Jurnal Ekonomi Efektif Vol.2 No.4. ISSN: 2622-9935. Universitas Pamulang

Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Giant Supermarket Di Cikarang

Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi dan uji hipotesis

Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 36,3% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

2

Agung Tri Putranto (2020)  Jurnal Distrubsi Bisnis Vol.3 No.2. ISSN: 2621-797X. Universitas Pamulang

Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Indomaret Sudirman Tangerang.

Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi, deterinasi dan pengujian hipotesis

Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 27,04% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

3

Cindy Magdalena Gunarsih (2021).  Jurnal Productivity Vol.2 No.1.

Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Pelita Jaya Buyungon Amurang

Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi, deterinasi dan pengujian hipotesis

Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 96,2% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

4

Imam Sofyan Lubis, Ryan Ardiansah, Kasmad (2021) Jurnal Ekonomi Efektif Vol.4 No.1. ISSN: 2622-9935. Universitas Pamulang

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Krispy Kreme Di Supermall Ciledug Tangerang.

Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi, deterinasi dan pengujian hipotesis

Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 60,2% dan uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05.

5

Sulaeman (2021). Jurnal Arastirma Vol.1 No.1, ISSN: 2775-9695. Universitas Pamulang

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Motor Kawasaki Pada PT. Kawansakti Adhisejahtera Bintaro Tangerang Selatan

Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi, deterinasi dan pengujian hipotesis

Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 34,3% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (5,692 > 1,998)

6

Hera Septiana Permata, Dian Candra Fatihah (2021). Jurnal Manajemen Ekonomi & Akutansi Vol.5 No.3. ISSN: 2621-5306. Politeknik Piksi Ganesha Bandung.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian di UKM Mart Kartika Widya Utama.

Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi dan uji hipotesis

Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 39,6% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (5,995 > 1,688)

7

Hernita Sri Muliani, Aris Arianto (2020). Jurnal Ekonam Vol.2 No.2. ISSN: 2685-8118. Universitas Pamulang.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Intikarya Sejahtera di Tangerang

Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi dan uji hipotesis

Kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 73,3% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel 56,299 > 3,090)

 

 

8

Irmawan dkk (2022). Jurnal Perkusi Vol.2 No.4. ISSN: 2776-1568. Universitas Pamulang.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada J. Co Donuts & Coffee Di Bintaro Tangerang Selatan

Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi dan uji hipotesis

Kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 57,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel 62,012 > 2,770)

9

Sudirman (2019) Jurnal Al-Buhuts Vol.15 No.2. ISSN: 2332-823X. UIN Alauddin Makasar.

Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Online Shop.

Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi dan uji hipotesis

Harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 72,0% dan uji hipotesis diperoleh F hitung > F tabel 5,930 > 3,590).

10

Ade Syarif Maulana (2016). Jurnal Ekonomi Vol.7 No.2. ISSN: 2661-0683.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian PT. TOI Jakarta

Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi dan uji hipotesis

Kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 62,2% dan uji hipotesis diperoleh Sig. 0,000 < 0,05

Sumber: Literatur Jurnal, 2023

 

2.3           Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan antara variabel yang akan diteliti. Menurut Sekaran dalam Sugiyono (2019:60), mennjelaskan bahwa “kerangaka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting”. Masih menurut Sugiyono (2019:60), menjelaskan bahwa “kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan”.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir adalah penjelasan sementara secara konseptual tentang keterkaitan hubungan pada setiap objek pemasalahan berdasarkan teori.

 

 2.3.1          Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Harga memiliki peran yang penting dalam pemasaran, harga yang baik mencerminkan perusahaan sangat konsisten dalam menjaga mutu produk yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Reni Yesi. S (2020) Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Giant Supermarket Di Cikarang. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 36,3% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi (0,000 < 0,05).

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Cindy Magdalena Gunarsih (2021) Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Pelita Jaya Buyungon Amurang. dimana dalam penelitinnya menghasilkan kesimpulan Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 96,2% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi (0,000 < 0,05).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain dalam penelitian terdahulu maupun paparan di atas, maka disimpulkan bahwa harga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

 2.3.2          Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian

Kualitas pelayanan menjadi sangat penting diperhatikan oleh sebuah perusahaan baik yang bergerak di sektor industri maupu jasa karena pelayanan yang baik menggambarkan kinerja yang mengarah pada mutu yang diharapkan dari yang ditawarkan secara lebih mendalam karena manfaat besar yang dihasilkan dari pelayanan, yang dapat meningkatkan intensitas pembelian konsumen.

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Imam Sofyan Lubis,Ryan Ardiansah, Kasmad (2021) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Krispy Kreme Di Supermall Ciledug Tangerang. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 60,2% dan uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Hera Septiana Permata, Dian Candra Fatihah (2021) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian di UKM Mart Kartika Widya Utama. Dalam penelitinnya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 39,6% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (5,995 > 1,688).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain dalam penelitian terdahulu maupun paparan di atas, maka disimpulkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

 2.3.3          Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen sangat menjadi tolok ukur dalam keberhasilan pemasar karena harga merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum membeli suatu produk. Dengan harga yang bagus dan terpercaya, maka produk akan senantiasa tertanam dibenak konsumen, karena konsumen bersedia membayar sejumlah uang untuk membeli produk yang berkualitas. Setelah melihat kualitas dari produk yang ditawarkan, maka dengan sendirinya konsumen akan mencoba membandingkan kualitas layanan yang diberikan, dan dalam hal ini perusahaan dituntut untuk memberikan kualitas layanan yang mampu mempegaruhi nilai yang lebih, sehingga berbeda dengan kualitas layanan persaing sehingga kualitas pelayanan menjadi salah satu faktor pertimbangan konsumen sebelum membeli produk.

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hernita Sri Muliani, Aris Arianto (2020) Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Intikarya Sejahtera di Tangerang. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 73,3% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel 56,299 > 3,090.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Irmawan dkk (2022) Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada J. Co Donuts & Coffee Di Bintaro Tangerang Selatan dimana dalam penelitinnya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 57,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel 62,012 > 2,770).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain dalam penelitian terdahulu maupun paparan di atas, maka disimpulkan bahwa harga dan kualitas pelayanan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Menurut Sugiyono (2019:66) menjelaskan” paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang digunakan.

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, terkait variabel harga dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian, maka penelitian ini digambarkan dalam paradigma sebagai berikut:

 

H3

 

H2

 

Harga (X1)

1.     Keterjangkauan harga

2.     Kesesuaian harga dengan kualitas produk

3.     Daya saing harga

4.     Kesesuaian harga dengan manfaat

5.     Sistem pembayaran.

 

Sumber: Kotler dan Armstrong (2019:312)

 

Keputusan Pembelian (Y)

 

1.   Pengenalan Masalah

2.   Pencarian informasi

3.   Evaluasi alternatif

4.   Keputusan pembelian atau tidak

5.   Perilaku pasca pembelian

 

Sumber: Kotler dan Amstrong (2019:251)

 

Kualitas Pelayanan (X2)

1.   Berwujud (tangible)

2.   Empati (empathy)

3.   Cepat tanggap (responsiveness)

4.   Keandalan (reliability)

5.   Kepastian (assurance)

 

 Sumber: Kotler dalam Tjiptono (2019:59)

H1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.1Kerangka Berpikir

2.4           Pengembangan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2019:64) menjelaskan bahwa “hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah karena sifatnya sementara, maka perlu di buktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan antara variable-variabel di dalam masalah penelitian

Sementara menurut Arikunto (2019:71) meyampaikan bahwa “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Berdasarkan uraian teori di atas maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:

Ho1 : ρ1 = 0       Tidak terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ha1 : ρ1 ≠ 0       Terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ho2 : ρ2 = 0       Tidak terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ha2 : ρ2 ≠ 0       Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ho3 : ρ3 = 0       Tidak terdapat pengaruh harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ha3 : ρ3 ≠ 0       Terdapat pengaruh harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1           Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, dimana menurut Sugiyono (2019:36) “penelitian asosiatif adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih”. Dengan demikian penelitian asosiatif ini dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Dengan pendekatan penelitian kuantitatif,

Masih menurut Sugiyono (2019:35) bahwa  dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif maka dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Selanjutnya menurut Sujarweni (2018:39) penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dengan demikian metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang merupakan penelitian ini dengan studi empiris yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian.

3.2           Tempat dan Waktu Penelitian

 3.2.1          Tempat Penelitian

Menurut Sugiyono (2019:34) berpendapat “tempat penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal yang objektif”. Sedangkan menurut Husein Umar (2018:60)objek dalam penelitian adalah derajat dimana pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes”.

Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tempat
penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu
guna mendapatkan data spesifik dan mempunyai nilai, skor atau ukuran yang
berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan, alamat. Jl Duta Niaga Kav.VA 4 Kebayoran Lama

 3.2.2          Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yang dimulai dari bulan Januari 2023 sampai April 2023. Adapun penelitian dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penulis, diawali dengan penulisan proposal judul penelitian, seminar proposal, penyempurnaan materi proposal, pembuatan instrumen penelitian, pengumpulan data primer dan skunder, pengolahan data yang telah didapat oleh penulis dan penyusunan pelaporan skripsi. Adapun kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

 

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No

Jadwal Kegiatan

Maret 2023

April 2023

Mei 2023

Juni 2023

(Minggu)

(Minggu)

(Minggu)

(Minggu)

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Observasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Penyusunan proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Seminar proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Revisi proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Penyusunan instrumen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

Penyebaran kuesioner

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

Tabulasi data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8

Pengolahan data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9

Analisis data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10

Pengambilan kesimpulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11

Perkiraan Sidang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Dikembangkan penulis, 2023

 

3.3           Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel menurut Sugiyono (2019:63) berpendapat “operasional variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

Sedangkan pengertian operasional variabel menurut Umi Narimawati
(201
8:31) didefinisikan bahwa “operasional variabel penelitian adalah proses penguraian variabel penelitian keadaan sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing varibel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.

Dari definisi yang sudah disebutkan di atas maka dapat dikatakan
bahwa operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indicator
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penetilian yang kemudian
ditarik menjadi sebuah kesimpulan penelitia
n. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel itu adalah sebagai berikut:

 3.3.1          Variabel Independen atau Bebas (X1 dan X2)

Menurut Sugiyono (2019:33) berpendapatvariabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependen)”. Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.  Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:

1.   Harga (X1)

Menurut Kotler dan Armstrong (2019:312) menyatakan bahwa “harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk dan jasa”.

2.   Kualitas Pelayanan (X2)

Menurut Kotler dalam Tjiptono (2019:59) menyatakan bahwa “kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”.

 3.3.2          Variabel Dependen atau Terikat (Y)

Menurut Sugiyono (2019:39) berpendapatvariabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen atau terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Menurut Kotler dan Amstrong (2019:251) berpendapat “keputusan pembelian merupakan merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen. Kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

Secara rinci operasional variabel dalam penelitian ini dibuat tabel variabel, indikator dan nomor pertanyaan, seperti terlihat bawah ini:

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Variabel

Indikator

Nomor Kuesioner

Skala

Harga (X1)

Sumber:

Kotler & Amstrong  (2019:312)

1.     Keterjangkauan Harga

1, 2

Likert

2.     Kesesuaian Harga

3, 4

3.     Daya Saing Harga

5, 6

4.     Kesesuaian Harga dengan Manfaat

7, 8

5.     Sistem Pembayaran

9, 10

Kualitas Pelayanan (X2)

Sumber:

Kotler dalam Tjiptono (2019:59)

1.     Berwjud (tangible)

1, 2

Likert

2.     Empati (empathy)

3, 4

3.     Cepat tanggap (responsiveness)

5, 6

4.     Keandalan (reliability)

7, 8

5.     Kepastian (assurance)

9, 10

Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Kolter dan Amstrong (2019:251)

1.     Pengenalan masalah

1, 2

Likert

2.     Pencarian informasi

3, 4

3.     Evaluasai alternatif

5, 6

4.     Keputusan pembelian atau tidak

7, 8

5.     Perilaku pasca pembelian

9, 10

Sumber: Dikembangkan penulis, 2023

 

3.4           Populasi dan Sampel

 3.4.1          Populasi

Menurut Sugiyono (2019:29) berpendapat populasi adalah jumlah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Arikunto (2019:173) menyampaikan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dari pengertian di atas, disimpulkan populasi adalah keseluruhan karakteristik atau sifat subjek atau objek yang dapat ditarik sebagai sampel. Dalam penelitian populasinya adalah konsumen yang melakukan pembelian di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan dimana jumlah konsumennya tidak dapat diketahui secara pasti jumlahnya.

 3.4.2          Sampel

Menurut Sugiyono (2019:29) berpendapat sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. menurut Arikunto (2019:341), “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Lebih lanjut  menurut Sugiyono (2019:81) tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel untuk digunakan dalam penelitian”. Dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling. Masih menurut Sugiyono (2019:118) “non probability sampling adalah teknik pengambilan sampling yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Menurut Sugiyono (2019:29) berpendapat sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. menurut Arikunto (2019:341), “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Lebih lanjut tujuan riset seringkali adalah untuk mencari jawaban tentang sesuatu dari aspek yang lebih luas yang dikenal dengan populasi. Sedangkan Menurut Suhartanto (2018:229) “untuk mencari jawaban permasalahan yang ada di populasi tersebut periset sering harus sering harus menggunakan sampel daripada memakai populasi secara keseluruhan”. Sampel penelitian ini adalah konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan. Oleh karena pada penelitian ini besarnya populasi tidak diketahui dengan pasti berapa jumlahnya, maka akan sulit mencari jumlah populasi yang tepat, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Rao Purba (dalam Kharis, 2018:50) yaitu sebagai berikut:

 

 

 


 ( dibulatkan menjadi 96 responden)

Dimana:

n          = jumlah sampel

Z         = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel yaitu 1,96 atau 95% pada taraf signifikansi.

Moe     = Margin of error, tingkat kesalahan maksimum (10%)

 

3.5           Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam pengukuran variabel. Menurut Sugiyono (2019:308) menyampaikan metode pengumpulan data adalah cara ilmiah utuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat dibuktikan, dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

 3.5.1          Data Primer   

Menurut Sugiyono (2019:308) “sumber primer adalah sumber data yanglangsung memberikan data kepada pengumpul data”. Sedangkan menurut Sujarweni (2018:74) “teknik pengumpulan data primer merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menarik informasi kuantitatif”.Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada konsumen Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

1.       Observasi   

Menurut Sugiyono (2019:141) berpendapat observasi adalah proses yang tersusun dari berbagai proses sehingga diperoleh data berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam hal ini penulis melaksanakan pengamatan langsung terhadap perusahaan dimana pengamatan terbatas pada pokok permasalahan sehingga perhatian lebih fokus kepada data (riil) dan relevan.

 

2.       Kuesioner  

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden secara tertulis. Daftar pertanyaan ditujukan terutama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2019:142) berpendapatkuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan siapa variabel akan diukur dan yang diharapkan dari responden”. Dalam penelitian ini kuesioner yang dibuat berupa pernyataan dengan jawaban mengacu pada skala likert: Sangat Tidak Setuju (bobot 1), Tidak Setuju (bobot 2), Kurang Setuju (bobot 3), Setuju (bobot 4) dan Sangat Setuju (bobot 5).

3.       Dokumentasi  

Menurut Sugiyono (2019:348) berpendapat “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan atau gambar. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah perusahaan, jumlah penjualan, dan lain sebagainya.

4.       Studi Kepustakaan  

Menurut Sugiyono (2019:140) berpendapat “studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, dan norma yang diteliti dan penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur ilmiah”. Dalam penelitian ini studi kepustakaan dilakukan dengan mencari landasan teoritis yang berhubungan dengan judul penelitian.

 3.5.2          Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2019:308) data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung yang memberikan data kepada pengumpul data”. Selanjutnya menurut Hendri Tanjung (2018:19) menyampaikan “cara pengumpulan data sekunder yaitu untuk data sekunder, pengumpulan datanya dilakukan dengan metode dokumentasi melalui media cetak atau media elektronik”. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup data sejarah perusahaan, visi misi perusahaan.

 

3.6           Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2019:147) “dalam penelitian kuantitatif analisa data merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber-sumber yang diperoleh”. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenisnya, mentabulasi berdasarkan variabel, menyajikan data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:

 3.6.1          Analisis Deskriptif

Metode diskriptif merupakan data yang digunakan dengan mengadakan pengumpulan data dan menganalisa sehingga diperoleh deskripsi, gambaran atau fenomena yang diteliti.

1.   Pembuatan Skala Likert

Dalam penelitian ini, untuk pembobotan data, peneliti menggunakan skala pengukuran. Menurut Sugiyono (2019:92), “skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga bila digunakan akan menghasilkan data kuantitatif.

Dalam ilmu statistik banyak jenis-jenis skala yang digunakan baik untuk kepentingan akademisi maupun kepentingan praktisi. Dari sekian banyak jenis skala yang telah dikembangkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan skala likert dalam bentuk data-data yang diperoleh. Menurut Malholta (2019:298) “skala likert adalah pengukuran dengan lima kategori respon yang berkisar “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju” yang mengharuskan responden menentukan derajat persetujuan atau ketidak setujuan mereka terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus”.

Pendapat di atas dipertegas oleh Sugiyono (2019:92) bahwa “skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Lebih lanjut Sugiyono (2019:92) menjelaskan bahwa “dengan menggunakan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan indikator tersebut dijadikan acuan dalam menyusun pertanyaan maupun pernyataan”. Dalam penelitian fenomena sosial ini, variabel telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini skala likert dan scoring sebagai berikut:

 

 

Tabel 3.3

Skala Likert

Alternatif Jawaban

Bobot

Sangat Setuju

5

Setuju

4

Kurang setuju

3

Tidak Setuju

2

Sangat Tidak Setuju

1

Sumber: Di adaptasi dari Sugiyono (2019:92)

Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Selanjutnya menurut pendapat Istijanto (2018:91) menyatakan bahwa “penggunaan 5 kategori dalam skala likert di atas sangat populer dalam survei konsumen karena dipandang mewakili dengan baik tingkat intensitas penilaian responden”.  Penggunaan kategori yang terlalu banyak (misalnya sampai 9 kategori) sering kali justru membingungkan responden karena perbedaan tiap kategori menjadi sedemikian tipis dan responden kesulitan untuk membuat pilihan. Sebaliknya penggunaan skala dengan jumlah kategori yang sedikit (misalnya 2 kategori) membuat responden tidak leluasa mengungkapkan penilaiannya dan menjadi terpaksa memilih karena tidak ada pilihan yang lebih cocok.

2.   Skala Interval

Setelah dibuat skala likert scoring, selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk memudahkan penilaian rata-rata tersebut, maka digunakan skala interval. Sedangkan skala interval itu sendiri menurut Istijanto (2018:83), adalah “skala yang memiliki urutan dan memiliki  interval atau jarak yang sama antara kategori atau titik-titik terdekatnya”.

Hal tersebut dipertegas oleh Malholtra (2018:278) yang menyatakan bahwa “skala interval adalah skala yang menggunakan angka untuk memeringkat obyek sedemikian rupa sehingga jarak setara secara numerik mewakili jarak setara karakteristik yang sedang diukur. Untuk memudahkan penilaian rata-rata tersebut maka digunakan interval, untuk menentukan panjang kelas interval, menurut Sudjana (2018:47) digunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sudjana (2018:47)

Keterangan:

P = Panjang Kelas Interval

K = Banyak Kelas

R = Rentang (data terbesar – data terkecil)

Jadi panjang kelas interval adalah = 0,8

Maka  panjang kelas interval dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 3.4

Skala Interval

Kriteria atau Interpretasi Kategori

Disingkat

Skala Interval

Sangat Tidak Setuju atau Sangat Tidak Baik

STS/STB

1,00 – 1,79

Tidak Setuju atau Tidak Baik

TS/TB

1,80 – 2,59

Kurang Setuju atau Kurang Baik

KS/KB

2,60 – 3,39

Setuju atau Baik

B

3,40 – 4,19

Sangat Setuju atau Sangat Baik

STB

4,20 – 5,00

Sumber: Di adaptasi dari Sudjana (2018:47)

 3.6.2          Uji Instrumen Data

Dalam suatu penelitian, data mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Valid atau tidaknya data sangat menentukan mutu dari data tersebut. Hal ini tergantung instrumen yang digunakan apakah sudah memenuhi asas validitas dan reliabilitas. Adapun dalam pengujian instrumen ini digunakan 2 (dua) pengujian yaitu:

1.   Uji Validitas

Valid adalah menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2019:361) berpendapatvalid berarti terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya”.  Sedangkan menurut Ghozali (2018:52) berpendapat “suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut”. Untuk melakukan uji validitas dilihat dari tabel Item-Total Statistics.

Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r hitung > r tabel atau dapat juga dengan nilai chronbath alpa > standar kritis alpa, maka dikatakan valid. Untuk menguji validitas setiap instrumen, rumus yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2019: 356)

Keterangan:

rxy           = koefisien korelasi antar X dan Y

n               = jumlah responden

x               = skor item kuesioner

y               = total skor item kuesioner

∑x²           = jumlah kuadrat seluruh skor X

∑y²           = jumlah kuadrat seluruh skor Y

Dalam penelitian ini untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan software alat bantu program Statistical Package for Social Science (SPSS) for window versi 26, sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas.

Kriteria atau syarat keputusan suatu instrumen dikatakan valid dan tidaknya menurut Sugiyono (2019:173) yaitu dengan membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

a.       Jika rhitung > rtabel, maka instrumen dikatakan valid,

b.       Jika rhitung < rtabel, maka instrumen dikatakan tidak valid.

2.   Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan serangkaian pengukuran atau alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu. Menurut Sugiyono (2019:298) berpendapat ”instrumen yang reliabel jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Sedangkan menurut Ghozali (2018:47) berpendapat reliabilitas merupakan alat untuk menguji kekonsistenan jawaban responden atas pernyataan di kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Berdasarkan definisi di atas, maka reliabilitas diartikan sebagai karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Rumus yang digunakan pada penelitian ini, reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus alpha atau cronbach’s alpha (α) dikarenakan instrumen pertanyaan kuesioner yang dipakai merupakan rentangan antara beberapa nilai dalam hal ini menggunakan skala rating 1 sampai dengan 5. Menurut Arikunto (2019:223) menyampaikan “cara menghitung tingkat reliabilitas suatu data yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Sumber: Arikunto (2019:223)

Keterangan:

r11               = Koefisien reliabilitas

k                 = Jumlah butir pertanyaan

          = Jumlah variansi butir pertanyaan

              = variansi total

Jumlah varians skor setiap item dan varians total, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 

 

 


Sumber: Arikunto (2019:227)

 

 

 

 

Sedangkan varians total, dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

 

Sumber: Arikunto (2019:227)

Keterangan:

              = variansi tiap item

              = variansi tiap item

X11              = Jawaban responden untuk setiap butir soal

∑Yt             = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan

n                 = Jumlah responden   

Dalam penelitian ini untuk menghitung tingkat reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software alat bantu program Statistical Package for Social Science (SPSS) for window versi 26.

Kriteria yang digunakan apabila suatu alat ukur memberikan hasil yang stabil, maka disebut alat ukur itu handal. Pengukuran dilakukan sekali dan reliabilitas dengan uji statistik. Dalam penelitian ini pengukuran yang dipakai adalah dengan membandingkan nilai Cronbach's Alpha dengan 0,600, dimana menurut Ghozali (2018:238) dapat berpedoman sebagai berikut:

a.           Jika Nilai Cronbach's Alpha > 0,600, maka instrumen reliabel.

b.           Jika Nilai Cronbach's Alpha < 0,600, maka instrumen tidak reliabel.

 3.6.3          Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ketepatan sebuah data. Menurut Santoso (2019:342) berpendapat “sebuah model regresi akan digunakan untuk melakukan peramalan sebuah model yang baik adalah model dengan kesalahan peramalan yang seminimal mungkin. Karena itu, sebuah model sebelum digunakan seharusnya memenuhi beberapa asumsi, yang biasa disebut asumsi klasik”. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah meliputi: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

1.   Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Ghozali (2018:290) berpendapat ”model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal”. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Dengan demikian uji ini untuk memeriksa apakah data yang berasal dari populasi terdistribusi normal atau tidak. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan  antara lain:

a.   Metode Uji Kolmogorov Smirnov.

Menurut Sugiyono (2019:257) menjelaskan bahwa uji normalitas dapat diuji dengan Kolmogorov Smirnov dengan rumus:

 

 


Sumber: Ghozali (2018:290)

Sumber: Sugiyono (2019:257)

Keterangan:

KD         : Jumlah Kolmogorov-Smirnov yang dicari

n1           : Jumlah sampel yang diperoleh

n2           : Jumlah sampel yang diharapkan

Data dikatakan normal dengan ketentuan sebagai berikut:

1)         Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

2)         Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal.

b.   Metode Grafik.

Uji normalitas juga dapat dideteksi dengan melihat penyebaran pada (titik) pada sumbu diagonal pada grafik probability plot. Adapun menurut Ghozali (2018:294) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1)       Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas.

2)       Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas.

2.   Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Menurut Ghozali (2018:105) berpendapat bahwa “uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Menurut Santoso (2019:234) “jika terbukti ada multikolinieritas, sebaiknya salah satu dari variabel independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan model regresi diulang kembali”. Adapun untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF) dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Santoso (2019:234)

Atau dapat juga menggunakan rumus dibawah ini:

Sumber: Ghozali (2018:43))

Keterangan:

rxy                        = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X                = Skor item

Y                = Sskor total

N                = Jumlah subjek

∑xy            = Jumlah perkalian antara X dan Y

∑x              = Jumlah nilai X

∑y              = Jumlah nilai Y

∑x2             = Jumlah kuadrat dari X

∑y2             = Jumlah kuadrat dari Y

Dalam penelitian ini ketentuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakala yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Model Regresi yang baik adalah yang tidak terjadi multikolinieritas.

Dalam pengujian, digunakan sofware SPSS versi 26. Untuk mendeteksi hal tersebut pedomannya adalah sebagai berikut:

a.   Jika nilai nilai tolerance lebih < 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < dari 1, maka tidak terjadi multikolinieritas.

b.   Jika nilai nilai tolerance lebih > 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) > dari 1, maka terjadi multikolinieritas.

3.   Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu adanya korelasi antar anggota sampel. Menurut Ghozali (2018:110) berpendapat bahwa “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi liner ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1”. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW test) dengan rumus:

Sumber: Santoso (2019:234)

 

 

Keterangan:

et         : adalah residual tahun t

et-1     : adalah residual satu tahun sebelumnya.

Menurut Algifari (2018:88) menyampaikan bahwa konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varian sampel tidak dapat menjelaskan varian populasinya. Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji Durbin-Watson dengan ketentuan:

Tabel 3.5

Pedoman Uji Autokorelasi Dengan Darbin-Watson (DW test)

Kriteria

Keterangan

< 1,000

Ada autokorelasi

1,100 – 1,550

Tanpa kesimpulan

1,550 – 2,460

Tidak ada autokorelasi

2,460 – 2,900

Tanpa kesimpulan

> 2,900

Ada autokorelasi

Sumber: Algifari (2018:88).

4.   Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018:349) berpendapat “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain”. Cara menprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa yaitu:

a.    Uji Glejser

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Sumber: Ghozali (2018:125-126)

 

Keterangan:

Ln          = Regresi

έi2                  = Kuadrat nilai undstandarized residual dari uji regresi

βo           = Konstanta regresi

βln(X1)   = Konstanta regresi variabel independen

µi           = Residual test

Ketentuan dalam uji Glejser dapat melihat hasil uji nilai residual absolut diregresi dengan variabel independen. (Ghozali, 2018:142). Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Adapun ketentuan terjadi atau tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

1)      Jika variabel independen signifikan secara statistik memiliki nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka terjadi gangguan heteroskedastisitas.

2)      Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik memiliki nilai signifikansi (Sig.) > 0,05, maka data tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.

b.   Grafik Scater Plot

Cara lain dalam menguji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan melihat grafik scatter plot (Ghozali, 2018:125-126) dengan ketentuan sebagai berikut:

1)      Jika penyebaran data pada grafik scatter plot tidak teratur dan tidak membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan tidak terjadi problem heteroskedastisitas

2)      Jika penyebaran data pada grafik scatter plot teratur dan membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan terjadi problem heteroskedastisitas.

 3.6.4          Analisis Kuantitatif

Analisis kuatitatif sering disebut dengan verifikatif yaitu penelitian untuk menilai kondisi dari nilai pengaruh dan signifikansi pengaruh tersebut. Menurut Sugiyono (2019:55) berpendapatmetode verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 (dua) variabel atau lebih. Dengan demikian dari hasil dari analisis ini akan memberikan jawaban awal dari rumusan masalah mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun tahapan analisis yang dilakukan adalah:

1.   Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dan dependen. Menurut Sugiyono (2019:277) berpendapat “regresi linier sederhana digunakan untuk mengestimasi besarnya koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier saru variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya variabel tergantung”. Adapun persamaan regresi linier sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2019:261)

Dimana :

Y = Variabel terikat (dependen atau variabel yang diduga)

X = Variabel bebas (independen)

a  = Intersep (konstan) (nilai Y bila X = 0 disebut titik intercept

b  = Koefisien arah regresi linier untuk mengukur besarnya pengaruh Y

Sedangkan untuk mengetahui besarnya nilai konstanta a dan konstanta b dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 

  dan

Sumber: Sugiyono (2019:261)

Variabel X dikatakan mempengaruhi Y jika berubahnya nilai X akan menyebabkan adanya perubahan nilai Y artinya naik turunnya X akan membuat nilai Y juga naik turun, namun tidak selalu demikian karena masih ada faktor lain yang ikut mempengaruhinya.

2.   Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi liner berganda merupakan suatu teknik statistika yang digunakan untuk mencari persamaan regresi yang bermanfaat untuk meramal nilai variabel dependen berdasarkan nilai-nilai variabel independen dan mencari kemungkinan kesalahan dan menganalisa hubungan antara satu variabel dependen dengan variabel independen secara bersama-sama. Menurut Sugiyono (2019:277) berpendapat “analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan/diturunkan”.  Model hubungan ini disusun dalam fungsi atau persamaan regresi ganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + έ

Sumber: Sugiyono (2019:277).

 

Keterangan:

Y  =       Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian

a  =        Bilangan konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah konstan atau 0 (X1, X2 = 0)

b1 =       Koefisien regresi berganda X1 terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas X2 dianggap konstan atau tetap

b2 =       Koefisien regresi berganda X2 terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas X1 dianggap konstan atau tetap

X1  =      Variabel independen (X1) dalam penelitian ini adalah harga

X2  =      Variabel independen (X2) dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan

έ   =       Disturbance’s error / variabel pengganggu

Regresi linier berganda dengan variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1 dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sy          = na + b1SX1 + b2SX2

SX1y      = aSX1 + b1SX1 + b2SX1X2

SX2y      = aSX2 + b1SX1X2 + b2SX2X22

Sumber: Sugiyono (2019:279)

Arti koefisien b adalah jika nilai b positif (+), hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai b negatif (-), maka hal ini menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai veriabel terikat, dan sebaliknya.

3.   Analisis Koefisien Korelasi

Analisis koefisien korelasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen baik secara parsial maupun simultan. Menurut Sugiyono (2019:274) persamaan correlation pearson dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2019:274)

Keterangan:

r             : Korelasi antara variabel independen dan variabel dependen

n            : Banyaknya sampel   

X           : Nilai variabel independen (bebas)   

Y           : Nilai variabel dependen (terikat)     

Dengan ketentuan sebagai berikut:      

1)           Apabila nilai r > 0, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat merupakan hubungan yang positif yaitu semakin besar nilai variabel bebas, maka semakin besar pula pengaruh terhadap nilai variabel terikat.

2)           Apabila nilai r < 0, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat merupakan hubungan negatif, yaitu semakin kecil variabel bebas, maka semakin kecil nilai variabel terikat.

3)           Apabila nilai r = 0, maka antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak ada hubungan sama sekali.  

4)           Apabila r = 1 berarti terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

5)           Apabila nilai r = -1, maka telah terjadi hubungan negatif yang sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Lebih lanjut menurut Sugiyono (2019:184) untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi dapat berpedoman pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Nilai Koefisien Korelasi

Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199

Sangat Rendah

0,200 – 0,399

Rendah

0,400 – 0,599

Sedang

0,600 – 0,799

Kuat

0,800 – 1,000

Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2019:184)

4.   Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan. Menurut Supangat (2019:350) berpendapatkoefisien determinasi merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen” Berdasarkan dari pengertian ini maka koefisien determinasi merupakan bagian dari keragaman total dari variabel terikat yang dapat diperhitungkan oleh keragaman variabel bebas dihitung dengan koefisien determinasi dengan asumsi faktor lain di luar variabel dianggap konstan.

Untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat dihitung dengan suatu koefisien yang disebut koefisien penentuan, dimana menurut Sugiyono (2019:350) dapat berpedoman dengan rumus sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

 

 


Sumber: Sugiyono (2019:350)

Keterangan:

Kd  : Koefisien Determinasi

r      : Koefisien Korelasi antara variabel bebas dan terikat (yang  dikuadratkan)

100% : Pengalian yang diprosentasikan

Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Adapun ketentuan besarnya nilai koefisien determinasi (Kd) antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) dimana interpretasinya adalah :

1)       Jika determinasi bernilai 0 = berarti tidak ada hubungan antara variabel X1 dan X2 (bebas) dengan variabel Y (terikat).

2)       Jika determinasi bernilai 1 = berarti ada kecocokan yang sempurna dari ketepatan perkiraan model.

 

5.   Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menentukan apakah suatu hipotesis sebaiknya diterima atau ditolak. Menurut Sugiyono (2019:234) berpendapathipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Dengan demikian hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Maka pengujian hipotesis dilakukan melalui:

a.       Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t atau uji parsial dimaksudkan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Menurut Sugiyono (2019:251) bahwa “uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi varibel independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) pada tingkat kepercayaan 95%”. Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut:

1)  Variabel Harga (X1)

H0 : ρ1 = 0

Tidak terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ha : ρ1 ¹  0

Terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

2)  Variabel Kualitas Pelayanan (X2)

H0 : ρ2 = 0

Tidak terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Ha : ρ2 ¹  0

Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Rumus yang digunakan dalam pengujian hipotesis (uji t) ini, menurut Sugiyono (2019:184) dapat menggunakan dengan mencari nilai t hitung dengan rumus sebagai berikut:

 

 

 


Sumber: Sugiyono (2019:184)

Keterangan:

t = Probabilitas

r = Koefisien korelasi parsial

n = Jumlah sampel.

Taraf signifikansi yang digunakan 0,05 (5%) artinya kemungkinan hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95%.

Dalam pengujian ini, hipotesis diterima atau ditolak dicari dengan cara membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut:

(a)     Jika nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

(b)    Jika nilai t hitung > t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai berikut:

(a)     Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

(b)    Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Kriteria dikatakan signifikan jika nilai t hitung > t tabel atau probability signifikansi < 0,05.

b.   Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji F atau simultan dimaksudkan untuk menguji pengaruh semua variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Menurut Sugiyono (2019:252) bahwa “uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel independen terhadap variabel dependen”. Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang dibuat, sebagai berikut:

 H0 : ρ3 = 0

Tidak terdapat pengaruh harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan

Ha : ρ3 ¹  0

Terdapat pengaruh harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan

Rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2019:252) “uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel independen terhadap variabel dependen”. Untuk mencari nilai F hitung digunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2019:252)

Keterangan:

r2        = Koefisien korelasi ganda

k     = Jumlah variabel independen

n     = Jumlah data (sampel responden).

Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Kriteria hipotesis diterima atau ditolak yaitu dengan mebandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel dengan kriteria sebagai berikut:

a)           Jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

b)          Jika nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai berikut:

a)       Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

b)       Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Kriteria dikatakan signifikan jika nilai F hitung > F tabel atau probability signifikansi < 0,05.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

4.1           Gambaran Umum Obyek Penelitian

 4.1.1          Sejarah Singkat Alfamart

4.2           Hasil Penelitian

 4.2.1          Analisis Deskriptif

A.    Analisis Deskriptif Karakteristik Responden       

Karakterstik responden dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Laki-laki

46

47.9

47.9

47.9

Perempuan

50

52.1

52.1

100.0

Total

96

100.0

100.0

 

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 orang atau 47,9%, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang atau 52,1%.

B.    Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2

 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

< 25 Tahun

9

9.4

9.4

9.4

25 - 35 Tahun

29

30.2

30.2

39.6

36 - 45 Tahun

34

35.4

35.4

75.0

46 - 50 Tahun

14

14.6

14.6

89.6

> 50 Tahun

10

10.4

10.4

100.0

Total

96

100.0

100.0

 

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 9 orang atau 9,4%, yang berusia antara 25-35 tahun sebanyak 29 orang atau 30,2%, yang berusia antara 36-45 tahun sebanyak 34 orang atau 35,4%, yang berusia antara 46-50 tahun sebanyak 14 orang atau 14,6% dan yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 10 orang atau 10,4%.

C.    Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

PNS/TNI/Polri

8

8.3

8.3

8.3

Wiraswasta

30

31.3

31.3

39.6

Karyawan Swasta

24

25.0

25.0

64.6

Ibu Rumah Tangga

19

19.8

19.8

84.4

Pelajar/Mahasiswa

9

9.4

9.4

93.8

Lainnya

6

6.3

6.3

100.0

Total

96

100.0

100.0

 

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/Polri sebanyak 8 orang atau 8,3%, bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 30 orang atau 31,3%, bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 24 orang atau 25,0% , ibu rumah tangga sebanyak 19 orang atau 19,8%, responden yang masih sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 9 orang atau 9,4%, dan responden lainnya sebanyak 6 orang atau 6,3%.

D.    Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian

Pembelian

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Sebelumnya pernah membeli

50

52.1

52.1

52.1

Sebelumnya belum pernan membeli

46

47.9

47.9

100.0

Total

96

100.0

100.0

 

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang sebelumnya pernah membeli sebanyak 50 orang atau 52,1%, dan responden yang sebelumnya belum pernah membeli sebanyak 46 orang atau 47,9%.

E.    Analisis Deskriptif Penilaian atau Jawaban Responden 

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga (X1), kualitas pelayanan (X2) dan keputusan pembelian (Y). Dalam menganalisis, penulis menggunakan analisa deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian, bagaimana karakteristik subyek penelitian sehubungan dengan variabel yang diteliti. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap skor masing-masing variabel dengan memberikan skor total dengan jumlah item dari variabel yang dibobot, melalui pertanyaaan yang diberikan peneliti dalam kuesioner.

Pembobotan dalam penelitian ini menggunakan metode pengukuran likert, dimana pernyataan mengandung 5 alternatif jawaban dengan menentukan rentang skala dari setiap variabel dapat ditetapkan interval untuk memberikan interpretasi berdasar baik dan tidak baik. yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tabel Interval Tanggapan Responden

Rentang Skala

Keterangan / Kriteria

Disingkat

1,00 – 1,79

Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Baik

STS /STB

1,80 – 2,59

Tidak Setuju / Tidak Baik

TS / TB

2,60 – 3,39

Kurang Setuju / Kurang Baik

KS / KB

3,40 – 4,19

Setuju / Baik

S / B

4,19 – 5,00

Sangat Setuju / Sangat Baik

SS / SB

Sumber: Sugiyono (2019:95)

Berdasar pada kriteria di atas, maka dapat dilakukan penilain atau jawaban responden menurut item pernyataan sebagai berikut:

1)  Penilaian Responden Variabel Harga (X1)

Kriteria obyek yang diteliti berdasarkan pada tanggapan responden pada butir pertanyaan variabel harga (X1) memperoleh jawaban yang beragam, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6

Jawaban Responden Variabel Harga (X1)

 

No

 

Pernyataan

Kriteria Jawaban

 

Total

 

Jumlah

Mean

Skor

 

Ket

SS

S

KS

TS

STS

5

4

3

2

1

 

1. Keterjangkauan harga

1

Harga produk yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 sangat terjangkau oleh konsumen

24

28

24

18

2

342

96

3.56

B

2

Harga produk yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 tidak terlalu mahal

11

33

24

22

6

309

96

3.22

KB

 

Jumlah

35

61

48

40

8

651

192

Rata2

 

 

Persentase

18.2%

31.8%

25.0%

20.8%

4.2%

100%

 

3.39

KB

 

2. Kesesuan harga dengan kualitas produk

3

Harga yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 sesuai dengan kualitas bahannya

19

31

28

10

8

331

96

3.45

B

4

Alfamart pondok indah 2 menyediakan berbagai macam produk pilihan

20

34

23

11

8

335

96

3.49

B

 

Jumlah

39

65

51

21

29

666

192

Rata2

 

 

Persentase

20.3%

33.9%

26.6%

10.9%

8.3%

100%

 

3.47

B

 

3. Daya saing harga

5

Harga yang diberikan Alfamart pondok indah 2 mampu bersaing dengan harga produk dari  kompetitor

23

24

25

9

9

325

96

3.39

KB

6

Harga yang diberikan sudah sesuai dengan harga di pasaran.

23

22

28

14

9

324

96

3.38

KB

 

Jumlah

46

46

53

29

18

649

192

Rata2

 

 

Persentase

24.0%

24.0%

27.6%

9.1%

9.4%

100%

 

3.38

KB

 

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

7

Harga sudah sesuai dengan  manfaat produk yang saya beli

31

21

29

3

12

344

96

3.58

B

8

Produk Alfamart pondok indah 2 mampu memenuhi harapan saya

21

28

23

34

11

323

96

3.36

KB

 

Jumlah

52

49

52

29

23

667

192

Rata2

 

 

Persentase

27.1%

25.5%

27.1%

8.3%

12.0%

100%

 

3.47

B

 

5. Sistem Pembayaran

9

Sistem pembayaran yang diterapkan oleh Alfamart pondok indah 2 sangat memudahkan konsumen

34

34

24

18

7

337

96

3.51

B

10

Prosedur pembayaran cepat dan tidak melalui prosedur berbelit-beli

40

28

11

8

9

370

96

3.85

B

 

Jumlah

74

41

35

26

29

707

192

Rata2

 

 

Persentase

38.5%

21.4%

18.2%

34.5%

8.3%

100%

 

3.68

B

 

TOTAL

246

262

239

342

81

3340

960

Rata2

 

 

Persentase

25.6%

27.3%

24.9%

34.8%

8.4%

100%

Rata2

3.48

B

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, tanggapan responden atas pernyataan variabel harga diperoleh rata-rata skor sebesar 3,48 dimana skor tersebut termasuk pada rentang skala 3,40-4,19 dengan kriteria setuju, artinya mayoritas responden memberikan jawaban setuju.

Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 25,6%, responden yang menjawab setuju (S) sebanyak 27,3%, namun responden yang menjawab kurang setuju (KS) sebanyak 24,9%, responden yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 34,8%, dan responden yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 8,4%.

2)  Penilaian Responden Variabel Kualitas Pelayanan (X2)

Kriteria obyek yang diteliti berdasarkan pada tanggapan responden pada butir pertanyaan variabel kualitas pelayanan (X2) memperoleh jawaban yang beragam, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.7

Jawaban Responden Variabel Kualitas Pelayanan (X2)

 

No

 

Pernyataan

Kriteria Jawaban

 

Total

 

Jumlah

Mean

Skor

 

Ket

SS

S

KS

TS

STS

5

4

3

2

1

 

1. Tangible (Bukti langsung)

1

Area minimarket cukup luas dan memadai

10

38

43

5

0

341

96

3.55

B

2

Peralatan penunjang yang digunakan lengkap

9

32

41

14

0

324

96

3.38

KB

 

Jumlah

19

70

84

19

0

665

192

Rata2

 

 

Persentase

9.9%

36.5%

43.8%

9.9%

0.0%

100%

 

3.46

B

 

2. Reliability (kehandalan)

3

Petugas mampu memberikan alternatif pilihan produk sesuai kebutuhan konsumen.

9

41

46

0

0

347

96

3.61

B

4

Petugas cukup akurat dalam memberikan informasi kepada konsumen

9

50

30

1

0

367

96

3.82

B

 

Jumlah

24

91

76

1

0

714

192

Rata2

 

 

Persentase

12.5%

47.4%

39.6%

0.5%

0.0%

100%

 

3.72

B

 

3. Responsiveness (Responsif)

5

Petugas mampu bertindak cekatan dan sigap dalam memberikan pelayanan konsumen

24

42

30

0

0

378

96

3.94

B

6

Petugas dapat memberi solusi yang tepat atas keluhan dari konsumen

10

48

36

2

0

354

96

3.69

B

 

Jumlah

34

90

66

2

0

732

192

Rata2

 

 

Persentase

17.7%

46.9%

34.4%

1.0%

0.0%

100%

 

3.81

B

 

4. Assurance (Jaminan)

7

Petugas mampu memberikan kepercayaan kepada konsumen

21

48

27

0

0

378

96

3.94

B

8

Petugas menanggapi dengan baik sesuai janji yang diberikan

23

40

33

0

0

374

96

3.90

B

 

Jumlah

44

88

60

0

0

752

192

Rata2

 

 

Persentase

22.9%

45.8%

31.3%

0.0%

0.0%

100%

 

3.92

B

 

5. Perilaku pasca pembelian

9

Saya merasa puas setelah melakukan pembelian di Alfamart pondok indah 2.

21

42

29

4

0

368

96

3.83

B

10

Saya memutuskan untuk melakukan pembelian ulang di Alfamart pondok indah 2

10

35

47

4

0

339

96

3.53

B

 

Jumlah

31

77

76

8

0

707

192

Rata2

 

 

Persentase

29.1%

40.1%

39.6%

4.2%

0.0%

100%

 

3.68

B

 

TOTAL

92

429

362

30

0

3570

960

Rata2

 

 

Persentase

9.8%

43.3%

37.7%

3.1%

0.0%

100%

Rata2

3.72

B

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, tanggapan responden atas pernyataan variabel kualitas pelayanan diperoleh rata-rata skor sebesar 3,72 dimana skor tersebut termasuk pada rentang skala 3,40-4,19 dengan kriteria setuju, artinya mayoritas responden memberikan jawaban setuju.

Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 9,8%, responden yang menjawab setuju (S) sebanyak 43,3%, namun responden yang menjawab kurang setuju (KS) sebanyak 37,7%, responden yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 3,1%, dan responden yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0,0%.

3)  Penilaian Responden Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Kriteria obyek yang diteliti berdasarkan pada tanggapan responden pada butir pertanyaan variabel keputusan pembelian (Y) memperoleh jawaban yang beragam, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.8

Jawaban Responden Variabel Keputusan Pembelian (Y)

 

No

 

Pernyataan

Kriteria Jawaban

 

Total

 

Jumlah

Mean

Skor

 

Ket

SS

S

KS

TS

STS

5

4

3

2

1

 

1. Tujuan dalam membeli produk

1

Konsumen merasa Alfamart pondok indah 2 berupaya memenuhi keinginan konsumen dengan baik

3

37

47

9

0

322

96

3.35

KB

2

Konsumen membeli produk Alfamart pondok indah 2 karena adanya pengalaman yang positif

18

57

21

0

0

381

96

3.97

B

 

Jumlah

21

94

68

9

0

703

192

Rata2

 

 

Persentase

10.9%

49.0%

35.4%

4.7%

0.0%

100%

 

3.66

B

 

2. Proses perolehan informasi

3

Konsumen mengenal Alfamart pondok indah 2 dari informasi konsumen lainnya

5

35

50

4

2

325

96

3.39

KB

4

Konsumen tidak mengalami kesulitan dalam mencari produk Alfamart pondok indah 2 dipasaran

34

46

9

1

0

401

96

4.18

B

 

Jumlah

39

81

65

5

2

726

192

Rata2

 

 

Persentase

20.3%

42.2%

33.9%

2.6%

1.0%

100%

 

3.78

B

 

3. Kemantapan pada produk

5

Produk Alfamart pondok indah 2 sudah dikenal memiliki resiko yang kecil dan ketepatan pengadaan yang baik

18

43

35

0

0

367

96

3.82

B

6

Konsumen berkomitmen untuk tidak berniat membeli yang lain selain dari produk perusahaan

7

49

40

0

0

351

96

3.66

B

 

Jumlah

25

92

75

0

0

718

192

Rata2

 

 

Persentase

34.0%

47.9%

39.1%

0.0%

0.0%

100%

 

3.74

B

 

4. Keputusan Pembelian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

Saya memutuskan membeli di Alfamart pondok indah 2 karena suasana yang nyaman.

22

52

22

0

0

384

96

4.00

B

8

Saya membeli produk Alfamart pondok indah 2 berdasarkan pengalaman orang lain.

9

52

29

0

0

370

96

3.85

B

 

Jumlah

37

104

51

0

0

754

192

Rata2

 

 

Persentase

19.3%

54.2%

26.6%

0.0%

0.0%

100%

 

3.93

B

 

5. Perilaku pasca pembelian 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9

Saya merasa puas setelah melakukan pembelian di Alfamart pondok indah 2.

26

50

20

0

0

390

96

4.06

B

10

Saya memutuskan untuk melakukan pembelian ulang di Alfamart pondok indah 2

23

47

25

1

0

380

96

3.96

B

 

Jumlah

49

97

45

1

0

770

192

Rata2

 

 

Persentase

25.5%

50.5%

23.4%

0.5%

0.0%

100%

 

4.01

B

 

TOTAL

171

468

304

9

2

3671

960

Rata2

 

 

Persentase

17.8%

48.8%

31.7%

1.6%

0.2%

100%

Rata2

3.82

B

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, tanggapan responden atas pernyataan variabel keputusan pembelian diperoleh rata-rata skor sebesar 3,82 dimana skor tersebut termasuk pada rentang skala 3,40-4,19 dengan kriteria setuju, artinya mayoritas responden memberikan jawaban setuju.

Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 17,8%, responden yang menjawab setuju (S) sebanyak 48,8%, namun responden yang menjawab kurang setuju (KS) sebanyak 31,7%, responden yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1,6%, dan responden yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0,2%.

 4.2.2          Pengujian Instrumen Data Penelitian

Pengujian instrumen data diperlukan untuk mengetahui bahwa variabel yang diteliti memiliki fungsi sebagai alat pembuktian meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.

1.   Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dimaksudkan untuk menguji pernyataan pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner valid atau tidak.  Untuk mengolah uji validitas, peneliti menggunakan sofware SPSS Versi 26 dengan kriteria sebagai berikut:

a.   Jika nilai r hitung > r tabel, maka instrumen dinyatakan valid.

b.   Jika nilai r hitung < r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Adapun hasil uji validitas variabel harga, sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Variabel Harga (X1)

No

Kuesioner

r hitung

r tabel

Keterangan

1

Harga produk yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 sangat terjangkau oleh konsumen

0.537

0.201

Valid

2

Harga produk yang ditetapka Alfamart podok indah 2 tidak terlalu mahal

0.736

0.201

Valid

3

Harga yang ditetapkan Alfamart podok indah 2 sesuai dengan kualitas bahannya

0.634

0.201

Valid

4

Alfamart podok indah 2 menyediakan berbagai macam produk pilihan

0.812

0.201

Valid

5

Harga yang diberikan Alfamart podok indah 2 mampu bersaing dengan harga produk dari  kompetitor

0.766

0.201

Valid

6

Harga yang diberikan sudah sesuai dengan harga di pasaran.

0.728

0.201

Valid

7

Harga sudah sesuai dengan  manfaat produk yang saya beli

0.490

0.201

Valid

8

Produk Alfamart podok indah 2 mampu memenuhi harapan saya

0.854

0.201

Valid

9

Sistem pembayaran yang diterapkan oleh Alfamart podok indah 2 sangat memudahkan konsumen

0.691

0.201

Valid

10

Prosedur pembayaran cepat dan tidak melalui prosedur berbelit-beli

0.638

0.201

Valid

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, variabel harga (X1) diperoleh nilai r hitung > r tabel (0.201), dengan demikian maka semua item kuesioner dinyatakan valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data penelitian.

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan (X2)

No

Kuesioner

r hitung

r tabel

Keterangan

1

Area minimarket Alfamart pondok indah 2, sangat terjaga kebersihannya

0.399

0.201

Valid

2

Peralatan penunjang yang digunakan lengkap

0.418

0.201

Valid

3

Petugas mampu memberikan alternatif pilihan produk sesuai kebutuhan konsumen

0.325

0.201

Valid

4

Petugas cukup akurat dalam memberikan informasi kepada konsumen

0.534

0.201

Valid

5

Petugas mampu bertindak cekatan dan sigap dalam memberikan pelayanan konsumen

0.693

0.201

Valid

6

Petugas dapat memberi solusi yang tepat atas keluhan dari konsumen

0.500

0.201

Valid

7

Petugas mampu memberikan kepercayaan kepada konsumen

0.692

0.201

Valid

8

Petugas menanggapi dengan baik sesuai dengan janju yang diberikan

0.738

0.201

Valid

9

Petugas mampu melayani konsumen dengan cukup sabar

0.734

0.201

Valid

10

Petugas selalu memberikan prioritas permintaan konsumen

0.518

0.201

Valid

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, variabel kualitas pelayanan (X2) diperoleh nilai r hitung > r tabel (0.201), dengan demikian maka semua item kuesioner dinyatakan valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data penelitian.

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

No

Kuesioner

r hitung

r tabel

Keterangan

1

Konsumen merasa Alfamart pondok indah 2 berupaya memenuhi keinginan konsumen dengan baik

0.575

0.201

Valid

2

Konsumen membeli produk Alfamart pondok indah 2 karena adanya pengalaman yang positif

0.638

0.201

Valid

3

Konsumen mengenal Alfamart pondok indah 2 dari informasi konsumen lainnya

0.430

0.201

Valid

4

Konsumen tidak mengalami kesulitan dalam mencari produk Alfamart pondok indah 2 dipasaran

0.380

0.201

Valid

5

Produk Alfamart pondok indah 2 sudah dikenal memiliki resiko yang kecil dan ketepatan pengadaan yang baik

0.405

0.201

Valid

6

Konsumen berkomitmen untuk tidak berniat membeli yang lain selain dari produk perusahaan

0.425

0.201

Valid

7

Saya memutuskan membeli di Alfamart pondok indah 2 karena suasana yang nyaman

0.723

0.201

Valid

8

Saya membeli produk Alfamart pondok indah 2 berdasarkan pengalaman orang lain.

0.604

0.201

Valid

9

Saya merasa puas setelah melakukan pembelian di Alfamart pondok indah 2.

0.563

0.201

Valid

10

Saya memutuskan untuk melakukan pembelian ulang di Alfamart pondok indah 2.

0.417

0.201

Valid

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan data pada tabel di atas, variabel keputusan pembelian (Y) diperoleh nilai r hitung > r tabel (0.201), dengan demikian maka semua item kuesioner dinyatakan valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data penelitian.

2.       Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk menguji suatu kuesioner reliabel atau handal atau tidak. Menurut Ghozali (2018:47) “uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu”. Adapun kriteria atau ketentuan dalam memutuskan pernyataan tersebut reliabel atau tidak, berikut ini untuk ketentuannya:

a.   Jika nilai cronbatch alpha > 0,600, maka instrumen reliabel.

b.   Jika nilai cronbatch alpha < 0,600, maka instrumen tidak reliabel.

Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) for window Versi 26, yang hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

Cronbatch Alpha

Standar Cronbatch Alpha

Keterangan

 Harga (X1)

0.875

0.600

Reliabel

 Kualitas Pelayanan (X2)

0.752

0.600

Reliabel

 Keputusan Pembelian (Y)

0.687

0.600

Reliabel

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, menunjukkan bahwa variabel harga (X1), kualitas pelayanan (X2) dan keputusan pembelian (Y) dinyatakan reliabel, hal itu dibuktikan dengan masing-masing variabel memiliki nilai cronbatch alpha lebih besar dari 0,600.

 4.2.3          Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ketepatan data, atau keberartian hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sehingga hasil analisis dapat diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terhindar dari kelemahan-kelemahan yang terjadi karena masih adanya gejala-gejala asumsi klasik atau layak atau tidak data yang dipakai dilanjutkan sebagai data penelitian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 26. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang dilakukan adalah terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas.

1.       Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk memastikan asumsi bahwa persamaan tersebut berdistribusi normal dilakukan melalui pendekatan alat ukur perhitungan residual variabel dependen.

Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dengan membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,050 dengan ketentuan sebagai berikut:

a.       Jika significancy > 0.050, maka data dinyatakan normal.

b.       Jika significancy < 0.050, maka data dinyatakan tidak normal.

Adapun hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov Test

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

Df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Keputusan Pembelian (Y)

.089

96

.056

.976

96

.071

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi 0,056 > 0,050. Dengan demikian maka asumsi distribusi persamaan pada uji ini adalah normal.

Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan grafik probability plot dimana residual variabel dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik-titik residual mengikuti arah garis diagonal, dan hal itu sesuai dengan hasil diagram penyebaran yang diolah dengan SPSS Versi 26  seperti pada gambar dibawah ini:

Sumber: Data diolah, 2023

Gambar 4.2

Grafik P-P Plot Hasil Uji Normalitas

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot menunjukkan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Oleh karena ini dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2.       Uji Multikolinearitas

Uji mutlikolinearitas dilakukan untuk meyakini bahwa antar variabel bebas tidak memiliki multikolinearitas atau tidak memiliki hubungan korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Adapun sebagai prasyarat adalah sebagai berikut:

a.       Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance value > 1 maka terjadi gejala multikoliniearitas

b.       Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance value < 1 maka tidak terjadi gejala multikoliniearitas.

Adapun hasil uji dengan menggunakan SPSS Versi 26 sebagai berikut:

Tabel 4.13

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

23.580

2.729

 

8.683

.000

 

 

Harga (X1)

-.345

.030

-.322

-4.500

.000

.964

1.037

Kualitas Pelayanan (X2)

.520

.062

.602

8.396

.000

.964

1.037

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas pada tabel di atas diperoleh nilai tolerance variabel harga sebesar 0,964 dan kualitas pelayanan sebesar 0,964 nilai tersebut kurang dari 1, dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) variabel harga sebesar 1,037 dan variabel kualitas pelayanan sebesar 1,037 nilai tersebut kurang dari 10. Dengan demikian model regresi ini dinyatakan tidak ada gangguan multikolinearitas.

3.       Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan korelasi antar anggota sampel. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan membandingkan antara nilai Durbin-Watson dengan kriteria atau pedoman dalam interpretasi. Adapun kriteria pedoman Uji Darbin-Watson (DW Test) yang menjadi acuannya adalah sebagai berikut ini:

Tabel 4.14

Pedoman Interpretasi Uji Durbin-Watson

Kriteria

Keterangan

< 1,000

Ada gangguan autokorelasi

1,100 – 1,550

Tanpa kesimpulan

1,550 – 2,460

Tidak ada gangguan autokorelasi

2,460 – 2,900

Tanpa kesimpulan

> 2,900

Ada gangguan autokorelasi

Sumber: Sugiyono (2019:184)

Adapun hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.15

Hasil Uji Autokorelasi Dengan Durbin-Watson

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.735a

.540

.530

2.435

1.740

a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X2), Harga (X1)

b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, model regresi ini tidak ada autokorelasi, hal ini dibuktikan dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1,740 yang berada diantara interval 1.550 – 2.460.

4.       Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser dimana hasil uji ini dapat dilihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain. Adapun ketentuan terjadi dan tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a.       Jika variabel independen (X) memiliki nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka terjadi gangguan heteroskedastisitas.

b.       Jika variabel independent (X) memiliki nilai signifikansi (Sig.) > 0,05, maka tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.

Adapun hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16

Hasil Uji Heteroskesdastisitas Dengan Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

.505

1.719

 

.294

.770

Harga (X1)

-.029

.019

-.088

-.844

.401

Kualitas Pelayanan (X2)

.051

.039

.345

1.293

.199

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, glejser test model pada variabel harga (X1) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,401 dan kualitas pelayanan (X2) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,199 dimana keduanya nilai signifikansi (Sig.) > 0,05. Dengan demikian regression model pada data ini tidak ada gangguan heteroskesdastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai sebagai data penelitian.

Pengujian juga dapat dilakukan dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan nilai residualnya (SRESID) dengan ketentuan sebagai berikut:

a.           Jika titik-titik membentuk pola tertentu seperti gelombang besar melebar dan menyempit maka telah terjadi gangguan heteroskedastisitas.

b.           Jika titik-titik menyebar tanpa membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.

Adapun hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut

Sumber: Data diolah, 2023

Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil gambar di atas, titik-titik pada grafik scatter plot tidak mempunyai pola penyebaran yang jelas atau tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian disimpulkan tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi ini layak dipakai sebagai data penelitian.

 4.2.4          Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui besaran pengaruh dan menganalisis signifikansi dari perngaruh tersebut. Pada analisis ini dilakukan terhadap pengaruh dari 2 variabel bebas terhadap variabel terikat.

a.   Analisis Regresi Linier

Uji regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y. Dalam penelitian ini adalah harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) baik secara parsial maupun secara simultan. Berikut ini hasil pengolahan regresi dengan SPSS Versi 26, sebagai berikut

Tabel 4.17

Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

44.593

1.389

 

32.095

.000

Harga (X1)

-.183

.039

-.437

-4.706

.000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi Y = 44,593 - 0,183X1. Dari persamaan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.        Nilai konstanta sebesar 44,593 diartikan bahwa jika variabel harga (X1) tidak ada maka telah terdapat nilai keputusan pembelian (Y) sebesar 44,593 point.

b.       Nilai koefisien regresi harga (X1) sebesar -0,183 diartikan apabila konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel kualitas pelayanan (X2), maka setiap peningkatan 1 unit pada variabel harga (X1) akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada keputusan pembelian (Y) sebesar -0,183 point.

 

 

 

 

Tabel 4.18

Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

29.919

2.499

 

6.770

.000

Kualitas Pelayanan (X2)

.573

.067

.663

8.583

.000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi Y = 29,919 + 0,573X2. Dari persamaan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.           Nilai konstanta sebesar 29,919 diartikan bahwa jika variabel kualitas pelayanan (X2) tidak ada, maka telah terdapat nilai keputusan pembelian (Y) sebesar 29,919 point.

b.           Nilai koefisien regresi kualitas pelayanan (X2) sebesar 0,573 diartikan apabila konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel harga (X1), maka setiap perubahan 1 unit pada variabel kualitas pelayanan (X2) akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada keputusan pembelian (Y) sebesar 0,573 point.

 

 

 

 

 

Tabel 4.19

Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

23.580

2.729

 

8.683

.000

Harga (X1)

-.345

.030

-.322

-4.500

.000

Kualitas Pelayanan (X2)

.520

.062

.602

8.396

.000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi Y = 23,580 - 0,345X1 + 0,520X2. Dari persamaan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.    Nilai konstanta sebesar 23,580 diartikan bahwa jika variabel harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) tidak dipertimbangkan maka keputusan pembelian (Y) hanya akan bernilai sebesar 23,580 point.

b.   Nilai harga (X1) sebesar -0,345 nilai tersebut negative diartikan apabila konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel kualitas pelayanan (X2), maka setiap kenaikan 1 unit pada variabel harga (X1) akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada keputusan pembelian (Y) sebesar -0,345 point.

c.    Nilai kualitas pelayanan (X2) sebesar 0,520 diartikan apabila konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel harga (X1), maka setiap perubahan 1 unit pada variabel kualitas pelayanan (X2) akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada keputusan pembelian (Y) sebesar 0,520 point.

b.   Analisis Koefisien Korelasi (r)

Analisis koefisien korelasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun dalam memberikan interpretasi hasil koefisien korelasi, dapat berpedoman pada tabel berikut ini:

Tabel 4.20

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Nilai Koefisien Korelasi

Tingkat Hubungan

0,000 s/d 0,199

Sangat Rendah

0,200 s/d 0,399

Rendah

0,400 s/d 0,599

Sedang

0,600 s/d 0,799

Kuat

0,800 s/d 1,000

Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2019:184)

Adapun hasil pengolahan data sebagai berikut:

Tabel 4.21

Hasil Uji Koefisien Korelasi Secara Parsial Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Correlationsb

 

Harga (X1)

Keputusan Pembelian (Y)

Harga (X1)

Pearson Correlation

1

-.437**

Sig. (2-tailed)

 

.000

Keputusan Pembelian (Y)

Pearson Correlation

-.437**

1

Sig. (2-tailed)

.000

 

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,437 dimana nilai tersebut berada pada interval 0,400–0,599 artinya variabel harga secara parsial memiliki tingkat hubungan yang negatife sedang terhadap keputusan pembelian.

 

 

 

 

Tabel 4.22

Hasil Uji Koefisien Korelasi Secara Parsial Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Correlationsb

 

Kualitas Pelayanan (X2)

Keputusan Pembelian (Y)

Kualitas Pelayanan (X2)

Pearson Correlation

1

.663**

Sig. (2-tailed)

 

.000

Keputusan Pembelian (Y)

Pearson Correlation

.663**

1

Sig. (2-tailed)

.000

 

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,663 dimana nilai tersebut berada pada interval 0,600-0,799 artinya variabel kualitas pelayanan secara parsial memiliki tingkat hubungan yang kuat terhadap keputusan pembelian.

Tabel 4.23

Hasil Uji Koefisien Korelasi Secara Simultan Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.735a

.540

.530

2.435

a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X2), Harga (X1)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,735 dimana nilai tersebut berada pada interval 0,600-0,799 artinya variabel harga dan kualitas pelayanan secara bersama-sama mempunyai tingkat hubungan yang kuat terhadap keputusan pembelian.

c.        Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui persentase kekuatan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan), dalam penelitian ini adalah variabel harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) terhadap keputusan pembelian (Y). Berikut ini hasil perhitungan koefisien determinasi yang diolah dengan program SPSS Versi 26, sebagai berikut:

Tabel 4.24

Hasil Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.437a

.191

.182

3.211

a. Predictors: (Constant), Harga (X1)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,191 maka dapat disimpulkan bahwa variabel harga berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 19,1% sedangkan sisanya sebesar (100-19,1%) = 80,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilakukan penelitian.

Tabel 4.25

Hasil Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.663a

.439

.433

2.672

a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X2)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,439 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 43,9% sedangkan sisanya sebesar (100-43,9%) = 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilakukan penelitian.

 

Tabel 4.26

Hasil Uji Koefisien Determinasi Secara Simultan Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.735a

.540

.530

2.435

a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X2), Harga (X1)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,540 maka dapat disimpulkan bahwa variabel harga dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 54,0% sedangkan sisanya sebesar (100-54,0%) = 46,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilakukan penelitian.

 

d.   Pengujian Hipotesis

a.       Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis variabel harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) dilakukan dengan uji t (uji secara parsial). Dalam penelitian ini digunakan kriteria signifikansi 5% (0,05) dengan cara membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

1)       Jika nilai t hitung < t tabel : berarti H0 diterima dan H1 ditolak

2)       Jika nilai t hitung > t tabel : berarti H0 ditolak dan H1 diterima

Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai berikut:

1)       Jika nilai signifikansi > 0,05, berarti H0 diterima dan H1 ditolak

2)       Jika nilai signifikansi < 0,05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima

Adapun untuk menentukan besarnya nilai t tabel dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ttabel         = tα.df (Taraf Alpha x Degree of Freedom)

α          = tarif nyata 5%

df         = (n-2), maka diperoleh (96-2) = 94, maka ttabel = 1,986

Kriteria dikatakan signifikan jika nilai t hitung > t tabel atau signifikansi < 0,05.

         i.            Pengaruh Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y).

Menentukan rumusan hipotesisnya adalah:

H0 : ρ1 = 0         Tidak terdapat pengaruh yang signifikan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

H1 : ρ1 ≠ 0         Terdapat pengaruh yang signifikan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Adapun hasil pengolahan data menggunakan program SPSS Versi 26, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.27

Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Variabel Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

44.593

1.389

 

32.095

.000

Harga (X1)

-.183

.039

-.437

-4.706

.000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung > t tabel atau (-4,706 > -1,986) Hal tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikansi < 0,050 atau (0,000 < 0,050). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

(b)    Pengaruh Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Menentukan rumusan hipotesisnya adalah:

 H0 : ρ2= 0       Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

 H2 : ρ2 ≠ 0      Terdapat pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Adapun hasil pengolahan data menggunakan program SPSS Versi 26, dengan hasil sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.28

Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Variabel Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

29.919

2.499

 

6.770

.000

Kualitas Pelayanan (X2)

.573

.067

.663

8.583

.000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung > t tabel atau (8,583 > 1,986). Hal tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikansi < 0,050 atau (0,000 < 0,050). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H2 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

b.   Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Untuk pengujian pengaruh variabel harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian dilakukan dengan uji statistik F (uji simultan) dengan signifikansi 5%. Dalam penelitian ini digunakan kriteria signifikansi 5% (0,05) yaitu membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

1)             Jika nilai F hitung < F tabel: berarti H0 diterima dan H3 ditolak

2)             Jika nilai F hitung > F tabel: berarti H0 ditolak dan H3 diterima

Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai berikut:

                4.1                 Jika nilai signifikansi > 0,05, berarti H0 diterima dan H1 ditolak

               4.2                 Jika nilai signifikansi < 0,05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima

Untuk menentukan besarnya Ftabel dicari dengan ketentuan df = (n-k-1), maka diperoleh (96-2-1) = 93, jadi Ftabel = 2,700

Kriteria dikatakan signifikan jika nilai F hitung > F tabel atau signifikansi < 0,050.

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : ρ1,2 = 0     Tidak terdapat pengaruh yang signifikan harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

H3 : ρ1,2 ≠ 0     Terdapat pengaruh yang signifikan harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Tabel 4.29

Hasil Uji Hipotesis (Uji F) Secara Simultan Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

ANOVAa

Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

646.171

2

323.085

54.500

.000b

Residual

551.319

93

5.928

 

 

Total

1197.490

95

 

 

 

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)

b. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X2), Harga (X1)

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas diperoleh nilai F hitung > F tabel atau (54,500 > 2,700), hal ini juga diperkuat dengan signifikansi < 0,050 atau (0,000 < 0,050). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H3 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

4.3           Pembahasan Hasil Penelitian

 4.3.1          Pembahasan Deskriptif

e.    Kondisi Jawaban Responden Atas Variabel Harga

Total mean skor variabel harga adalah sebesar 3,48 yang termasuk kategori baik. Berdasarkan rata-rata jawaban responden, mayoritas merespon positif atas harga yang dilakukan. Berdasarkan jawaban, sebanyak 25,6% memberikan jawaban sangat baik (SB), sebanyak 27,3% memberikan jawaban baik (B), namun masih ada responden sebanyak 24,9% yang memberikan jawaban kurang baik (KB), sebanyak 34,8% memberikan jawaban tidak baik (TB), dan sebanyak 8,4% memberikan jawaban sangat tidak baik (STB).

f.    Kondisi Jawaban Responden Atas Variabel Kualitas Pelayanan

Total mean skor variabel kualitas pelayanan adalah sebesar 3,72 yang termasuk kategori baik. Berdasarkan rata-rata jawaban responden, mayoritas merespon positif atas kualitas pelayanan yang dilakukan. Berdasarkan jawaban, sebanyak 9,8% memberikan jawaban sangat baik (SB), sebanyak 43,3% memberikan jawaban baik (B), namun masih ada responden sebanyak 37,7% yang memberikan jawaban kurang baik (KB), sebanyak 3,1% memberikan jawaban tidak baik (TB), dan sebanyak 0,0% memberikan jawaban sangat tidak baik (STB).

g.   Kondisi Jawaban Responden Atas Variabel Keputusan Pembelian

Total mean skor variabel keputusan pembelian adalah sebesar 3,82 yang termasuk kategori baik. Berdasarkan rata-rata jawaban responden, mayoritas merespon positif atas keputusan pembelian yang dilakukan. Berdasarkan jawaban, sebanyak 17,8% memberikan jawaban sangat baik (SB), sebanyak 48,8% memberikan jawaban baik (B), namun masih ada responden sebanyak 31,7% yang memberikan jawaban kurang baik (KB), sebanyak 1,6% memberikan jawaban tidak baik (TB), dan sebanyak 0,2% memberikan jawaban sangat tidak baik (STB).

 4.3.2          Pembahasan Kuantitatif

h.       Pengaruh Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai persamaan regresi Y = 44,593 - 0,183X1, nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar -0,437 artinya kedua variabel mempunyai tingkat hubungan yang negative sedang . Nilai determinasi atau kontribusi pengaruhnya sebesar 0,191 atau sebesar 19,1% sedangkan sisanya sebesar 80,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Uji hipotesis diperoleh nilai t hitung > t tabel atau (-4,706 > 1,986). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini, mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Reni Yesi. S (2020) Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Giant Supermarket Di Cikarang. dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 36,3% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung Tri Putranto (2020) Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Indomaret Sudirman Tangerang. dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 27,04% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

i.         Pengaruh Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai persamaan regresi Y = 29,919 + 0,573X2, nilai koefisien korelasi sebesar 0,663 artinya kedua variabel mempunyai tingkat hubungan yang kuat. Nilai determinasi atau kontribusi pengaruhnya sebesar 0,439 atau sebesar 43,9% sedangkan sisanya sebesar 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Uji hipotesis diperoleh nilai t hitung > t tabel atau (8,583 > 1,986). Dengan demikian H0 ditolak dan H2 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini, mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imam Sofyan Lubis, Ryan Ardiansah, Kasmad (2021) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Krispy Kreme Di Supermall Ciledug Tangerang, dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 60,2% dan uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman (2021) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Motor Kawasaki Pada PT Kawansakti Adhisejahtera Bintaro Tangerang Selatan, dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh 34,3% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (5,692 > 1,998)

j.        Pengaruh Harga (X1) Dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y).

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dengan diperoleh persamaan regresi Y = 23,580 + -0,345X1 + 0,520X2. Nlai koefisien korelasi atau tingkat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh sebesar 0,735 artinya memiliki hubungan yang kuat. Nilai koefisien determinasi atau kontribusi pengaruhnya secara simutan sebesar 54,0% sedangkan sisanya sebesar 46,0% dipengaruhi oleh faktor lain. Uji hipotesis diperoleh nilai F hitung > Ftabel atau (54,500 > 2,700). Dengan demikian H0 ditolak dan H3 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini, mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pluto (2020) dengan judul pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada PT. Bidadari, dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 55,7% dan uji hipotesis diperoleh nilai F hitung > F tabel (40,444 > 3,198).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irmawan dkk (2022) Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada J. Co Donuts & Coffee Di Bintaro Tangerang Selatan , dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 57,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel (62,012 > 2,770).

BAB V

PENUTUP

 

5.1           Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis serta pembahasan mengenai pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1.       Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan diperoleh persamaan regresi Y = 44,593 - 0,183X1, nilai korelasi sebesar -0,437 artinya kedua variabel memiliki tingkat hubungan negative yang sedang dengan nilai koefisien determinasi sebesar 19,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel atau (-4,706 > -1,986). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

2.       Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan diperoleh persamaan regresi Y = 44,593 + 0,573X2, nilai korelasi sebesar 0,663 artinya kedua variabel memiliki tingkat hubungan yang kuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 43,9% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel atau (8,583 > 1,986). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H2 diterima artinya terdapat pengaruh signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

3.       Harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan diperoleh persamaan regresi Y = 23,580 - 0,345X1 + 0,520X2, nilai korelasi sebesar 0,735 artinya variabel bebas dengan variabel terikat memiliki tingkat hubungan yang kuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 54,0% sedangkan sisanya sebesar 46,0% dipengaruhi faktor lain. Uji hipotesis diperoleh nilai F hitung > F tabel atau (54,500 > 2,700). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H3 diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan secara simultan harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

 

5.2           Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan saai ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:

1.       Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan dalam penelitian ini hanya terdiri dari variabel bebas yaitu harga dan kualitas pelayanan, sementara tentu masih banyak faktor lainnya yang turut serta memberikan kontribusi.

2.       Penelitian hanya memfokuskan pada keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.

3.       Sampel yang digunakan hanya sebanyak 96 responden saja dan terkadang jawaban yang diberikan oleh responden bisa saja masih kurang menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Untuk itu penelitian selanjutnya alangkah lebih komprehensif lagi jika ditambahkan metode lain lagi seperti wawancara sehingga lebih akurat maupun menambahkan variabel lainnya.

 

5.3           Saran

Berdasarkan pada hasil kesimpulan di atas sebagai hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1.       Harga pernyataan yang paling lemah adalah nomor 2 yaitu Harga produk yang ditetapka Alfamart Pondok Indah 2 tidak terlalu mahal, dimana hanya mencapai score sebesar 3,22. Untuk lebih baik lagi perusahaan harus memberikan harga yang benar-benar tidak terlalu mahal agar konsumen tetap percaya dan tetap berbelanja di Alfamart ini.

2.       Kualitas pelayanan pernyataan yang paling lemah adalah nomor 2 yaitu Peralatan yang digunakan, dimana hanya mencapai score sebesar 3,38. Untuk lebih baik lagi perusahaan harus menambahkan peralatan seperti mesin kasir agar tidak terjadi antrian yang Panjang.

3.       Keputusan pembelian pernyataan yang paling lemah adalah nomor 1 yaitu Konsumen merasa Alfamart pondok indah 2 berupaya memenuhi keinginan konsumen dengan baik, dimana hanya mencapai score sebesar 3,38. Untuk lebih baik lagi perusahaan harus memberikan produk yang bagus dan sesuai dengan kemasan agar konsumen tidak merasa kecewa dan kembali lagi untuk berbelanja.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH SKRIPSI KUANTITATIF : PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. JHONLY INDO GRAFICA (JINGGA DIGITAL PRINTING & ADVERTISING) KOTA TANGERANG

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT KMK GLOBAL SPORTS (DEPARTEMEN STOCK FITTING) DI TANGERANG