CONTOH SKRIPSI KUANTITATIF DENGAN JUDUL PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI ALFAMART PONDOK INDAH 2, JAKARTA SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin
tajamnya persaingan, khususnya dalam pengelolaan unit perusahaan. Hal ini
ditandai dengan munculnya perusahaan yang menawarkan kualitas pelayanan yang
berkualitas dalam pemasaran. Untuk mengatasi ketatnya persaingan dalam
pemasaran maka salah satu upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan menyesuaikan harga. Perusahaan berusaha menetapkan harga yang bersaing sehingga
dapat meningkatkan volume penjualan di PT. Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart).
Pada dasarnya tujuan mendirikan perusahaan adalah
mencari laba semaksimal mungkin. Keb erhasilan suatu perusahaan
dalam mencapai tujuan itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam
melakukan kualitas pelayanan dan harga yang diharapkan, akan mampu
mengatasi tantangan dari para pesaing terutama dalam bidang pemasaran. Karena
itu, untuk menarik konsumen melakukan pembelian maka perusahaan harus bisa
menerapkan suatu strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi pasar yang
dihadapi. Keberhasilan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi pasar yang
dihadapi. Keberhasilan strategi pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu riset dan analisis pasar, keputusan tentang produk, penetapan harga,
promosi dan distribusi.
Dalam Udang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 yang mengatur tentang
perdagangan menyebutkan bahwa tatanan kegiatan perdagangan yang terkait dengan
transaksi barang dan atau jasa harus memenuhi unsur-unsur yang dipersyaratkan,
salah satunya adalah memenuhi standard pelayanan yang baik. Kemudian dalam skala nasional telah terlebih
dahulu dikeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 112 tahun 2007
tentang penataan dan pembinaan pusat perbelanjaan dan toko modern dimana usaha
perdagangan eceran (retail) dalam
skala besar, menengah perlu adanya pemberdayaan yang saling memperkuat bisnis
yang saling menguntungkan. Masih didalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor: 112 tahun 2007 tersebut, dijelaskan bahwa system pelayanan yang mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran harus dikelola suatu manajemen dan
sistem pendistribusian yang terorganisasi, menjaga mutu dan agresivitas
pemasaran sehingga masyarakat memiliki kemampuan daya beli yang terjangkau.
Guna meningkatkan dan pengelolaan persaingan usaha yang kompetitif,
pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 56/M-DAG/PER
9//2014 membuat regulasi tentang pemberlakuan bahwa usaha retail (mini market) atau took modern harus memiliki lebih dari 150 outlet atau gerai serta menyediakan barang dalam negeri minimal
80%.
Dengan pelayanan yang dapat memenuhi harapan konsumen pada sektor
industri retail ini masing-masing
pelaku industri memiliki konsep dan strategi yang hampir sama yaitu berupaya
menarik konsumen dengan berbagai keunggulan pelayanan yang bervariasi. Dengan
kondisi peluang pasar yang masih terbuka, maka perusahaan memiliki kesempatan
untuk memaksimalkan keunggulan tersebut guna bersaing dalam pemenuhan kebutuhan
konsumennya
Kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang
dipersepsikan oleh konsumen. Konsumen akan menilai kualitas sebuah jasa yang
dirasakan berdasarkan apa yang mereka deskripsikan dalam benak mereka. Konsumen
akan beralih ke penyedia jasa lain yang lebih mampu memahami kebutuhan spesifik
konsumen dan memberikan layanan yang lebih baik.
Pemasaran merupakan
fungsi bisnis yang berhubungan dengan konsumen. Kesusksesan perusahaan banyak
ditentukan oleh prestasi bidang pemasaran. Pemasaran merupakan proses
memperlajari kebutuhan dan keinginan konsumen, dan memuaskan konsumen dengan
pelayanan yang berkualitas dan pada harga yang kompetitif.
Jumlah konsumen
menjadi semakin berkurang, kondisi seperti ini akan mengancam kelangsungan
hidup perusahaan karena dengan konsumen yang berkurang akan memiliki dampak berkurangnya
omzet perusahaan. Konsumen yang loyal merupakan aset bagi perusahaan, tanpa konsumen
yang loyal maka pertumbuhan usaha perusahaan tidak akan berjalan
dengan baik, tersendat-sendat dan butuh suntikan dana berkelanjutan agar tetap survive dan target perusahaan dapat tercapai.
Harga merupakan
salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya
menghasilkan biaya. Harga juga mengkomunikasikan positioning nilai
perusahaan dari produk atau mereknya. Adapun harga jual yang dipasarkan oleh
perusahaan beserta harga jual pesaing.
Daftar
Harga Produk Alfamart dan Kompetitor Tahun 2022
No |
Nama Produk |
Harga Alfamart |
Harga Indomaret |
Harga Familymart |
1 |
Aqua 600ml |
3.800 |
3.600 |
3.700 |
2 |
Pocari Sweet 500ml |
8.000 |
7.800 |
7.800 |
3 |
Golda Cappucino 200ml |
3.100 |
3.000 |
3.000 |
4 |
Chitato 120g |
11.900 |
11.500 |
11.700 |
5 |
Oishi Rin-Bee 130g |
13.700 |
13.500 |
13.500 |
6 |
Kusuka BBQ 180g |
17.200 |
16.800 |
17.100 |
7 |
Dancow 800g |
86.200 |
85.900 |
85.800 |
8 |
SGM 400g |
38.500 |
38.300 |
38.200 |
9 |
Hilo School 250 |
41.900 |
41.400 |
41.700 |
10 |
Shampo Rejoice 150ml |
25.900 |
25.600 |
25.800 |
11 |
Sabun Mandi Lifeboy 400ml |
29.500 |
29.000 |
29.300 |
12 |
Shinzui Body Scrub 200gr |
18.500 |
18.000 |
18.400 |
13 |
Pepsodent Action 123 190g |
22.900 |
22.600 |
22.700 |
14 |
MamyPoko pants XL-26 |
64.900 |
64.500 |
64.600 |
15 |
My Baby Minyak Telon 90ml |
26.500 |
26.300 |
26.300 |
16 |
Pigeon Baby Wash 150ml |
18.100 |
17.700 |
17.900 |
17 |
Bimoli Minyak Goreng 2L |
35.900 |
35.700 |
35.600 |
18 |
Sania Minyak Goreng 2 L |
35.900 |
35.700 |
35.700 |
19 |
Sania Beras 5Kg |
63.000 |
62.000 |
62.800 |
20 |
Fs Berat 5Kg |
64.000 |
63.500 |
63.500 |
Sumber:
Alfamart Cabang Pondok Indah 2, 2022 (Diolah)
Berdasarkan Tabel
1.1 diatas dapat dibandingkan bahwa harga produk yang dijual Alfamart lebih
mahal dibandingkan harga produk yang dijual di Indomaret dan Family Mart. Dimana kita dapat lihat harga produk makanan dan minuman
yang dijual di Indomaret dan Family Mart lebih terjangkau
dari pada Alfamart yang mungkin mengakibatkan suatu keputusan pembelian akan
mempertimbangkan kembali untuk melalukan keputusan pembelian atas produk yang
dijual di Alfamart.
Kualitas pelayanan
dikatakan baik apabila penyedia jasa memberikan pelayanan yang sesuai dengan
harapan konsumen. Demikian juga sebaliknya kualitas pelayanan dikatakan tidak
baik, apabila pelanggan memperoleh pelayanan yang lebih rendah dari harapan
mereka.
Kualitas pelayanan
adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen baik untuk memiliki produk
yang diminta oleh konsumen maupun adanya keluhan yang dirasakan oleh konsumen.
Dalam menjalankan bisnisnya kerap kali mengalami kendala terutama mengalami
masalah karyawan. Diantaranya kurangnya ketanggapan karyawan terhadap konsumen
dalam proses penjualan, kurangnya rasa empati kepada para pelanggan sehingga
pelanggan merasa kurang puas terhadap pelayanan.
Data Kualitas
Pelayanan Alfamart Pondok Indah 2
Tahun 2022
No |
Kualitas Pelayanan |
Bobot |
Nilai |
Skor (%) |
1 |
Bukti |
20% |
80 |
16% |
2 |
Realibilitas |
20% |
78 |
15,6% |
3 |
Ketanggapan |
20% |
70 |
14% |
4 |
Jaminan |
20% |
85 |
17% |
5 |
Empati |
20% |
65 |
13% |
Total |
100% |
378 |
75,6% |
Sumber: Alfamart
Cabang Pondok Indah 2, 2022 (Diolah)
Dari tabel 1.2
menunjukan kualitas pelayan dalam hal “Bukti” memperoleh presentase 16%,
“Realibilitas” memperoleh presentase 15,6%, “Ketanggapan” memperoleh presentase
14%, “Jaminan” memperoleh presentase 17%, “Empati” memperoleh presentase 13%.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa karyawan Alfamart ini harus meningkatkan
kualitas pelayanan dalam ketsnggapan dan empati dalam melayani setiap konsumen.
Keputusan pembelian adalah sebuah proses
dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau
merek tertentu dan mengevaluasi secara baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan
masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian.
Data Keputusan
Pembelian Alfamart Pondok Indah 2
Tahun 2018-2022
Tahun |
Penjualan |
Pencapaian |
|
Target |
Realisasi |
||
2018 |
98.520.000.000 |
105.480.000.000 |
107% |
2019 |
110.500.000.000 |
101.562.000.000 |
96% |
2020 |
102.000.000.000 |
80.220.000.000 |
78% |
2021 |
88.300.000.000 |
90.400.000.000 |
102% |
2022 |
96.000.000.000 |
94.889.000.000 |
98% |
Sumber:
Alfamart Cabang Pondok Indah 2, 2022 (Diolah)
Berdasarkan tabel 1.3
menujukan keputusan pembelian tahun 2018 sebesar 107%, pembelian tahun 2019
sebesar 96%, pembelian tahun 2020 sebesar 78%, pembelian tahun 20121 sebesar
102% dan pembelian tahun 2022 sebesar 98%. Dalam hal ini fator kualitas
pelayanan harus lebih diperhatikan lagi oleh seluruh karyawan alfamart agar
terus memaksimalkan konsumen yang masuk agar konsumen tersebut berminat untuk
belanja dan menghasilkan omset.
Penelitian ini dilakukan
dengan memlilih Alfamart Pondok Indah 2 sebagai obyek, karena Alfamart
merupakan salah satu ritel terbesar yang banyak di kunjungi oleh berbagai
kalangan dan tempat dimana banyak interaksi langsung kepada konsumen. Sebagai
salah satu toko ritel yang cukup terkenal, seharusnya Alfamart Pondok Indah 2
dapat menarik banyak konsumen untuk berbelanja. Namun pada kenyataannya ditahun
2019 dan 2020 Alfamart Pondok Indah 2 mengalami penurunan omset yang
mengakibatkan omset ditahun tersebut tidak maksimal dan jauh dari penjualan
tahun sebelumnya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, inilah yang menjadi penulis
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang harga dan kualitas
pelayanan di Alfamart Pondok Indah 2. Hal ini yang menjadi dasar penulis untuk
memilih judul “Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan
Pembelian pada Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok
Indah 2, Jakarta Selatan ?.
2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di
Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.
3. Apakah harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang sudah ditetapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan
pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.
3. Untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan ?.
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dari semua pihak yaitu:
1.
Manfaat Teoritis
a.
Bagi Universitas Pamulang
Manfaat bagi penulisan ini sebagai salah satu syarat kelulusan dan
penelitian ini sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi sesama rekan
mahasiswa/i dan sebagai penambahan literatur dan referensi bahan bacaan.
b.
Bagi Penulis
Sebagai pembelajaran penerapan ilmu-ilmu yang didapat dari perkuliahan,
agar dapat memperbandingkan teori dengan praktik dilapangan, sehingga bisa
mendapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman.
2.
Manfaat Praktis
Manfaat ini bagi perusahaan tepatnya di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan terkait harga dan kualitas pelayanan
sehingga dapat meningkatkan keputusan pembelian sehingga mampu meningkatkan
penjualan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan
Teori
2.1.1
Manajemen.
1. Pengertian Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2018:8) berpendapat “manajemen
melibatkan koordinasi dan mengawasi aktivitas kerja lainnya sehingga kegiatan
mereka selesai dengan efektif dan efisien. Arti dari efisien itu sendiri adalah
mendapatkan hasil output terbanyak
dari input yang seminimal mungkin,
sedangkan efektif adalah “melakukan hal yang benar”, yaitu melakukan sebuah
pekerjaan yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya”.
Sedangkan menurut Anoraga (2018:109) berpendapat “manajemen adalah proses yang khas terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian
yang masing-masing bidang tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun
keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan”.
Menurut Rivai (2020:2) “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya
lainnya secara efisien, efektif, dan produktif untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan menurut Hasibuan (2020:9)
berpendapat “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”.
Pendapat
lainnya disampaikan Sutrisno (2020:6) berpendapat “manajemen merupakan
merupakan sekumpulan sumber daya manusia yang memperoleh pengakuan tentang
pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang penting
dalam memberi kontribusi bagi tujuan organisasi dan menggunakan beberapa fungsi
dan kegiatan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia tersebut digunakan
secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat”.
Sedangkan
menurut Hery (2019:1) menyampaikan “manajemen
merupakan proses kegiatan pekerjaan secara efesien dan efektif dengan melalui
atau perantara orang lain”. Pendapat lainnya disampaikan Abdullah (2019:2) yang menyatakan bahwa “manajemen adalah keseluruhan aktivitas yang berkenaan dengan
melaksanakan pekerjaan organisasi melalui fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan dengan bantuan sumber daya organisasi (man, money, material, mechine and method) secara efesien dan
efektif”.
Menurut Afandi (2019:1) “manajemen adalah proses
kerja sama antar karyawan untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan,
kepemimpinan, dan pengawasan. Proses tersebut dapat menentukan pencapaian
sasaran-sasaran yang telah ditentukan dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya lainnya untuk mencapai hasil lebih yang efisien dan efektif”.
Dari beberapa pendapat tersebut
di atas manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, peaksanaan dan
pengawasan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi yang sudah direncanakan
dengan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi
tersebut.
2.
Unsur-unsur Manajemen
Menurut Nugroho (2019:5) menjelaskan “dalam organisasi atau
perusahaan terdapat unsur-unsur yaitu tujuan yang
ingin dicapai, pekerjaan, lokasi dan sumber daya sebagai alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi” Lebih lanjut disampaikan bahwa beberapa unsur-unsur tersebut meliputi manusia, uang,
material, teknologi, metode dan pasar yang penjelasannya sebagai berikut:
a.
Manusia (Men).
Merupakan sarana penting
dari setiap manajer untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Berbagai macam aktivitas itu dapat dilihat dari proses, seperti: planning, organizing, staffing, directing, dan controlling.
b.
Uang (Money).
Untuk melakukan berbagai
aktivitas diperlukan uang, seperti gaji, membeli peralatan-peralatan, biaya
perawatan, dan lain-lain. Kegagalan atau ketidak lancaran manajemen banyak
dipengaruhi perhitungan atau ketelitian dalam penggunaan uang.
c.
Bahan-bahan (Material).
Dalam proses pelaksanaan
kegiatan manusia menggunakan material atau bahan-bahan, karena dianggap atau
sarana manajemen untuk mencapai tujuan.
d.
Mesin (Machines).
Dalam kemajuan teknologi sekarang ini manusia bukan
lagi sebagai pembantu bagi mesin seperti pada masa sebelum revolusi industri,
namun sebaliknya mesin berubah kedudukannya sebagai pembantu manusia.
e.
Metode (Methods).
Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secar]a berdaya
guna, manusia dihadapkan pada berbagai alternatif metode atau cara melakukan
pekerjaan.
f.
Pasar (Market).
Pasar merupakan sasaran manajemen yang penting, karena
merupakan tujuan proses aktivitas manajemen.
3.
Tujuan Manajemen
Tujuan manajemen menurut Stoner (2019:5) menyatakan “tujuan manajemen dapat dicapai dari
serangkaian proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya manusia organisasi lainnya yang
memiliki tujuan agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Menurut Salam (2019:12) mendefinisikan “tujuan organisasi, sebagai suatu usaha dari sekelompok orang
yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang mereka taati
sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai sempurna, yaitu efektif dan efisien”. Sedangkan menurut Hasibuan
(2020:11)
mendefinisikan “manajemen adalah seni dan ilmu untuk mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dari beberapa pendapat tersebut
disimpulkan bahwa tujuan manajemen untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan
pendayagunaan segala sumber daya yang tersedia guna pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan mengatur dalam suatu organisasi.
4.
Fungsi Manajemen
Pelaksanaan pengelolaan suatu
organisasi jelas memiliki fungsi. Menurut Hasibuan (2020:38)
menjelaskan “fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating) dan
pengendalian (controlling).
Sedangkan menurut Safroni (2019:47) menjelaskan bahwa “fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (commanding),
pengkoordinasian (coordinating),
pengendalian (controlling)”.
Sedangkan menurut Safroni
(2019:47) menyampaikan “fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan dan pengambilan
keputusan (planning and decision making),
pengorganisasian (organizing),
pengarahan (leading) serta
pengendalian (controlling). Adapun secara umum
penjelasan mengenai fungsii manajemen menurut Suherman (2019:12) yaitu meliputi:
a.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu cara yang sistematis untuk menjalankan dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan pengambilan keputusan
b.
Pengorganisasian (Organizing)
Menetapkan tujuan dan menyusun rencana atau program untuk mencapainya, maka
mereka perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat
melaksanakan berbagai program tersebut.
c.
Penyusunan personalia (Staffing)
Penyusunan rancana dan menyelesaikan tugas/pekerjaan setelah disusun struktur
pekerjaan, dipahami bidang-bidang pekerjaan yang akan dilakukan dan penempatan tenaga-tenaga
yang sesuai.
d.
Pengarahan (Directing)
Perencanaan, pengorganisasian dan penyusunan pegawai harus dijalankan,
tetapi harus ada pihak yang memastikan seluruh sumber daya memang mengerjakan
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.
e. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian berfungsi untuk
mengevaluasi pencapaian tujuan, apabila tidak dapat dicapai dicari faktor penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikan.
2.1.2
Manajemen Pemasaran
1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Sebuah perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan pemasaran, dengan
manajemen pemasaran yang bagus, perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Melalui konsep manajemen pemasaran semua kegiatan perusahaan bisa diatur dari
mulai proses produksi sampai pada tahap barang diterima oleh konsumen.
Manajemen pemasaran selalu berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan konsumen serta selalu berusaha memahami keinginan konsumen,
menciptakan dan mengkomunikasikan nilai lebih dari sebuah produk agar mendapat
kepuasan konsumen.
Pemasaran merupakan
sebuah konsep kunci keberhasilan suatu bisnis dimana pemasaran
dengan memperhatikan keinginan dan pemenuhan kebutuhan
pelanggan untuk tercapainya target penjualan yang ditetapkan sehinngga
memberi dampak positif bagi perkembangan usaha suatu perusahaan
ditengah persaingan bisnis yang begitu ketat dewasa ini.
Menurut Kotler (2019:27) menjelaskan bahwa “manajemen
pemasaran adalah
seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan,
mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian
dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul”. Adapun pengertian lain
yang dikemukakan oleh Alma (2019:340) menyatakan “manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari
kegiatan pemasaran yang dilakukan individu/ perusahaan”.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2019:146)
menyatakan “manajemen pemasaran adalah penganalisaan, pelaksanaan dan pengawasan,
program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang
dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organsasi”.
Menurut Tjiptono (2019:63)
“manajemen pemasaran secara keseluruhan yaitu cara perusahaan melakukan bisnis yang mempersiapkan, menentukan, dan
mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar
sasaran”. Dan menurut Daryanto (2019:11) mendefinisikan “manajemen pemasaran sebagai
suatu proses manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan mencipatkan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama
lain”.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu meraih pasar sasaran dan
mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan di perusahaan agar perusahaan dapat
menjalankan kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasi.
2. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (Marketing Mix) merupakan suatu strategi
pemasaran yang menekankan cara menjual produk seefektif dan seefisien mungkin,
yang juga memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar dapat
membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen
bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan
untuk dapat memuaskan para konsumen.
Salah satu tujuan perusahaan yang utama adalah untuk mendapatkan laba
yang diperoleh perusahaan dari hasil produksinya dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam perluasan usahanya. Adapun salah satu yang
menjadi ukuran mengenai baik buruknya suatu perusahaan bisa dilihat dari
tingkat penjualan produknya, semakin tinggi tingkat penjualannya semakin baik
pula kinerja perusahaan, begitu juga sebaliknya.
Pemasaran memiliki inti yang menjadi perhatian setiap pemasar yaitu bauran
pemasaran, dimana bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang dapat
dikontrol perusahaan dan dapat digunakan untuk mempengaruhi pasar. Bauran pemasaran juga sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli
sebuah produk dari perusahaan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2019:76) menyampaikan“baruan pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran produk, harga, tempat dan promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang di inginkan di target pasar. Unsur-unsur bauran pemasaran
jasa dijelaskan oleh Lupiyohadi (2020:92) adalah sebagai berikut:
a.
Produk (product)
Keseluruhan konsep objek atau
proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen.
b.
Harga (price)
Sejumlah pengorbanan yang
harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa
c.
Tempat (place)
Berhubungan dengan dimana
perusahaan melakukan operasi atau kegiatannya
d. Promosi (promotion)
Kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat produk dan sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian
atau penggunaan jasa sesuai dengan kebutuhan.
e. Orang (people)
Merupakan orang-orang yang
terlibat langsung dan saling mempengaruhi dalam proses pertukaran dari produk
jasa.
f.
Proses
(process)
Gabungan semua aktivitas, yang
umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme,
dan dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
g.
Lingkungan fisik (Phsycal Evidence)
Lingkungan fisik perusahaan
adalah tempat jasa diciptakan, tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi,
ditambah unsur berwujud apapun yang digunakan untuk mengkombinasikan atau
mendukung peranan jasa tersebut.
3. Tujuan Pemasaran
Menurut Swastha (2019:29) mendefinisikan “tujuan pemasaran adalah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”.
Menurut Alma (2019:10) mengemukakan”tujuan pemasaran adalah
mengadakan keseimbangan antar negara atau daerah saling mengisi mengadakan
perdagangan antara daerah surplus
dengan negara atau /daerah minus”.
Lebih lanjut dijelaskan tujuan pemasaran dapat
dilihat :
a.
Untuk mencari keseimbangan
pasar, antara buyer’s market dan seller’s market, mendistribusikan barang
dan jasa dari produsen ke konsumen, dari pemilik barang dan jasa ke calon
konsumen.
b.
Tujuan pemasaran yang utama
ialah memberi loyalitas kepada konsumen. Tujuan pemasaran bukan komersial atau mencari
laba, tapi tujuan memberi
loyalitas kepada konsumen.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pemasaran untuk
memaksimalkan laba dari volume
penjualan. Oleh sebab itu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, perusahaan harus mengetahui cara menyalurkan
barang dengan tepat untuk mencapai laba maksimal.
4. Konsep Inti Pemasaran
Menurut Kotler (2019:58)
terdapat tahap-tahap perkembangan konsep pemasaran dapat dijelaskan berikut
ini:
a. Konsep produksi
yaitu: konsep yang berorientasi pada proses produksi atau operasi. Produsen
meyakini konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan mudah
diperoleh.
b. Konsep produk,
yaitu: konsep pemasar yang beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki
produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau penampilan superior.
c. Konsep penjualan,
yaitu: konsep penjualan yang berorientasi pada tingkat penjualan, dimana
pemasar beranggapan bahwa konsumen atau pemakai akhir dari sebuah produk harus
dipengaruhi agar penjualan dapat meningkat.
d.
Konsep pemasaran, yaitu: konsep pemasaran yang berorientasi
pada konsumen dengan pemenuhan kebutuhan dan keinginannya serta memberikan
loyalitas dengan konsep pemasaran terdiri atas empat pilar yakni: pasar
sasaran, kebutuhan konsumen, pemasaran terpadu atau terintegrasi dan berkemampuan
menghasilkan laba.
e.
Konsep Pemasaran
Sosial, yaitu: konsep yang berpegang pada anggapan bahwa tugas
perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan minat dari pasar sasaran
serta memberi loyalitas dengan efisien dan efektif daripada pesaing.
f.
Konsep Pemasaran Global, yaitu: konsep pemasaran global
dimana manajer eksekutif berupaya memahami semua factor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pemasaran melalui manajemen pemasaran strategis
5. Tujuan Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran menjadi penting dilakukan
setiap pemasar dalam upaya meningkatkan penjualannya. Menurut Mcdonal dan Keegen (2019:88) menjelaskan “tujuan bauran
pemasaran agar dapat lebih terorganisir dalam memasarkan produknya, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pada perusahaan”. Sedangkan
menurut Kotler dan Amstrong (2019:92) “tujuan
bauran pemasaran mempersiapkan rencana taktis rinci yang akan digunakan”. Dan
Kotler (2019:558) menjelaskan pemasaran yang baik
selalu mengkomunikasikan kepada konsumennya secara efektif agar semuanya
mendapatkan benefit yang diinginkan”.
Dari pendapat di atas, maka tujuan bauran pemasaran merupakan
upaya yang dibuat secara sistematis tentang upaya komunikasi dan perencanan
taktis dalam memasarkan produk sehingga mencapai tingkat keuntungan yang
diharapkan.
2.1.3
Harga
1.
Pengertian Harga
Suatu perusahaan dalam memasarkan barang atau jasanya agar dapat
diterima dipasar, harus terlebih dahulu menetapkan harga, harga yang tidak
tepat akan mengakibatkan pembeli tidak minat untuk membeli barang atau jasa
tersebut. Dalam proses jual beli, harga menjadi salah satu bagian utama yang
difokuskan, karena harga merupakan faktor penentu dalam adanya transaksi.
Menurut Satriadi, Wanawir, Hendrayani, Siwiyanti dan Nursaidah (2021:64)
harga
adalah satu-satunya alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai sasaran pemasarannya. Keputusan harga harus dikoordinasikan dengan
rancangan produk, distribusi dan promosi yang membentuk program pemasaran yang
konsisten dan efektif. Menurut Indrasari (2019:37) harga adalah satu-satu
elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan semua elemen lainnya hanya
mewakili harga.
Harga adalah salah
satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran tidak seperti
sifat-sifat produk dan komitmen jalur distribusi. Harga dapat berubah-ubah
dengan cepat pada saat yang sama penetapan harga dan persaingan harga adalah
masalah utama yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran. Adapun menurut Alex S.
Nitisemito dalam Napitupulu, Tapiomas dan Tobink (2021:78) harga diartikan
sebagai nilai sebuah produk dan jasa yang diukur dengan sejumlah uang di mana
berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang
dan jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Sementara menurut Kotler dan Keller
dalam Sahir dkk (2021:145) harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran (marketing
mix) yang dapat menghasilkan pendapatan, di mana elemen yang lain
mendapatkan biaya. Sedangkan menurut Tjiptono dalam Sahir dkk (2021:145) harga
merupakan jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non moneter) yang
mengandung kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
barang/jasa.
Dari uraian
sebelumnya dapat disimpulkan sementara yang dimaksud dengan harga merupakan
salah satu indikator bila dikaitkan dengan adanya proses transaksi penjual dan
pembeli, mengingat harga ialah alat tukar.
Peran
harga begitu penting untuk adanya proses jual beli suatu produk atau jasa.
Menurut Kotler
dan Amstrong dalam Indrasari (2019:40) harga memiliki dua peranan penting dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu :
a. Peranan Alokasi,
merupakan fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan
cara memperoleh manfaat atau nilai tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya
beli.
b. Peranan Informasi,
merupakan fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk
seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli
mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya.
3.
Tujuan Penetapan Harga
Suatu perusahaan sangat
mengetahui penetapan harga dengan menawarkan produk atau jasa tertentu. Menurut
Swastha dalam Indrasari (2019:41) tujuan dalam penetapan harga, antara lain :
a.
Mendapatkan laba maksimum. Terjadinya harga ditetntukan oleh
penjual dan pembeli. Semakin besar daya beli konsumen, semakin besar juga
kemungkinan penjual untuk mendapatkan tingkat harga yang lebih tinggi.
b.
Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau
pengembalian pada penjualan bersih. Harga yang dapat dicapai dalam penjualan
dimaksudkan untuk investasi secara berangsur. Dana yang dipakai untuk
mengembalikan investasi hanya bisa diambil dari laba perusahaan dan laba hanya
bisa diperoleh apabila harga jual lebih besar dari jumlah biaya sebelumnya.
c.
Mencegah atau mengurangi persaingan. Tujuan mencegah atau
mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijakan harga. Hal tersebut
dapat diketahui apabila para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.
Oleh sebab itu, persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijakan
harga.
d.
Mempertahankan dan memperbaiki market share. Dalam hal
ini harga merupakan faktor yang penting. Bagi perusahaan kecil yang memiliki
kemampuan sangat terbatas, biasanya penentuan harga ditunjukkan untuk sekedar
mempertahankan market share. Perbaikan market share kurang
diutamakan apabila persaingan sangat ketat.
4.
Dimensi Harga
Harga yang ditawarkan perusahaan yang akan dibayar oleh konsumen harus
sesuai dengan harapan akan manfaat atau kepuasan yang diperoleh. Menurut Bob Sabran dalam Indrasari (2019:44) menjelaskan ada empat ukuran
yang mencirikan harga yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan
kualitas produk atau jasa, kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai
dengan kemampuan atau daya saing harga. Empat ukuran harga yaitu sebagai
berikut :
a.
Keterjangkaun harga, konsumen bisa menjangkau harga yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk atau jasa biasanya ada beberapa jenis
dalam satu merek harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.
b.
Kesesuaian harga dengan kualitas pelayanan, harga sering
dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen orang sering memilih harga
yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka melihat adanya perbedaan
kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa
kualitasnya juga lebih baik.
c.
Kesesuaian harga dengan manfaat, konsumen memutuskan
menggunakan jasa jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan yang
telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk
lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan bahwa produk
tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian
ulang.
d.
Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga, konsumen sering
membandingkan harga suatu dalam hal ini mahal murahnya sangat dipertimbangkan
oleh konsumen pada saat akan menggunakan jasa tersebut.
5.
Indikator Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2019:312) menyatakan bahwa “harga adalah
sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai
yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk dan jasa”.
Adapun indikator yang digunakan meliputi
a.
Keterjangkauan harga
Harga
yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk mereka dapat dijangkau oleh para
konsumennya. Harga yang sesuai dan terjangkau tentunya akan menjadi
pertimbangan konsumen untuk membeli produk mereka.
b.
Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Harga
yang diberikan oleh perusahan terhadap produknya sesuai dengan kualitas produk
yang mereka hasilkan, misalnya jika harganya tinggi maka kualitas produk yang
diberikan pun memiliki kualitas yang tinggi sehingga konsumen pun merasa tidak
keberatan jika membeli produk tersebut.
c.
Daya saing harga
Dalam
pasar, perusahaan sebaiknya juga memperhatikan bahwa harga yang diberikan
memiiki daya saing yang tinggi terhadap para kompetitornya. Jika harga
terlampau tinggi di atas harga para kompetitor maka produk tersebut tidak memiliki daya saing yang baik.
d.
Kesesuaian harga dengan manfaat.
Manfaat
produk yang dimiliki harus sesuai dengan harga yang diberikan oleh perusahaan
terhadap produk mereka. Ada baiknya jika harga yang tinggi memiliki manfaat
produk yang tinggi pula.
e.
Sistem
pembayaran.
Cara pembayaran dan kemudahan yang selama ini
diberlakukan dalam proses pembayaran pembelian produk.
2.1.4
Kualitas Pelayanan
1.
Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas
Pelayanan menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan perusahaan supaya mampu
bertahan dan tetap mendapat kepercayaan pelanggan. Kualitas pelayanan sendiri
yang menjadi ukuran bagi pelanggan baik dan tidaknya suatu produk atau jasa
yang telah mereka gunakan.
Menurut
Tjiptono dalam Indrasari (2019:61), kualitas pelayanan adalah suatu keadaan
dinamis yang berkaitan erat dengan produk, jasa, sumber daya manusia, serta
proses dan lingkungan yang setidaknya dapat memenuhi atau malah dapat melebihi
kualitas pelayanan yang diharapkan. Menurut Tjiptono, definisi kualitas
pelayanan ini adalah upaya pemenuhan kebutuhan yang dibarengi dengan keinginan
konsumen serta ketepatan cara penyampaiannya agar dapat memenuhi harapan dan
kepuasan pelanggan tersebut, dikatakan bahwa service quality atau
kualitas layanan adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Kotler
dan Amstrong dalam Indrasari (2019:61) kualitas pelayanan merupakan keseluruhan
dari keistimewaan dan karakteristik dari produk atau jasa yang menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan secara lansgung maupun tidak langsung.
Produk jasa yang berkualitas mempunyai peranan penting untuk membentuk kepuasan
pelanggan. Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan, maka kepuasan
yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi.
Dari
uraian sebelumnya dapat disimpulkan sementara yang dimaksud dengan kualitas
layanan, suatu kualitas dikatakan baik apanila penyedia jasa memberikan layanan
yang setara dengan yang diharapkan oleh konsumen. Kualitas pelayanan berpusat
pada upaya pmenuhan kebutuhan konsumen dengan tepat penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan menjadi hal utama yang harus
diperhatikan oleh perusahaan, yang berhubungan keseluruhan sumber daya-sumber
daya yang dipunyai perusahaan.
2.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler
dalam Tjiptono (2019:59)
menyatakan bahwa “kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan
dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan”. Terdapat
5 (lima) indikator kualitas
pelayanan antara lain:
b.
Berwujud
(tangible)
Yaitu berupa penampilan fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi
yang baik.
c. Empati (empathy)
Yaitu kesediaan karyawan dan
pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan.
Misalnya karyawan harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan. Jika
pelanggan mengeluh maka harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga
hubungan harmonis, dengan menunjukan rasa peduli yang tulus. Dengan cara
perhatian yang diberikan para pegawai dalam melayani dan memberikan tanggapan
atas keluhan para konsumen.
d. Cepat tanggap (responsiveness)
Yaitu kemauan dari karyawan dan
pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta
mendengar dan mengatasi keluhan konsumen. Dengan cara keinginan para pegawai
dalam membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap, kemampuan memberikan
pelayanan dengan cepat dan benar, kesigapan para pegawai untuk ramah pada
setiap konsumen, kesigapan para pegawai untuk bekerja sama dengan konsumen..
e. Keandalan (reliability)
Yaitu kemampuan untuk memberikan jasa
sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan akurat, serta konsisten. Contoh
dalam hal ini antara lain, kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan yang
terbaik, kemampuan pegawai dalam menangani kebutuhan konsumen dengan cepat dan
benar, kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan
harapan konsumen.
f. Kepastian (assurance)
Yaitu berupa kemampuan karyawan
untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah
dikemukakan kepada konsumen. Contoh dalam hal ini antara lain, pengetahuan dan
keterampilan pegawai dalam menjalankan tugasnya, pegawai dapat diandalkan,
pegawai dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen, pegawai memiliki keahlian
teknis yang baik.
2.1.5
Keputusan Pembelian
1.
Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian
merupakan salah satu tahapan dalam proses keputusan pembelian
sebelum perilaku pasca pembelian. Dalam memasuki tahap keputusan pembelian
sebelumnya konsumen sudah dihadapkan pada beberapa pilihan alternatif sehingga
pada tahap ini konsumen akan melakukan aksi untuk memutuskan untuk membeli
produk berdasarkan pilihan yang ditentukan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2019:177) berpendapat “keputusan pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen yaitu studi tentang
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan
bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka”.
Sedangkan menurut
Alma (2019:96) mengemukakan “keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen
yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk,
harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process sehingga mem untuk sikap pada konsumen untuk
mengolah segala informasi dan mengambil kesimpulan berupa respon yang muncul
produk apa yang akan dibeli”. Pendapat Machfoedz (2019:44) mengemukakan bahwa “keputusan pembelian adalah
suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan
kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap
paling menguntungkan”.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Setiadi (2019:54) “perilaku membeli mengandung
makna yakni kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam pertukaran uang dengan barang dan jasa serta
dalam proses pengambilan keputusan yang menentukan kegiatan tersebut”. Keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk selalu melibatkan aktivitas secara fisik (berupa kegiatan langsung konsumen melalui
tahapan-tahapan proses pengambilan keputusan pembelian) dan aktivitas secara mental
(yakni saat konsumen menilai produk sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh
individu).
Pendapat lain juga disampaikan oleh Schiffman dan Kanuk
(2019:112) bahwa “keputusan pembelian
adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang bisa membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif
pilihan. Keputusan
untuk membeli bisa
mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan”.
Dari pemaparan para
ahli di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah
perilaku konsumen dimana untuk memutuskan ingin membeli atau menggunakan barang
dan jasa berdasarkan variabel-variabel pendukung seperti harga, keuangan, ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
2.
Tingkatan Dalam Keputusan Pembelian
Menurut Schiffman dan Kanuk (2019:487) terdapat tiga tingkatan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
a.
Extensive
problem solving (pemecahan masalah secara
luas).
Ketika konsumen telah ada dibentuk kriteria untuk mengevaluasi kategori
produk atau merek tertentu dalam kategori tersebut atau belum mempersempit
jumlah merek yang mereka akan mempertimbangkan untuk kecil, bagian dikelola ada
pengambilan keputusan upaya dapat diklasifikasikan sebagai masalah yang luas
pemecahannya.
b.
Limited
problem solving (pemecahan masalah terbatas).
Pada tingkat pemecahan masalah, konsumen sudah berdiri, kriteria dasar
untuk mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut.
c.
Routinized
response behavior (tanggapan berdasarkan
rutinitas kelakuan).
Pada tingkatan ini, konsumen memiliki pengalaman dengan kategori produk
dan kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi merek yang mereka
pertimbangkan.
3.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2019:37) menyatakan “keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis pembeli, serta strategi pemasaran”. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
a.
Faktor Kebudayaan (Cultural
Factor)
b.
Faktor Sosial (Social)
c.
Faktor Pribadi (Personal)
d.
Faktor Psikologi (pschylogical
factor)
4.
Indikator Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan
Amstrong (2019:251) berpendapat “keputusan pembelian
merupakan merupakan sebuah pendekatan
penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen.
Kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian”. Adapun indikator keputusan
pembelian meliputi sebagai berikut:
a.
Pengenalan
Masalah
Merupakan
tahap pertama dimana proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu
masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal maupun eksternal.
Jika suatu produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, maka keadaan yang
diinginkan akan selaras. Namun sebaliknya, suatu produk yang kurang memenuhi
kebutuhan konsumen akan mengakibatkan keadaan yang menyimpang dari keadaan yang
diinginkan dan hal ini akan mempengaruhi ketika konsumen akan
melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk atau jasa yang diperlukan konsumen.
b.
Pencarian informasi
Pada
tahap ini konsumen akan
mencari lebih banyak informasi terkait produk atau jasa yang
dicari. Banyaknya informasi yang diperoleh maka
kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang suatu produk / jasa akan semakin meningkat. Dengan kata lain
konsumen ingin terlebih dahulu mengetahui tentang suatu produk atau jasa sehingga konsumen tertarik untuk membelinya.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber seperti melalui teman, keluarga, rekan, tetangga, rekan, iklan,
situs, media masa dan media cetak.
c.
Evaluasi
alternatif
Konsumen memproses informasi dan melakukan
penilaian terhadap nilai akhir dari suatu produk. Beberapa konsep dasar yang
dapat memahami proses evaluasi. Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah
kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga,
konsumen melihat dari masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan
berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan.
d.
Keputusan
membeli atau tidak
Keputusan
konsumen ini akan menentukan
pilihan setelah melalui tahap-tahap sebelumnya. Kemudian konsumen akan membeli
produk atau tidak yang menurutnya dapat
produk atau jasa mampu memenuhi
kebutuhannya.
e.
Perilaku
pasca pembelian
Dimana
konsumen akan mengevaluasi terhadap produk yang dibelinya apakah memuaskan atau
tidak. Jika produk tersebut sesuai dengan keinginan konsumen, maka kemungkinan
konsumen akan melakukan pembelian ulang terhadap produk yang sama.
2.2
Penelitian
Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan
penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Sebagai referensi dan
perbandingan penelitian ini, dilakukan beberapa kajian terhadap penelitian
terdahulu yang relevan sesuai tabel di bawah ini yang meliputi data peneliti,
judul termasuk variabel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 2.1
Penelitian
Terdahulu
No |
Peneliti, tahun dan Jurnal |
Judul Penelitian |
Metode |
Hasil Penelitian |
1 |
Reni Yesi. S (2020) Pengaruh Jurnal Ekonomi Efektif
Vol.2 No.4. ISSN: 2622-9935. Universitas Pamulang |
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Pada Giant Supermarket Di Cikarang |
Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi
dan uji hipotesis |
Harga
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi
pengaruh sebesar 36,3% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000
< 0,05. |
2 |
Agung Tri Putranto (2020) Jurnal Distrubsi Bisnis Vol.3 No.2. ISSN:
2621-797X. Universitas Pamulang |
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada
Indomaret Sudirman Tangerang. |
Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi,
deterinasi dan pengujian hipotesis |
Harga
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi
pengaruh sebesar 27,04% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000
< 0,05. |
3 |
Cindy Magdalena Gunarsih (2021). Jurnal Productivity Vol.2 No.1. |
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian di Toko
Pelita Jaya Buyungon Amurang |
Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi,
deterinasi dan pengujian hipotesis |
Harga
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi
pengaruh sebesar 96,2% dan uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,000
< 0,05. |
4 |
Imam Sofyan Lubis, Ryan Ardiansah, Kasmad (2021)
Jurnal Ekonomi Efektif Vol.4 No.1. ISSN: 2622-9935. Universitas Pamulang |
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan
Pembelian Krispy Kreme Di Supermall Ciledug Tangerang. |
Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi,
deterinasi dan pengujian hipotesis |
Kualitas
pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan
kontribusi pengaruh 60,2% dan uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05. |
5 |
Sulaeman (2021). Jurnal Arastirma Vol.1 No.1, ISSN:
2775-9695. Universitas Pamulang |
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan
Pembelian Motor Kawasaki Pada PT. Kawansakti Adhisejahtera Bintaro Tangerang
Selatan |
Analis kuantitatif dengan: Regresi, korelasi,
deterinasi dan pengujian hipotesis |
Kualitas
pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan
kontribusi pengaruh 34,3% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel
(5,692 > 1,998) |
6 |
Hera Septiana Permata, Dian Candra Fatihah (2021). Jurnal Manajemen Ekonomi & Akutansi
Vol.5 No.3. ISSN: 2621-5306. Politeknik Piksi Ganesha Bandung. |
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan
Pembelian di UKM Mart Kartika Widya Utama. |
Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi
dan uji hipotesis |
Kualitas
pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan
kontribusi pengaruh 39,6% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel
(5,995 > 1,688) |
7 |
Hernita Sri Muliani, Aris Arianto (2020). Jurnal Ekonam Vol.2 No.2. ISSN:
2685-8118. Universitas Pamulang. |
Pengaruh Kualitas
Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Intikarya Sejahtera
di Tangerang |
Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi
dan uji hipotesis |
Kualitas
pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian sebesar 73,3% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel 56,299
> 3,090) |
8 |
Irmawan dkk (2022). Jurnal Perkusi Vol.2 No.4. ISSN: 2776-1568. Universitas Pamulang. |
Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Pada J. Co Donuts & Coffee Di Bintaro
Tangerang Selatan |
Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi
dan uji hipotesis |
Kualitas
pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian sebesar 57,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel
62,012 > 2,770) |
9 |
Sudirman (2019) Jurnal Al-Buhuts Vol.15 No.2. ISSN: 2332-823X. UIN
Alauddin Makasar. |
Pengaruh Harga Dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Online Shop. |
Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi
dan uji hipotesis |
Harga
dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian sebesar 72,0% dan uji hipotesis diperoleh F
hitung > F tabel 5,930 > 3,590). |
10 |
Ade Syarif Maulana (2016). Jurnal Ekonomi Vol.7 No.2. ISSN: 2661-0683. |
Pengaruh Kualitas
Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian PT. TOI Jakarta |
Penelitian kuantitatif dengan uji regresi, determinasi
dan uji hipotesis |
Kualitas
pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian sebesar 62,2% dan uji hipotesis diperoleh Sig. 0,000 < 0,05 |
Sumber: Literatur
Jurnal, 2023
2.3
Kerangka
Berpikir
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan
antara variabel yang akan diteliti. Menurut Sekaran dalam Sugiyono (2019:60),
mennjelaskan bahwa “kerangaka berfikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan
sebagai masalah yang penting”. Masih menurut Sugiyono (2019:60), menjelaskan
bahwa “kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan”.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kerangka berpikir adalah penjelasan sementara secara konseptual tentang
keterkaitan hubungan pada setiap objek pemasalahan berdasarkan teori.
2.3.1
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan
Pembelian
Harga memiliki
peran yang penting dalam pemasaran, harga yang baik mencerminkan perusahaan sangat
konsisten dalam menjaga mutu produk yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga
konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.
Hal
ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Reni
Yesi. S (2020) Pengaruh Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Pada Giant Supermarket Di Cikarang. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
dengan kontribusi pengaruh sebesar 36,3% dan uji hipotesis diperoleh nilai
signifikansi (0,000 < 0,05).
Penelitian
serupa juga dilakukan oleh Cindy Magdalena Gunarsih (2021)
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Pelita Jaya Buyungon
Amurang. dimana dalam penelitinnya
menghasilkan kesimpulan Harga berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 96,2% dan uji
hipotesis diperoleh nilai signifikansi (0,000 < 0,05).
Berdasarkan beberapa hasil
penelitian yang pernah dilakukan orang lain dalam penelitian terdahulu maupun
paparan di atas, maka disimpulkan bahwa harga memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian.
2.3.2
Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Keputusan Pembelian
Kualitas
pelayanan menjadi sangat penting diperhatikan oleh sebuah perusahaan baik yang
bergerak di sektor industri maupu jasa karena pelayanan yang baik menggambarkan
kinerja
yang mengarah pada mutu yang diharapkan dari yang ditawarkan secara lebih
mendalam karena manfaat besar yang dihasilkan dari pelayanan, yang dapat
meningkatkan intensitas pembelian konsumen.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Imam Sofyan Lubis,Ryan Ardiansah, Kasmad (2021) Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Krispy Kreme Di Supermall Ciledug
Tangerang. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Kualitas pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh
60,2% dan uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Hera Septiana Permata, Dian Candra Fatihah (2021) Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian di UKM Mart Kartika Widya Utama. Dalam
penelitinnya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi
pengaruh 39,6% dan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (5,995 >
1,688).
Berdasarkan
beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain dalam penelitian
terdahulu maupun paparan di atas, maka disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
2.3.3
Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen sangat menjadi tolok ukur dalam keberhasilan pemasar karena harga merupakan salah satu faktor
yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum membeli suatu produk. Dengan harga yang
bagus dan terpercaya, maka produk akan senantiasa tertanam dibenak konsumen,
karena konsumen bersedia membayar sejumlah uang untuk membeli produk yang
berkualitas. Setelah melihat kualitas dari produk yang ditawarkan, maka dengan
sendirinya konsumen akan mencoba membandingkan kualitas layanan yang diberikan,
dan dalam hal ini perusahaan dituntut untuk memberikan kualitas layanan yang
mampu mempegaruhi nilai yang lebih, sehingga berbeda dengan kualitas layanan
persaing sehingga kualitas pelayanan menjadi salah satu faktor pertimbangan
konsumen sebelum membeli produk.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Hernita Sri Muliani,
Aris Arianto (2020) Pengaruh
Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Intikarya
Sejahtera di Tangerang.
Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
sebesar 73,3% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel 56,299 >
3,090.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Irmawan dkk (2022) Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada
J. Co Donuts & Coffee Di Bintaro Tangerang Selatan dimana
dalam penelitinnya menghasilkan kesimpulan Kualitas
pelayanan dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian sebesar 57,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t tabel
62,012 > 2,770).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain
dalam penelitian terdahulu maupun paparan di atas, maka disimpulkan bahwa harga
dan kualitas pelayanan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Menurut Sugiyono (2019:66)
menjelaskan” paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir
yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang
digunakan”.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
terkait variabel harga dan kualitas
pelayanan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian,
maka
penelitian ini digambarkan dalam paradigma sebagai berikut:
|
H3 |
H2 |
Harga (X1) 1.
Keterjangkauan harga 2.
Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3.
Daya saing harga 4.
Kesesuaian harga dengan manfaat 5.
Sistem pembayaran. Sumber: Kotler dan Armstrong (2019:312) |
Keputusan Pembelian (Y) 1.
Pengenalan Masalah 2.
Pencarian informasi 3.
Evaluasi alternatif 4.
Keputusan pembelian atau tidak 5.
Perilaku pasca pembelian Sumber: Kotler dan Amstrong (2019:251) |
Kualitas Pelayanan (X2) 1. Berwujud
(tangible) 2. Empati
(empathy) 3. Cepat
tanggap (responsiveness) 4. Keandalan
(reliability) 5. Kepastian
(assurance) Sumber: Kotler
dalam Tjiptono (2019:59) |
H1 |
2.4
Pengembangan
Hipotesis
Menurut Sugiyono (2019:64) menjelaskan bahwa “hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah karena sifatnya sementara,
maka perlu di buktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul”. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan
antara variable-variabel di dalam masalah penelitian
Sementara menurut Arikunto (2019:71) meyampaikan bahwa “hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”. Berdasarkan uraian teori di atas maka diusulkan hipotesis
sebagai berikut:
Ho1 : ρ1 = 0 Tidak terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
Ha1 : ρ1 ≠ 0 Terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
Ho2 : ρ2 = 0 Tidak terdapat pengaruh kualitas
pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
Ha2 : ρ2 ≠ 0 Terdapat pengaruh kualitas
pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
Ho3 : ρ3 = 0 Tidak terdapat pengaruh harga
dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen
di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan.
Ha3 : ρ3 ≠ 0 Terdapat pengaruh harga
dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen
di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis
Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, dimana
menurut Sugiyono (2019:36) “penelitian asosiatif adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan
antara dua variabel atau lebih”. Dengan demikian penelitian asosiatif ini dapat
dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol suatu gejala. Dengan pendekatan penelitian kuantitatif,
Masih menurut Sugiyono (2019:35) bahwa “dengan menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif maka dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Selanjutnya menurut Sujarweni (2018:39) “penelitian kuantitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”. Dengan demikian metode penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif yang merupakan penelitian ini dengan studi empiris yang
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian.
3.2
Tempat
dan Waktu Penelitian
3.2.1
Tempat Penelitian
Menurut Sugiyono
(2019:34) berpendapat “tempat penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal yang objektif”. Sedangkan menurut Husein Umar (2018:60) “objek dalam penelitian adalah derajat dimana pengukuran
yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, bebas
dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes”.
Dari definisi diatas
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tempat
penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan
dan kegunaan tertentu
guna mendapatkan data spesifik dan mempunyai nilai,
skor atau ukuran yang
berbeda. Penelitian ini
dilaksanakan di Alfamart Pondok
Indah 2, Jakarta Selatan, alamat. Jl Duta Niaga Kav.VA 4 Kebayoran Lama
3.2.2
Waktu Penelitian
Waktu Penelitian
ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yang dimulai dari bulan
Januari 2023 sampai April 2023. Adapun penelitian dilakukan secara bertahap disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan penulis, diawali dengan penulisan
proposal judul penelitian, seminar proposal, penyempurnaan materi proposal,
pembuatan instrumen penelitian, pengumpulan data primer dan skunder, pengolahan
data yang telah didapat oleh penulis dan penyusunan pelaporan skripsi. Adapun kegiatan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Jadwal
Penelitian
Jadwal Kegiatan |
Maret 2023 |
April 2023 |
Mei 2023 |
Juni 2023 |
|||||||||||||
(Minggu) |
(Minggu) |
(Minggu) |
(Minggu) |
||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Observasi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Penyusunan proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Seminar proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Revisi proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Penyusunan instrumen |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Penyebaran kuesioner |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Tabulasi data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Pengolahan data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Analisis data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10 |
Pengambilan kesimpulan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11 |
Perkiraan Sidang |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Dikembangkan penulis, 2023
3.3
Operasional
Variabel Penelitian
Operasional variabel menurut Sugiyono (2019:63)
berpendapat “operasional variabel adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Operasionalisasi variabel
diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari
variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian
hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
Sedangkan pengertian operasional variabel menurut Umi Narimawati
(2018:31) didefinisikan bahwa
“operasional variabel penelitian adalah proses penguraian
variabel penelitian keadaan sub variabel, dimensi, indikator sub variabel,
dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan
bila dasar konsep dan indikator masing-masing varibel sudah jelas,
apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis
faktor”.
Dari definisi yang sudah disebutkan di atas maka dapat dikatakan
bahwa operasional variabel diperlukan untuk
menentukan jenis, indicator serta skala dari variabel-variabel
yang terkait dalam suatu penetilian yang kemudian
ditarik menjadi sebuah kesimpulan penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan penulis
terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan dari
masing-masing variabel itu adalah sebagai berikut:
3.3.1
Variabel Independen atau Bebas
(X1 dan X2)
Menurut Sugiyono
(2019:33) berpendapat “variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat
(dependen)”. Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang
dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur
atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala
yang diobservasi. Variabel bebas yang
diteliti dalam penelitian ini meliputi:
1.
Harga (X1)
Menurut Kotler dan
Armstrong (2019:312) menyatakan bahwa “harga adalah sejumlah uang yang
ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan
para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu
produk dan jasa”.
2.
Kualitas Pelayanan (X2)
Menurut Kotler
dalam Tjiptono (2019:59) menyatakan bahwa “kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan”.
3.3.2
Variabel Dependen atau Terikat
(Y)
Menurut Sugiyono
(2019:39)
berpendapat “variabel dependen
sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen atau terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.
Menurut Kotler dan Amstrong (2019:251) berpendapat “keputusan pembelian merupakan merupakan sebuah
pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan
konsumen. Kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian”.
Secara
rinci operasional variabel dalam penelitian ini dibuat tabel variabel,
indikator dan nomor pertanyaan, seperti terlihat bawah ini:
Tabel 3.2
Operasional
Variabel Penelitian
Variabel |
Indikator |
Nomor Kuesioner |
Skala |
Harga (X1) Sumber: Kotler & Amstrong (2019:312) |
1. Keterjangkauan Harga |
1, 2 |
Likert |
2. Kesesuaian Harga |
3, 4 |
||
3. Daya Saing Harga |
5, 6 |
||
4. Kesesuaian Harga dengan
Manfaat |
7, 8 |
||
5. Sistem Pembayaran |
9, 10 |
||
Kualitas Pelayanan (X2) Sumber: Kotler
dalam Tjiptono (2019:59) |
1. Berwjud (tangible) |
1, 2 |
Likert |
2. Empati (empathy) |
3, 4 |
||
3. Cepat tanggap (responsiveness) |
5, 6 |
||
4. Keandalan (reliability) |
7, 8 |
||
5. Kepastian (assurance) |
9, 10 |
||
Keputusan Pembelian (Y) Sumber: Kolter dan Amstrong (2019:251) |
1. Pengenalan masalah |
1, 2 |
Likert |
2. Pencarian informasi |
3, 4 |
||
3. Evaluasai alternatif |
5, 6 |
||
4. Keputusan pembelian atau
tidak |
7, 8 |
||
5. Perilaku pasca pembelian |
9, 10 |
Sumber: Dikembangkan penulis, 2023
3.4
Populasi dan Sampel
3.4.1
Populasi
Menurut Sugiyono (2019:29) berpendapat “populasi adalah jumlah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Arikunto (2019:173) menyampaikan
bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dari
pengertian di atas, disimpulkan populasi adalah keseluruhan karakteristik atau
sifat subjek atau objek yang dapat ditarik sebagai sampel. Dalam penelitian populasinya adalah konsumen yang melakukan
pembelian di Alfamart Pondok
Indah 2, Jakarta Selatan
dimana jumlah konsumennya tidak dapat diketahui secara pasti jumlahnya.
3.4.2
Sampel
Menurut Sugiyono (2019:29) berpendapat “sampel adalah jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi”. menurut Arikunto (2019:341), “sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Lebih lanjut menurut Sugiyono (2019:81) “tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan
sampel untuk digunakan dalam penelitian”. Dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling. Masih menurut
Sugiyono (2019:118) “non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampling yang tidak memberikan peluang
yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.
Menurut Sugiyono (2019:29) berpendapat
“sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. menurut Arikunto
(2019:341), “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Lebih
lanjut tujuan riset seringkali adalah untuk mencari jawaban tentang sesuatu
dari aspek yang lebih luas yang dikenal dengan populasi. Sedangkan Menurut
Suhartanto (2018:229) “untuk mencari jawaban permasalahan yang ada di populasi
tersebut periset sering harus sering harus menggunakan sampel daripada memakai
populasi secara keseluruhan”. Sampel penelitian ini adalah konsumen di Alfamart
Pondok Indah 2, Jakarta Selatan. Oleh karena pada penelitian ini besarnya
populasi tidak diketahui dengan pasti berapa jumlahnya, maka akan sulit mencari
jumlah populasi yang tepat, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan rumus Rao Purba (dalam Kharis, 2018:50) yaitu sebagai berikut:
|
Dimana:
n = jumlah sampel
Z =
Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel yaitu 1,96 atau 95%
pada taraf signifikansi.
Moe = Margin of error, tingkat kesalahan maksimum (10%)
3.5
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
merupakan upaya untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam
pengukuran variabel. Menurut Sugiyono (2019:308) menyampaikan “metode pengumpulan
data adalah cara ilmiah utuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
dibuktikan, dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan memecahkan
dan mengantisipasi masalah”.
3.5.1
Data Primer
Menurut Sugiyono (2019:308) “sumber primer adalah
sumber data yanglangsung memberikan data kepada pengumpul
data”. Sedangkan menurut Sujarweni (2018:74) “teknik pengumpulan data primer merupakan cara yang dilakukan peneliti
untuk mengungkap atau menarik informasi kuantitatif”.Dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada konsumen Alfamart
Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
1.
Observasi
Menurut Sugiyono (2019:141) berpendapat “observasi adalah
proses yang tersusun dari berbagai proses sehingga diperoleh data berdasarkan
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam hal ini
penulis melaksanakan pengamatan langsung terhadap perusahaan dimana pengamatan terbatas
pada pokok permasalahan sehingga perhatian lebih fokus kepada data (riil) dan relevan.
2.
Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada
responden secara tertulis. Daftar pertanyaan ditujukan terutama yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2019:142) berpendapat “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila
peneliti tahu dengan siapa variabel akan diukur dan yang diharapkan dari
responden”. Dalam penelitian ini kuesioner yang dibuat berupa pernyataan dengan jawaban mengacu pada skala likert: Sangat Tidak Setuju (bobot 1),
Tidak Setuju (bobot 2), Kurang Setuju (bobot 3), Setuju (bobot 4) dan Sangat
Setuju (bobot 5).
3.
Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2019:348) berpendapat “dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu”. Dokumen bisa berbentuk tulisan atau gambar. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah perusahaan,
jumlah penjualan, dan lain sebagainya.
4.
Studi
Kepustakaan
Menurut Sugiyono (2019:140) berpendapat “studi kepustakaan berkaitan
dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, dan norma
yang diteliti dan penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan
penelitian tidak akan lepas dari literatur ilmiah”. Dalam penelitian ini studi kepustakaan dilakukan
dengan mencari landasan teoritis yang berhubungan dengan judul penelitian.
3.5.2
Data Sekunder
Menurut Sugiyono
(2019:308) “data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung yang memberikan data kepada
pengumpul data”. Selanjutnya menurut Hendri Tanjung (2018:19) menyampaikan “cara pengumpulan data sekunder yaitu untuk
data sekunder, pengumpulan datanya dilakukan dengan metode dokumentasi
melalui media cetak atau media elektronik”. Data
sekunder dalam penelitian ini mencakup data sejarah perusahaan, visi misi perusahaan.
3.6
Teknik
Analisis Data
Menurut Sugiyono
(2019:147) “dalam penelitian kuantitatif analisa data merupakan kegiatan pengumpulan
data dari sumber-sumber yang diperoleh”. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenisnya, mentabulasi berdasarkan
variabel, menyajikan data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun metode analisis data yang
digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
3.6.1
Analisis Deskriptif
Metode diskriptif
merupakan data yang digunakan dengan mengadakan pengumpulan data dan menganalisa
sehingga diperoleh deskripsi, gambaran atau fenomena yang diteliti.
1.
Pembuatan Skala Likert
Dalam penelitian ini, untuk pembobotan data, peneliti menggunakan skala
pengukuran. Menurut Sugiyono (2019:92), “skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur sehingga bila digunakan akan menghasilkan data kuantitatif”.
Dalam ilmu statistik
banyak jenis-jenis skala yang digunakan baik untuk kepentingan akademisi maupun
kepentingan praktisi. Dari sekian banyak jenis skala yang telah dikembangkan,
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan skala likert dalam bentuk data-data yang diperoleh. Menurut Malholta (2019:298) “skala likert adalah pengukuran dengan lima
kategori respon yang berkisar “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju” yang
mengharuskan responden menentukan derajat persetujuan atau ketidak setujuan
mereka terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan mengenai obyek
stimulus”.
Pendapat di atas
dipertegas oleh Sugiyono (2019:92) bahwa “skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Lebih
lanjut Sugiyono (2019:92) menjelaskan bahwa “dengan
menggunakan skala likert maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan indikator
tersebut dijadikan acuan dalam menyusun pertanyaan maupun pernyataan”. Dalam penelitian fenomena sosial ini, variabel telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dalam penelitian ini skala likert dan scoring
sebagai berikut:
Skala Likert
Alternatif Jawaban |
Bobot |
Sangat Setuju |
5 |
Setuju |
4 |
Kurang setuju |
3 |
Tidak Setuju |
2 |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
Sumber: Di adaptasi dari Sugiyono (2019:92)
Dengan skala
pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan
komunikatif. Selanjutnya menurut pendapat Istijanto (2018:91) menyatakan bahwa
“penggunaan 5 kategori dalam skala likert
di atas sangat populer dalam survei konsumen karena dipandang mewakili dengan
baik tingkat intensitas penilaian responden”.
Penggunaan kategori yang terlalu banyak (misalnya sampai 9 kategori)
sering kali justru membingungkan responden karena perbedaan tiap kategori
menjadi sedemikian tipis dan responden kesulitan untuk membuat pilihan.
Sebaliknya penggunaan skala dengan jumlah kategori yang sedikit (misalnya 2
kategori) membuat responden tidak leluasa mengungkapkan penilaiannya dan
menjadi terpaksa memilih karena tidak ada pilihan yang lebih cocok.
2.
Skala Interval
Setelah dibuat skala likert scoring, selanjutnya dicari rata-rata dari setiap
jawaban responden. Untuk memudahkan penilaian rata-rata tersebut, maka
digunakan skala interval. Sedangkan skala interval itu sendiri menurut Istijanto
(2018:83), adalah “skala yang memiliki urutan dan
memiliki interval atau jarak yang sama
antara kategori atau titik-titik terdekatnya”.
Hal tersebut
dipertegas oleh Malholtra (2018:278) yang menyatakan bahwa “skala interval
adalah skala yang menggunakan angka untuk memeringkat obyek sedemikian rupa
sehingga jarak setara secara numerik mewakili jarak setara karakteristik yang
sedang diukur. Untuk
memudahkan penilaian rata-rata tersebut maka digunakan interval, untuk
menentukan panjang kelas interval, menurut Sudjana (2018:47) digunakan rumus sebagai berikut:
|
Sumber: Sudjana (2018:47)
Keterangan:
P = Panjang Kelas Interval
K =
Banyak Kelas
R =
Rentang (data terbesar – data terkecil)
Jadi
panjang kelas interval adalah = 0,8
Maka panjang kelas interval dapat diketahui sebagai berikut:
Skala
Interval
Kriteria atau Interpretasi
Kategori |
Disingkat |
Skala
Interval |
Sangat Tidak Setuju atau
Sangat Tidak Baik |
STS/STB |
1,00 – 1,79 |
Tidak
Setuju atau Tidak Baik |
TS/TB |
1,80 –
2,59 |
Kurang Setuju atau Kurang Baik |
KS/KB |
2,60 –
3,39 |
Setuju atau Baik |
B |
3,40 –
4,19 |
Sangat Setuju atau Sangat Baik |
STB |
4,20 – 5,00 |
Sumber: Di
adaptasi dari Sudjana (2018:47)
3.6.2
Uji Instrumen Data
Dalam suatu
penelitian, data mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian
hipotesis. Valid atau tidaknya data sangat menentukan mutu dari data tersebut. Hal
ini tergantung instrumen yang digunakan apakah sudah memenuhi asas validitas
dan reliabilitas. Adapun dalam pengujian instrumen ini digunakan 2 (dua)
pengujian yaitu:
1. Uji Validitas
Valid adalah menunjukkan derajad
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti. Menurut
Sugiyono (2019:361) berpendapat ”valid berarti terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya”. Sedangkan menurut Ghozali (2018:52) berpendapat “suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut”. Untuk melakukan uji validitas dilihat dari
tabel Item-Total Statistics.
Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r hitung > r tabel atau dapat juga dengan nilai chronbath alpa >
standar kritis alpa, maka dikatakan valid. Untuk
menguji validitas setiap instrumen, rumus yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment sebagai
berikut:
|
Sumber: Sugiyono
(2019: 356)
Keterangan:
rxy = koefisien
korelasi antar X dan Y
n = jumlah responden
x = skor item kuesioner
y = total skor item kuesioner
∑x² = jumlah kuadrat seluruh skor X
∑y² = jumlah kuadrat seluruh skor Y
Dalam
penelitian ini untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan software alat bantu program Statistical Package
for Social Science (SPSS) for window versi 26, sehingga dapat diketahui
nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas.
Kriteria atau syarat keputusan suatu instrumen dikatakan valid dan tidaknya menurut Sugiyono (2019:173) yaitu dengan
membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Jika rhitung > rtabel, maka
instrumen dikatakan valid,
b.
Jika rhitung
< rtabel, maka instrumen dikatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas
merupakan serangkaian pengukuran atau alat ukur yang memiliki konsistensi bila
pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban tertentu. Menurut Sugiyono (2019:298) berpendapat ”instrumen
yang reliabel jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Sedangkan menurut Ghozali (2018:47) berpendapat ”reliabilitas merupakan alat
untuk menguji kekonsistenan jawaban responden atas pernyataan di kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu.
Berdasarkan definisi di atas, maka reliabilitas
diartikan sebagai karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan
kekonsistenan. Disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Rumus yang digunakan pada penelitian ini,
reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus alpha atau cronbach’s alpha (α)
dikarenakan instrumen pertanyaan kuesioner yang dipakai merupakan rentangan
antara beberapa nilai dalam hal ini menggunakan skala rating 1 sampai dengan 5.
Menurut Arikunto (2019:223) menyampaikan “cara menghitung tingkat
reliabilitas suatu data yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach” sebagai berikut:
|
Sumber: Arikunto (2019:223)
Keterangan:
r11 = Koefisien
reliabilitas
k = Jumlah butir pertanyaan
Jumlah varians skor setiap item dan varians total,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
|
Sumber: Arikunto (2019:227)
|
Sumber: Arikunto (2019:227)
Keterangan:
X11 = Jawaban responden untuk setiap
butir soal
∑Yt = Total jawaban responden
untuk setiap butir pertanyaan
n = Jumlah responden
Dalam penelitian
ini untuk menghitung tingkat
reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan software
alat bantu program Statistical Package for Social Science (SPSS) for window versi 26.
Kriteria yang
digunakan apabila
suatu alat ukur memberikan hasil yang stabil, maka disebut alat ukur itu
handal. Pengukuran dilakukan sekali dan reliabilitas dengan uji statistik. Dalam
penelitian ini pengukuran yang dipakai adalah dengan membandingkan
nilai Cronbach's
Alpha dengan 0,600, dimana
menurut Ghozali (2018:238) dapat berpedoman sebagai berikut:
a.
Jika Nilai Cronbach's Alpha > 0,600, maka instrumen reliabel.
b.
Jika Nilai Cronbach's Alpha < 0,600, maka instrumen tidak reliabel.
3.6.3
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ketepatan
sebuah data. Menurut Santoso (2019:342) berpendapat “sebuah model regresi akan
digunakan untuk melakukan peramalan sebuah model yang baik adalah model dengan
kesalahan peramalan yang seminimal mungkin. Karena itu, sebuah model sebelum
digunakan seharusnya memenuhi beberapa asumsi, yang biasa disebut asumsi
klasik”. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah meliputi: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Menurut Ghozali (2018:290) berpendapat ”model regresi yang baik adalah
berdistribusi normal atau mendekati normal”. Jadi uji normalitas bukan
dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Dengan
demikian uji ini untuk memeriksa apakah data yang berasal dari populasi terdistribusi
normal atau tidak. Data yang
baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data
yang berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan antara lain:
a.
Metode Uji Kolmogorov Smirnov.
Menurut Sugiyono (2019:257) menjelaskan bahwa uji normalitas dapat diuji dengan Kolmogorov
Smirnov dengan rumus:
|
Sumber: Ghozali (2018:290)
Sumber: Sugiyono (2019:257)
Keterangan:
KD : Jumlah
Kolmogorov-Smirnov yang dicari
n1 :
Jumlah sampel yang diperoleh
n2 :
Jumlah sampel yang diharapkan
Data dikatakan normal dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data
tidak berdistribusi normal.
2)
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data
berdistribusi normal.
b.
Metode Grafik.
Uji normalitas juga dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran pada (titik) pada sumbu diagonal pada grafik probability plot. Adapun menurut Ghozali (2018:294) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1)
Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi memenuhi normalitas.
2)
Jika data menyebar jauh dari garis
diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Uji
Multikolinieritas ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Menurut Ghozali (2018:105) berpendapat bahwa “uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen)”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol.
Menurut
Santoso (2019:234) “jika terbukti ada multikolinieritas, sebaiknya salah
satu dari variabel independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan
model regresi diulang kembali”. Adapun untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance
value atau Variance Inflation Factor
(VIF) dengan rumus sebagai berikut:
|
Sumber:
Santoso (2019:234)
Atau dapat juga menggunakan rumus dibawah ini:
|
Sumber:
Ghozali
(2018:43))
Keterangan:
rxy = Koefisien
korelasi antara variabel X dan Y
X =
Skor item
Y =
Sskor total
N =
Jumlah subjek
∑xy = Jumlah perkalian antara X dan Y
∑x = Jumlah nilai X
∑y = Jumlah nilai Y
∑x2 = Jumlah kuadrat dari X
∑y2 = Jumlah kuadrat dari Y
Dalam penelitian
ini ketentuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran
ini menunjukkan setiap variabel independen manakala yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Model Regresi yang baik adalah yang tidak terjadi multikolinieritas.
Dalam pengujian, digunakan sofware SPSS versi 26. Untuk mendeteksi hal tersebut pedomannya adalah sebagai berikut:
a.
Jika nilai nilai tolerance
lebih < 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < dari 1, maka tidak
terjadi multikolinieritas.
b.
Jika nilai nilai tolerance
lebih > 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) > dari 1, maka terjadi multikolinieritas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu adanya korelasi antar
anggota sampel. Menurut Ghozali (2018:110) berpendapat bahwa “uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi liner ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1”. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW test) dengan rumus:
|
Sumber: Santoso (2019:234)
Keterangan:
et : adalah residual tahun t
et-1 : adalah residual satu tahun sebelumnya.
Menurut Algifari (2018:88) menyampaikan bahwa “konsekuensi dari
adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varian sampel tidak dapat
menjelaskan varian populasinya”. Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dilakukan uji Durbin-Watson dengan ketentuan:
Tabel 3.5
Pedoman Uji Autokorelasi Dengan Darbin-Watson (DW test)
Kriteria |
Keterangan |
< 1,000 |
Ada autokorelasi |
1,100 – 1,550 |
Tanpa
kesimpulan |
1,550 – 2,460 |
Tidak
ada autokorelasi |
2,460 – 2,900 |
Tanpa kesimpulan |
> 2,900 |
Ada autokorelasi |
Sumber:
Algifari (2018:88).
4. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018:349) berpendapat “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke
pengamatan lain”. Cara menprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan beberapa yaitu:
a.
Uji Glejser
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser. Rumus yang digunakan
sebagai berikut:
|
Sumber: Ghozali (2018:125-126)
Keterangan:
Ln = Regresi
έi2 = Kuadrat nilai undstandarized residual dari uji regresi
βo =
Konstanta regresi
βln(X1)
= Konstanta regresi variabel independen
µi = Residual test
Ketentuan dalam uji Glejser dapat
melihat hasil uji nilai residual absolut diregresi dengan variabel independen. (Ghozali, 2018:142). Dalam pengujian ini, digunakan sofware
SPSS versi 26. Adapun
ketentuan terjadi atau tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
1)
Jika variabel
independen signifikan secara statistik memiliki nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka terjadi gangguan
heteroskedastisitas.
2)
Jika variabel
independen tidak signifikan secara statistik memiliki nilai signifikansi (Sig.) > 0,05, maka data tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.
b.
Grafik Scater Plot
Cara lain
dalam menguji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan melihat grafik scatter
plot (Ghozali, 2018:125-126) dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Jika penyebaran
data pada grafik scatter plot tidak
teratur dan tidak membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi
satu) maka dapat disimpulkan tidak terjadi problem heteroskedastisitas
2)
Jika penyebaran
data pada grafik scatter plot teratur
dan membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat
disimpulkan terjadi problem heteroskedastisitas.
3.6.4
Analisis Kuantitatif
Analisis
kuatitatif sering disebut
dengan verifikatif yaitu penelitian untuk menilai kondisi
dari nilai pengaruh dan signifikansi pengaruh tersebut. Menurut Sugiyono (2019:55) berpendapat “metode verifikatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 (dua)
variabel atau lebih. Dengan demikian dari hasil dari analisis ini akan
memberikan jawaban awal dari rumusan masalah mengenai pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Adapun tahapan analisis yang dilakukan
adalah:
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Sumber:
Sugiyono (2019:261)
Dimana :
Y = Variabel terikat (dependen
atau variabel
yang diduga)
X = Variabel bebas
(independen)
a = Intersep
(konstan) (nilai Y bila X = 0 disebut titik intercept
b = Koefisien
arah regresi linier untuk mengukur besarnya pengaruh Y
Sedangkan untuk mengetahui
besarnya nilai konstanta a dan
konstanta b dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
|
dan |
|
Sumber: Sugiyono (2019:261)
Variabel X
dikatakan mempengaruhi Y jika berubahnya nilai X akan menyebabkan adanya
perubahan nilai Y artinya naik turunnya X akan membuat nilai Y juga naik turun,
namun tidak selalu demikian karena masih ada faktor lain yang ikut
mempengaruhinya.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi liner berganda merupakan suatu teknik statistika yang
digunakan untuk mencari persamaan regresi yang bermanfaat untuk meramal nilai
variabel dependen berdasarkan nilai-nilai variabel independen dan mencari
kemungkinan kesalahan dan menganalisa hubungan antara satu variabel dependen
dengan variabel independen secara bersama-sama. Menurut
Sugiyono (2019:277) berpendapat
“analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi
bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan/diturunkan”. Model hubungan
ini disusun dalam fungsi atau persamaan regresi ganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1
+ b2X2 + έ |
Sumber: Sugiyono (2019:277).
Keterangan:
Y = Variabel dependen (Y) dalam
penelitian ini adalah keputusan pembelian
a = Bilangan konstanta, merupakan
nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah
konstan atau 0 (X1, X2 = 0)
b1
= Koefisien regresi berganda X1
terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas X2 dianggap
konstan atau tetap
b2 = Koefisien
regresi berganda X2 terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas
X1 dianggap konstan atau tetap
X1 = Variabel independen (X1) dalam
penelitian ini adalah harga
X2 = Variabel independen (X2) dalam
penelitian ini adalah kualitas pelayanan
έ = Disturbance’s error / variabel pengganggu
Regresi linier berganda dengan variabel bebas X1 dan X2
metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1 dan b2
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
SX1y
= aSX1
+ b1SX1 + b2SX1X2
SX2y
= aSX2
+ b1SX1X2 + b2SX2X22
Sumber: Sugiyono (2019:279)
Arti koefisien
b adalah jika nilai b positif (+), hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan
kata lain peningkatan atau penurunan besarnya
variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika
nilai b negatif (-), maka hal ini menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Dengan kata
lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas
akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai veriabel terikat, dan sebaliknya.
3.
Analisis Koefisien Korelasi
Analisis koefisien
korelasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen baik secara parsial maupun simultan.
Menurut Sugiyono (2019:274) persamaan correlation
pearson dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
|
Sumber: Sugiyono (2019:274)
Keterangan:
r :
Korelasi antara variabel independen dan variabel dependen
n :
Banyaknya sampel
X : Nilai
variabel independen (bebas)
Y : Nilai
variabel dependen (terikat)
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Apabila nilai r > 0, maka
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat merupakan hubungan yang
positif yaitu semakin besar nilai variabel bebas, maka semakin besar pula
pengaruh terhadap nilai variabel terikat.
2)
Apabila nilai r < 0, maka
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat merupakan hubungan
negatif, yaitu semakin kecil variabel bebas, maka semakin kecil nilai variabel
terikat.
3)
Apabila nilai r = 0, maka
antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak ada hubungan sama sekali.
4)
Apabila r = 1 berarti
terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
5)
Apabila nilai r = -1, maka
telah terjadi hubungan negatif yang sempurna antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS
versi 26. Lebih lanjut menurut Sugiyono (2019:184)
untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi dapat berpedoman pada tabel
sebagai berikut:
Pedoman
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Nilai Koefisien Korelasi |
Tingkat Hubungan |
0,000 –
0,199 |
Sangat Rendah |
0,200 –
0,399 |
Rendah |
0,400 –
0,599 |
Sedang |
0,600 –
0,799 |
Kuat |
0,800 –
1,000 |
Sangat kuat |
Sumber: Sugiyono (2019:184)
4.
Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi dimaksudkan
untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen baik secara parsial maupun simultan. Menurut Supangat (2019:350) berpendapat “koefisien
determinasi merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen” Berdasarkan dari pengertian
ini maka koefisien determinasi merupakan bagian dari keragaman total dari
variabel terikat yang dapat diperhitungkan oleh keragaman variabel bebas dihitung
dengan koefisien determinasi dengan asumsi faktor lain di luar variabel
dianggap konstan.
Untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat dihitung dengan suatu koefisien yang
disebut koefisien penentuan, dimana menurut Sugiyono (2019:350) dapat berpedoman dengan rumus sebagai berikut:
Kd = r2 x 100% |
Sumber: Sugiyono (2019:350)
Keterangan:
Kd :
Koefisien Determinasi
r : Koefisien Korelasi antara variabel bebas
dan terikat (yang dikuadratkan)
100% :
Pengalian yang diprosentasikan
Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi 26. Adapun ketentuan besarnya
nilai koefisien determinasi (Kd) antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) dimana interpretasinya
adalah :
1)
Jika determinasi bernilai 0 = berarti tidak ada
hubungan antara variabel X1 dan X2 (bebas) dengan
variabel Y (terikat).
2)
Jika determinasi bernilai 1 = berarti ada
kecocokan yang sempurna dari ketepatan perkiraan model.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis dimaksudkan untuk menentukan apakah suatu hipotesis sebaiknya
diterima atau ditolak. Menurut Sugiyono (2019:234) berpendapat “hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan
masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Dengan
demikian hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji secara empiris. Maka pengujian hipotesis dilakukan
melalui:
a. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t atau uji parsial dimaksudkan untuk menguji
bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya. Menurut Sugiyono
(2019:251) bahwa “uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
varibel independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen
(Y) pada tingkat kepercayaan 95%”. Dalam penelitian ini rumusan
hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut:
1) Variabel Harga (X1)
H0 : ρ1
= 0 |
Tidak terdapat pengaruh harga
terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan. |
Ha : ρ1 ¹ 0 |
Terdapat pengaruh harga
terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan. |
2) Variabel Kualitas Pelayanan (X2)
H0 : ρ2 = 0 |
Tidak terdapat pengaruh kualitas
pelayanan terhadap keputusan
pembelian konsumen di
Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan. |
Ha : ρ2 ¹ 0 |
Terdapat pengaruh kualitas pelayanan
terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan. |
Rumus yang digunakan dalam pengujian hipotesis (uji t) ini, menurut
Sugiyono (2019:184) dapat menggunakan dengan mencari nilai t hitung dengan rumus sebagai
berikut:
|
Sumber: Sugiyono (2019:184)
Keterangan:
t = Probabilitas
r = Koefisien korelasi parsial
n = Jumlah sampel.
Taraf signifikansi
yang digunakan 0,05 (5%) artinya
kemungkinan hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95%.
Dalam pengujian ini, hipotesis diterima atau ditolak
dicari dengan cara membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut:
(a)
Jika nilai t hitung >
t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
(b)
Jika nilai t hitung >
t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan
dengan cara membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai
berikut:
(a)
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
(b)
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Kriteria dikatakan signifikan jika nilai t
hitung > t tabel atau probability
signifikansi < 0,05.
b. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F atau simultan dimaksudkan untuk menguji
pengaruh semua variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Menurut
Sugiyono (2019:252) bahwa “uji F digunakan untuk
mengetahui pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel independen
terhadap variabel dependen”. Dalam
penelitian ini rumusan hipotesis yang dibuat, sebagai berikut:
H0
: ρ3 = 0 |
Tidak terdapat pengaruh harga dan kualitas
pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan |
Ha :
ρ3 ¹ 0 |
Terdapat pengaruh harga dan kualitas
pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan |
Rumus yang digunakan menurut Sugiyono
(2019:252) “uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan
(bersama-sama) antara variabel independen terhadap variabel dependen”. Untuk
mencari nilai F hitung digunakan rumus sebagai berikut:
|
Sumber: Sugiyono
(2019:252)
Keterangan:
r2 = Koefisien korelasi ganda
k =
Jumlah variabel independen
n = Jumlah data (sampel
responden).
Dalam pengujian ini, digunakan sofware SPSS versi
26. Kriteria hipotesis diterima atau ditolak yaitu dengan mebandingkan antara
nilai F hitung dengan F tabel dengan kriteria
sebagai berikut:
a)
Jika nilai F hitung >
F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b)
Jika nilai F hitung <
F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan
dengan cara membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai berikut:
a)
Jika nilai signifikansi
< 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b)
Jika nilai signifikansi
> 0,05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak.
Kriteria dikatakan signifikan jika nilai F
hitung > F tabel atau probability
signifikansi < 0,05.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek
Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Alfamart
4.2
Hasil
Penelitian
4.2.1
Analisis Deskriptif
A.
Analisis
Deskriptif Karakteristik Responden
Karakterstik
responden dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
Laki-laki |
46 |
47.9 |
47.9 |
47.9 |
Perempuan |
50 |
52.1 |
52.1 |
100.0 |
|
Total |
96 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 46 orang atau 47,9%, sedangkan responden yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 50 orang atau 52,1%.
B. Karakteristik
Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
< 25 Tahun |
9 |
9.4 |
9.4 |
9.4 |
25 - 35 Tahun |
29 |
30.2 |
30.2 |
39.6 |
|
36 - 45 Tahun |
34 |
35.4 |
35.4 |
75.0 |
|
46 - 50 Tahun |
14 |
14.6 |
14.6 |
89.6 |
|
> 50 Tahun |
10 |
10.4 |
10.4 |
100.0 |
|
Total |
96 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada
tabel di atas, responden yang berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 9 orang atau 9,4%, yang berusia antara 25-35 tahun sebanyak 29 orang atau 30,2%, yang berusia antara 36-45 tahun sebanyak 34 orang atau 35,4%, yang berusia antara 46-50 tahun sebanyak 14 orang atau 14,6% dan yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 10 orang atau 10,4%.
C.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
PNS/TNI/Polri |
8 |
8.3 |
8.3 |
8.3 |
Wiraswasta |
30 |
31.3 |
31.3 |
39.6 |
|
Karyawan Swasta |
24 |
25.0 |
25.0 |
64.6 |
|
Ibu Rumah Tangga |
19 |
19.8 |
19.8 |
84.4 |
|
Pelajar/Mahasiswa |
9 |
9.4 |
9.4 |
93.8 |
|
Lainnya |
6 |
6.3 |
6.3 |
100.0 |
|
Total |
96 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/Polri sebanyak 8 orang atau 8,3%, bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 30 orang atau 31,3%, bekerja sebagai karyawan
swasta sebanyak 24 orang atau 25,0% , ibu rumah tangga sebanyak 19
orang atau 19,8%,
responden yang masih sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 9 orang atau 9,4%, dan responden lainnya sebanyak 6 orang atau 6,3%.
D. Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian
Karakteristik Responden Berdasarkan Pembelian
Pembelian |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
Sebelumnya pernah membeli |
50 |
52.1 |
52.1 |
52.1 |
Sebelumnya belum pernan membeli |
46 |
47.9 |
47.9 |
100.0 |
|
Total |
96 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang sebelumnya
pernah membeli sebanyak 50 orang atau 52,1%, dan responden
yang sebelumnya belum pernah
membeli sebanyak 46 orang atau 47,9%.
E.
Analisis
Deskriptif Penilaian atau
Jawaban Responden
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah harga (X1), kualitas pelayanan (X2) dan keputusan pembelian (Y). Dalam menganalisis, penulis menggunakan analisa
deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai hasil penelitian, bagaimana
karakteristik subyek penelitian sehubungan dengan variabel
yang diteliti. Sebelum dilakukan analisis, terlebih
dahulu dilakukan pembobotan terhadap skor masing-masing variabel dengan
memberikan skor total dengan jumlah item dari variabel yang dibobot, melalui pertanyaaan yang diberikan peneliti
dalam kuesioner.
Pembobotan dalam penelitian ini menggunakan metode pengukuran likert, dimana pernyataan mengandung 5 alternatif jawaban dengan
menentukan rentang skala dari setiap variabel dapat ditetapkan interval untuk
memberikan interpretasi berdasar baik dan tidak baik. yaitu sebagai berikut:
Tabel Interval
Tanggapan Responden
Keterangan / Kriteria |
Disingkat |
|
1,00 – 1,79 |
Sangat Tidak Setuju / Sangat
Tidak Baik |
STS /STB |
1,80 – 2,59 |
Tidak Setuju / Tidak
Baik |
TS / TB |
2,60 – 3,39 |
Kurang Setuju / Kurang
Baik |
KS / KB |
3,40 – 4,19 |
Setuju / Baik |
S / B |
4,19 – 5,00 |
Sangat Setuju / Sangat
Baik |
SS / SB |
Sumber: Sugiyono (2019:95)
Berdasar pada kriteria di atas, maka dapat
dilakukan penilain atau jawaban responden menurut item pernyataan sebagai berikut:
1) Penilaian Responden Variabel Harga (X1)
Kriteria obyek
yang diteliti berdasarkan pada tanggapan responden
pada butir pertanyaan variabel harga (X1) memperoleh jawaban yang beragam, yaitu sebagai berikut:
Jawaban
Responden Variabel Harga (X1)
No |
Pernyataan |
Kriteria Jawaban |
Total |
Jumlah |
Mean Skor |
Ket |
||||
SS |
S |
KS |
TS |
STS |
||||||
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
||||||
|
1. Keterjangkauan
harga |
|||||||||
1 |
Harga produk yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 sangat terjangkau oleh konsumen |
24 |
28 |
24 |
18 |
2 |
342 |
96 |
3.56 |
B |
2 |
Harga produk yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 tidak terlalu mahal |
11 |
33 |
24 |
22 |
6 |
309 |
96 |
3.22 |
KB |
|
Jumlah |
35 |
61 |
48 |
40 |
8 |
651 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
18.2% |
31.8% |
25.0% |
20.8% |
4.2% |
100% |
|
3.39 |
KB |
|
2. Kesesuan harga
dengan kualitas produk |
|||||||||
3 |
Harga yang
ditetapkan Alfamart pondok
indah 2 sesuai dengan kualitas bahannya |
19 |
31 |
28 |
10 |
8 |
331 |
96 |
3.45 |
B |
4 |
Alfamart pondok indah 2 menyediakan berbagai macam produk pilihan |
20 |
34 |
23 |
11 |
8 |
335 |
96 |
3.49 |
B |
|
Jumlah |
39 |
65 |
51 |
21 |
29 |
666 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
20.3% |
33.9% |
26.6% |
10.9% |
8.3% |
100% |
|
3.47 |
B |
|
3. Daya saing harga |
|||||||||
5 |
Harga yang diberikan Alfamart pondok indah 2 mampu bersaing dengan harga produk dari kompetitor |
23 |
24 |
25 |
9 |
9 |
325 |
96 |
3.39 |
KB |
6 |
Harga yang diberikan sudah sesuai dengan harga di
pasaran. |
23 |
22 |
28 |
14 |
9 |
324 |
96 |
3.38 |
KB |
|
Jumlah |
46 |
46 |
53 |
29 |
18 |
649 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
24.0% |
24.0% |
27.6% |
9.1% |
9.4% |
100% |
|
3.38 |
KB |
|
4. Kesesuaian harga
dengan manfaat |
|||||||||
7 |
Harga sudah
sesuai dengan manfaat produk yang saya beli |
31 |
21 |
29 |
3 |
12 |
344 |
96 |
3.58 |
B |
8 |
Produk Alfamart pondok
indah 2 mampu memenuhi harapan
saya |
21 |
28 |
23 |
34 |
11 |
323 |
96 |
3.36 |
KB |
|
Jumlah |
52 |
49 |
52 |
29 |
23 |
667 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
27.1% |
25.5% |
27.1% |
8.3% |
12.0% |
100% |
|
3.47 |
B |
|
5. Sistem Pembayaran |
|||||||||
9 |
Sistem
pembayaran yang diterapkan oleh Alfamart pondok indah 2 sangat
memudahkan konsumen |
34 |
34 |
24 |
18 |
7 |
337 |
96 |
3.51 |
B |
10 |
Prosedur
pembayaran cepat dan tidak melalui prosedur berbelit-beli |
40 |
28 |
11 |
8 |
9 |
370 |
96 |
3.85 |
B |
|
Jumlah |
74 |
41 |
35 |
26 |
29 |
707 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
38.5% |
21.4% |
18.2% |
34.5% |
8.3% |
100% |
|
3.68 |
B |
|
TOTAL |
246 |
262 |
239 |
342 |
81 |
3340 |
960 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
25.6% |
27.3% |
24.9% |
34.8% |
8.4% |
100% |
Rata2 |
3.48 |
B |
Sumber: Data diolah,
2023
Berdasarkan
data pada tabel di atas, tanggapan responden atas pernyataan variabel harga diperoleh rata-rata
skor sebesar
3,48 dimana skor tersebut termasuk pada rentang skala 3,40-4,19 dengan kriteria setuju, artinya mayoritas responden
memberikan jawaban setuju.
Responden yang menjawab sangat
setuju (SS) sebanyak 25,6%, responden yang menjawab setuju (S) sebanyak 27,3%, namun responden yang
menjawab kurang setuju (KS) sebanyak 24,9%, responden yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 34,8%,
dan responden yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 8,4%.
2) Penilaian Responden Variabel Kualitas Pelayanan (X2)
Kriteria obyek
yang diteliti berdasarkan pada tanggapan responden
pada butir pertanyaan variabel kualitas pelayanan (X2) memperoleh jawaban yang beragam, yaitu sebagai berikut:
Jawaban
Responden Variabel Kualitas Pelayanan (X2)
No |
Pernyataan |
Kriteria Jawaban |
Total |
Jumlah |
Mean Skor |
Ket |
||||
SS |
S |
KS |
TS |
STS |
||||||
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
||||||
|
1. Tangible (Bukti langsung) |
|||||||||
1 |
Area minimarket
cukup luas dan memadai |
10 |
38 |
43 |
5 |
0 |
341 |
96 |
3.55 |
B |
2 |
Peralatan
penunjang yang digunakan lengkap |
9 |
32 |
41 |
14 |
0 |
324 |
96 |
3.38 |
KB |
|
Jumlah |
19 |
70 |
84 |
19 |
0 |
665 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
9.9% |
36.5% |
43.8% |
9.9% |
0.0% |
100% |
|
3.46 |
B |
|
2. Reliability (kehandalan) |
|||||||||
3 |
Petugas mampu
memberikan alternatif pilihan produk sesuai kebutuhan konsumen. |
9 |
41 |
46 |
0 |
0 |
347 |
96 |
3.61 |
B |
4 |
Petugas cukup akurat
dalam memberikan informasi kepada konsumen |
9 |
50 |
30 |
1 |
0 |
367 |
96 |
3.82 |
B |
|
Jumlah |
24 |
91 |
76 |
1 |
0 |
714 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
12.5% |
47.4% |
39.6% |
0.5% |
0.0% |
100% |
|
3.72 |
B |
|
3. Responsiveness (Responsif) |
|||||||||
5 |
Petugas mampu bertindak cekatan dan sigap dalam memberikan pelayanan konsumen |
24 |
42 |
30 |
0 |
0 |
378 |
96 |
3.94 |
B |
6 |
Petugas dapat
memberi solusi yang tepat atas
keluhan dari
konsumen |
10 |
48 |
36 |
2 |
0 |
354 |
96 |
3.69 |
B |
|
Jumlah |
34 |
90 |
66 |
2 |
0 |
732 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
17.7% |
46.9% |
34.4% |
1.0% |
0.0% |
100% |
|
3.81 |
B |
|
4. Assurance (Jaminan) |
|||||||||
7 |
Petugas mampu memberikan kepercayaan kepada konsumen |
21 |
48 |
27 |
0 |
0 |
378 |
96 |
3.94 |
B |
8 |
Petugas menanggapi dengan baik sesuai janji yang
diberikan |
23 |
40 |
33 |
0 |
0 |
374 |
96 |
3.90 |
B |
|
Jumlah |
44 |
88 |
60 |
0 |
0 |
752 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
22.9% |
45.8% |
31.3% |
0.0% |
0.0% |
100% |
|
3.92 |
B |
|
5. Perilaku
pasca pembelian |
|||||||||
9 |
Saya merasa puas setelah melakukan pembelian
di Alfamart pondok indah 2. |
21 |
42 |
29 |
4 |
0 |
368 |
96 |
3.83 |
B |
10 |
Saya memutuskan untuk melakukan pembelian
ulang di Alfamart pondok indah 2 |
10 |
35 |
47 |
4 |
0 |
339 |
96 |
3.53 |
B |
|
Jumlah |
31 |
77 |
76 |
8 |
0 |
707 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
29.1% |
40.1% |
39.6% |
4.2% |
0.0% |
100% |
|
3.68 |
B |
|
TOTAL |
92 |
429 |
362 |
30 |
0 |
3570 |
960 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
9.8% |
43.3% |
37.7% |
3.1% |
0.0% |
100% |
Rata2 |
3.72 |
B |
Sumber:
Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada tabel di atas, tanggapan responden atas pernyataan variabel kualitas pelayanan diperoleh
rata-rata skor sebesar 3,72 dimana skor tersebut termasuk pada rentang skala 3,40-4,19 dengan kriteria setuju, artinya mayoritas responden
memberikan jawaban setuju.
Responden yang menjawab sangat
setuju (SS) sebanyak 9,8%, responden yang
menjawab setuju (S) sebanyak 43,3%, namun responden yang menjawab kurang setuju (KS)
sebanyak 37,7%, responden yang
menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 3,1%, dan responden yang menjawab sangat tidak
setuju (STS) sebanyak 0,0%.
3)
Penilaian
Responden Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Kriteria obyek yang diteliti berdasarkan pada tanggapan responden pada
butir pertanyaan variabel keputusan pembelian (Y) memperoleh
jawaban yang beragam, yaitu sebagai berikut:
Jawaban
Responden Variabel Keputusan Pembelian (Y)
No |
Pernyataan |
Kriteria Jawaban |
Total |
Jumlah |
Mean Skor |
Ket |
||||
SS |
S |
KS |
TS |
STS |
||||||
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
||||||
|
1.
Tujuan dalam membeli produk |
|||||||||
1 |
Konsumen merasa Alfamart pondok
indah 2 berupaya memenuhi keinginan konsumen dengan baik |
3 |
37 |
47 |
9 |
0 |
322 |
96 |
3.35 |
KB |
2 |
Konsumen membeli produk Alfamart pondok indah 2 karena
adanya pengalaman yang positif |
18 |
57 |
21 |
0 |
0 |
381 |
96 |
3.97 |
B |
|
Jumlah |
21 |
94 |
68 |
9 |
0 |
703 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
10.9% |
49.0% |
35.4% |
4.7% |
0.0% |
100% |
|
3.66 |
B |
|
2. Proses perolehan informasi |
|||||||||
3 |
Konsumen mengenal Alfamart pondok indah 2 dari informasi konsumen lainnya |
5 |
35 |
50 |
4 |
2 |
325 |
96 |
3.39 |
KB |
4 |
Konsumen tidak mengalami
kesulitan dalam mencari produk Alfamart pondok
indah 2 dipasaran |
34 |
46 |
9 |
1 |
0 |
401 |
96 |
4.18 |
B |
|
Jumlah |
39 |
81 |
65 |
5 |
2 |
726 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
20.3% |
42.2% |
33.9% |
2.6% |
1.0% |
100% |
|
3.78 |
B |
|
3. Kemantapan pada produk |
|||||||||
5 |
Produk Alfamart pondok indah 2 sudah dikenal memiliki resiko yang kecil dan ketepatan pengadaan
yang baik |
18 |
43 |
35 |
0 |
0 |
367 |
96 |
3.82 |
B |
6 |
Konsumen berkomitmen untuk tidak berniat
membeli yang lain selain dari produk perusahaan |
7 |
49 |
40 |
0 |
0 |
351 |
96 |
3.66 |
B |
|
Jumlah |
25 |
92 |
75 |
0 |
0 |
718 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
34.0% |
47.9% |
39.1% |
0.0% |
0.0% |
100% |
|
3.74 |
B |
|
4. Keputusan Pembelian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Saya
memutuskan membeli di Alfamart pondok
indah 2 karena suasana yang nyaman. |
22 |
52 |
22 |
0 |
0 |
384 |
96 |
4.00 |
B |
8 |
Saya membeli produk Alfamart pondok indah 2 berdasarkan pengalaman orang lain. |
9 |
52 |
29 |
0 |
0 |
370 |
96 |
3.85 |
B |
|
Jumlah |
37 |
104 |
51 |
0 |
0 |
754 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
19.3% |
54.2% |
26.6% |
0.0% |
0.0% |
100% |
|
3.93 |
B |
|
5. Perilaku pasca pembelian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9 |
Saya merasa puas setelah melakukan pembelian di Alfamart pondok indah 2. |
26 |
50 |
20 |
0 |
0 |
390 |
96 |
4.06 |
B |
10 |
Saya memutuskan untuk melakukan pembelian ulang di Alfamart pondok indah 2 |
23 |
47 |
25 |
1 |
0 |
380 |
96 |
3.96 |
B |
|
Jumlah |
49 |
97 |
45 |
1 |
0 |
770 |
192 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
25.5% |
50.5% |
23.4% |
0.5% |
0.0% |
100% |
|
4.01 |
B |
|
TOTAL |
171 |
468 |
304 |
9 |
2 |
3671 |
960 |
Rata2 |
|
|
Persentase |
17.8% |
48.8% |
31.7% |
1.6% |
0.2% |
100% |
Rata2 |
3.82 |
B |
Sumber:
Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada tabel di atas, tanggapan responden
atas pernyataan variabel keputusan pembelian diperoleh rata-rata skor sebesar 3,82 dimana skor tersebut termasuk pada rentang
skala 3,40-4,19 dengan kriteria setuju, artinya mayoritas responden
memberikan jawaban setuju.
Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 17,8%, responden yang
menjawab setuju (S) sebanyak 48,8%, namun responden yang
menjawab kurang setuju (KS) sebanyak 31,7%, responden yang
menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1,6%, dan responden yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 0,2%.
4.2.2
Pengujian Instrumen Data
Penelitian
Pengujian
instrumen data diperlukan untuk mengetahui bahwa variabel yang diteliti
memiliki fungsi sebagai alat pembuktian meliputi uji validitas dan uji
reliabilitas.
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas dimaksudkan untuk menguji
pernyataan pada setiap butir pertanyaan pada kuesioner valid atau tidak. Untuk mengolah uji validitas, peneliti
menggunakan sofware SPSS Versi 26 dengan kriteria sebagai berikut:
a.
Jika nilai r hitung > r
tabel, maka instrumen dinyatakan valid.
b.
Jika nilai r hitung < r
tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.
Adapun hasil uji validitas
variabel harga, sebagai
berikut:
Hasil
Uji Validitas Variabel Harga (X1)
Kuesioner |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
|
1 |
Harga
produk yang ditetapkan Alfamart pondok indah 2 sangat terjangkau oleh
konsumen |
0.537 |
0.201 |
Valid |
2 |
Harga
produk yang ditetapka Alfamart podok indah 2 tidak terlalu mahal |
0.736 |
0.201 |
Valid |
3 |
Harga yang ditetapkan Alfamart
podok indah 2 sesuai dengan kualitas bahannya |
0.634 |
0.201 |
Valid |
4 |
Alfamart
podok indah 2 menyediakan berbagai macam produk
pilihan |
0.812 |
0.201 |
Valid |
5 |
Harga yang diberikan Alfamart
podok indah 2 mampu bersaing
dengan harga produk dari kompetitor |
0.766 |
0.201 |
Valid |
6 |
Harga yang diberikan sudah sesuai dengan harga di pasaran. |
0.728 |
0.201 |
Valid |
7 |
Harga sudah sesuai
dengan manfaat produk yang saya
beli |
0.490 |
0.201 |
Valid |
8 |
Produk
Alfamart podok indah 2 mampu
memenuhi harapan saya |
0.854 |
0.201 |
Valid |
9 |
Sistem pembayaran yang
diterapkan oleh Alfamart podok indah 2 sangat memudahkan
konsumen |
0.691 |
0.201 |
Valid |
10 |
Prosedur pembayaran
cepat dan tidak melalui prosedur berbelit-beli |
0.638 |
0.201 |
Valid |
Sumber: Data diolah,
2023
Berdasarkan
data pada tabel di atas, variabel harga (X1) diperoleh nilai r hitung > r tabel (0.201), dengan demikian maka
semua item kuesioner dinyatakan valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak
untuk diolah sebagai data penelitian.
Tabel 4.10
Hasil
Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan (X2)
No |
Kuesioner |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
1 |
Area minimarket Alfamart pondok
indah 2, sangat terjaga kebersihannya |
0.399 |
0.201 |
Valid |
2 |
Peralatan penunjang yang digunakan
lengkap |
0.418 |
0.201 |
Valid |
3 |
Petugas mampu memberikan alternatif pilihan produk sesuai kebutuhan konsumen |
0.325 |
0.201 |
Valid |
4 |
Petugas cukup akurat dalam memberikan
informasi kepada konsumen |
0.534 |
0.201 |
Valid |
5 |
Petugas mampu bertindak cekatan dan sigap dalam memberikan pelayanan konsumen |
0.693 |
0.201 |
Valid |
6 |
Petugas dapat memberi solusi yang tepat atas keluhan dari konsumen |
0.500 |
0.201 |
Valid |
7 |
Petugas mampu memberikan
kepercayaan kepada konsumen |
0.692 |
0.201 |
Valid |
8 |
Petugas menanggapi dengan baik
sesuai dengan janju yang diberikan |
0.738 |
0.201 |
Valid |
9 |
Petugas mampu melayani konsumen dengan cukup sabar |
0.734 |
0.201 |
Valid |
10 |
Petugas selalu memberikan prioritas
permintaan konsumen |
0.518 |
0.201 |
Valid |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
data pada tabel di atas, variabel kualitas pelayanan (X2) diperoleh nilai r hitung > r tabel (0.201), dengan demikian maka semua item
kuesioner dinyatakan valid. Untuk itu kuesioner yang
digunakan layak untuk diolah sebagai data penelitian.
Tabel 4.10
Hasil
Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian
(Y)
No |
Kuesioner |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
1 |
Konsumen merasa Alfamart pondok indah 2 berupaya
memenuhi keinginan konsumen dengan baik |
0.575 |
0.201 |
Valid |
2 |
Konsumen
membeli produk Alfamart pondok indah 2 karena adanya pengalaman yang positif |
0.638 |
0.201 |
Valid |
3 |
Konsumen mengenal Alfamart pondok indah 2 dari
informasi konsumen lainnya |
0.430 |
0.201 |
Valid |
4 |
Konsumen tidak mengalami
kesulitan dalam mencari produk Alfamart
pondok indah 2 dipasaran |
0.380 |
0.201 |
Valid |
5 |
Produk Alfamart pondok indah 2 sudah dikenal
memiliki resiko yang kecil dan ketepatan pengadaan yang baik |
0.405 |
0.201 |
Valid |
6 |
Konsumen berkomitmen untuk tidak
berniat membeli yang lain selain dari produk perusahaan |
0.425 |
0.201 |
Valid |
7 |
Saya
memutuskan membeli di Alfamart
pondok indah 2 karena suasana
yang nyaman |
0.723 |
0.201 |
Valid |
8 |
Saya
membeli produk Alfamart
pondok indah 2 berdasarkan
pengalaman orang lain. |
0.604 |
0.201 |
Valid |
9 |
Saya
merasa puas setelah melakukan pembelian di Alfamart pondok indah 2. |
0.563 |
0.201 |
Valid |
10 |
Saya
memutuskan untuk melakukan pembelian ulang di Alfamart pondok indah 2. |
0.417 |
0.201 |
Valid |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan data pada tabel di atas, variabel keputusan pembelian (Y) diperoleh nilai r hitung > r tabel (0.201), dengan demikian maka semua item kuesioner dinyatakan valid. Untuk itu
kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data penelitian.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk menguji suatu
kuesioner reliabel atau handal atau tidak. Menurut Ghozali (2018:47) “uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu”. Adapun kriteria atau ketentuan dalam memutuskan
pernyataan tersebut reliabel atau tidak, berikut ini untuk ketentuannya:
a.
Jika nilai cronbatch alpha >
0,600, maka instrumen reliabel.
b.
Jika nilai cronbatch alpha < 0,600, maka instrumen tidak reliabel.
Hasil uji
reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) for window Versi 26, yang hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil
Uji Reliabilitas
Variabel |
Cronbatch Alpha |
Standar Cronbatch Alpha |
Keterangan |
Harga (X1) |
0.875 |
0.600 |
Reliabel |
Kualitas Pelayanan (X2) |
0.752 |
0.600 |
Reliabel |
Keputusan Pembelian (Y) |
0.687 |
0.600 |
Reliabel |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, menunjukkan bahwa variabel harga
(X1), kualitas pelayanan (X2) dan
keputusan pembelian (Y) dinyatakan reliabel, hal itu dibuktikan dengan masing-masing variabel memiliki nilai cronbatch alpha lebih besar dari 0,600.
4.2.3
Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik
digunakan untuk mengetahui ketepatan data, atau keberartian hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen sehingga hasil analisis dapat
diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terhindar dari kelemahan-kelemahan yang terjadi karena
masih adanya gejala-gejala asumsi klasik atau layak atau tidak data yang dipakai
dilanjutkan sebagai data penelitian. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan program SPSS Versi 26.
Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang dilakukan adalah terdiri dari uji
normalitas, uji
multikolinearitas, uji
autokorelasi, uji
heterokedastisitas.
1.
Uji
Normalitas
Uji
normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak
normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Untuk memastikan asumsi bahwa
persamaan tersebut berdistribusi normal dilakukan melalui pendekatan alat ukur
perhitungan residual variabel dependen.
Uji
Normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Test dengan membandingkan antara nilai
signifikansi dengan 0,050 dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Jika significancy
> 0.050, maka data dinyatakan normal.
b.
Jika significancy
< 0.050, maka data dinyatakan tidak normal.
Adapun hasil uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
sebagai berikut:
Hasil
Uji Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Tests of Normality |
||||||
|
Kolmogorov-Smirnova |
Shapiro-Wilk |
||||
Statistic |
Df |
Sig. |
Statistic |
df |
Sig. |
|
Keputusan Pembelian (Y) |
.089 |
96 |
.056 |
.976 |
96 |
.071 |
a. Lilliefors Significance Correction |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel di atas,
diperoleh nilai signifikansi 0,056 > 0,050.
Dengan demikian maka asumsi distribusi
persamaan pada uji ini adalah normal.
Uji
normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan grafik probability plot dimana residual variabel dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik-titik
residual mengikuti arah garis diagonal, dan hal itu sesuai dengan hasil diagram
penyebaran yang diolah dengan SPSS Versi 26
seperti pada gambar dibawah ini:
Sumber: Data diolah, 2023
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot menunjukkan pola
grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal. Oleh karena ini dapat disimpulkan bahwa
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
a.
Jika nilai
VIF > 10 dan nilai tolerance value
> 1 maka terjadi gejala multikoliniearitas
b.
Jika nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance value
< 1 maka tidak terjadi gejala multikoliniearitas.
Adapun hasil uji dengan menggunakan SPSS Versi 26 sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Hasil Pengujian
Multikolinearitas
Coefficientsa |
||||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
Collinearity Statistics |
|||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
||||
1 |
(Constant) |
23.580 |
2.729 |
|
8.683 |
.000 |
|
|
Harga (X1) |
-.345 |
.030 |
-.322 |
-4.500 |
.000 |
.964 |
1.037 |
|
Kualitas Pelayanan (X2) |
.520 |
.062 |
.602 |
8.396 |
.000 |
.964 |
1.037 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil pengujian
multikolinieritas pada tabel di atas diperoleh nilai tolerance variabel harga sebesar 0,964 dan kualitas pelayanan sebesar 0,964 nilai tersebut kurang dari 1, dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) variabel harga sebesar 1,037 dan variabel kualitas pelayanan sebesar 1,037 nilai tersebut kurang dari 10. Dengan
demikian model regresi ini dinyatakan tidak ada gangguan multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan korelasi antar anggota sampel. Untuk mengetahui
adanya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan membandingkan antara
nilai Durbin-Watson dengan
kriteria atau pedoman dalam interpretasi. Adapun kriteria pedoman Uji Darbin-Watson (DW Test) yang menjadi acuannya adalah sebagai berikut ini:
Pedoman Interpretasi Uji Durbin-Watson
Kriteria |
Keterangan |
< 1,000 |
Ada gangguan autokorelasi |
1,100 – 1,550 |
Tanpa kesimpulan |
1,550
– 2,460 |
Tidak ada gangguan autokorelasi |
2,460 – 2,900 |
Tanpa kesimpulan |
> 2,900 |
Ada gangguan autokorelasi |
Sumber: Sugiyono (2019:184)
Adapun hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai
berikut:
Hasil Uji Autokorelasi Dengan
Durbin-Watson
Model Summaryb |
|||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Durbin-Watson |
1 |
.735a |
.540 |
.530 |
2.435 |
1.740 |
a.
Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan (X2), Harga (X1) |
|||||
b. Dependent
Variable: Keputusan Pembelian (Y) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, model
regresi ini tidak ada autokorelasi, hal ini dibuktikan dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1,740 yang
berada diantara interval 1.550 – 2.460.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser dimana hasil uji ini dapat
dilihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu
residual pengamatan ke pengamatan lain. Adapun ketentuan terjadi dan tidak
terjadi gangguan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
a.
Jika variabel independen (X) memiliki nilai signifikansi (Sig.) <
0,05, maka terjadi gangguan heteroskedastisitas.
b.
Jika variabel independent (X) memiliki nilai signifikansi (Sig.) >
0,05, maka tidak terjadi
gangguan heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16
Hasil Uji Heteroskesdastisitas Dengan Uji
Glejser
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
.505 |
1.719 |
|
.294 |
.770 |
Harga (X1) |
-.029 |
.019 |
-.088 |
-.844 |
.401 |
|
Kualitas Pelayanan (X2) |
.051 |
.039 |
.345 |
1.293 |
.199 |
|
a. Dependent Variable: RES2 |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, glejser test model pada variabel harga (X1) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,401 dan kualitas pelayanan (X2) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,199 dimana keduanya nilai
signifikansi (Sig.) > 0,05. Dengan demikian regression model pada data ini tidak ada gangguan
heteroskesdastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai sebagai data
penelitian.
Pengujian juga dapat dilakukan dengan melihat
grafik scatter plot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dan nilai residualnya (SRESID) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a.
Jika titik-titik membentuk pola tertentu seperti
gelombang besar melebar dan menyempit maka telah terjadi gangguan
heteroskedastisitas.
b.
Jika titik-titik menyebar tanpa membentuk pola
tertentu, maka tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji heteroskedastisitas
adalah
sebagai berikut
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
hasil gambar di
atas, titik-titik pada grafik scatter plot tidak mempunyai pola penyebaran yang jelas atau tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian disimpulkan
tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
model regresi ini layak dipakai sebagai data penelitian.
4.2.4
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif
dimaksudkan untuk mengetahui besaran pengaruh dan menganalisis signifikansi
dari perngaruh tersebut. Pada analisis ini dilakukan terhadap pengaruh dari 2
variabel bebas terhadap variabel terikat.
a.
Analisis
Regresi Linier
Uji regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y. Dalam
penelitian ini adalah harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) baik secara parsial maupun secara simultan. Berikut ini
hasil pengolahan regresi dengan
SPSS Versi 26, sebagai berikut
Hasil
Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian
(Y)
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
44.593 |
1.389 |
|
32.095 |
.000 |
Harga (X1) |
-.183 |
.039 |
-.437 |
-4.706 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian (Y) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
hasil pengujian pada
tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi Y = 44,593 - 0,183X1. Dari persamaan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a.
Nilai konstanta sebesar 44,593 diartikan bahwa jika variabel harga (X1) tidak ada maka telah terdapat nilai keputusan pembelian (Y) sebesar 44,593 point.
b.
Nilai koefisien regresi harga (X1)
sebesar -0,183 diartikan apabila
konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel kualitas pelayanan (X2), maka setiap peningkatan 1 unit pada variabel harga (X1) akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada keputusan pembelian (Y) sebesar -0,183 point.
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Variabel
Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
29.919 |
2.499 |
|
6.770 |
.000 |
Kualitas Pelayanan (X2) |
.573 |
.067 |
.663 |
8.583 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian (Y) |
Sumber: Data diolah,
2023
Berdasarkan
hasil pengujian pada
tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi Y = 29,919 + 0,573X2. Dari persamaan di atas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a.
Nilai konstanta sebesar 29,919 diartikan bahwa jika variabel kualitas pelayanan (X2) tidak ada, maka telah terdapat nilai keputusan pembelian (Y) sebesar 29,919 point.
b.
Nilai koefisien regresi kualitas pelayanan
(X2) sebesar 0,573 diartikan apabila
konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel harga (X1), maka setiap perubahan 1 unit pada variabel kualitas pelayanan (X2) akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada keputusan pembelian (Y) sebesar 0,573 point.
Hasil Uji
Regresi Berganda Variabel Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
23.580 |
2.729 |
|
8.683 |
.000 |
Harga (X1) |
-.345 |
.030 |
-.322 |
-4.500 |
.000 |
|
Kualitas Pelayanan (X2) |
.520 |
.062 |
.602 |
8.396 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian (Y) |
Sumber:
Data diolah, 2023
Berdasarkan
hasil pengujian pada
tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi Y = 23,580 - 0,345X1 + 0,520X2. Dari persamaan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Nilai konstanta sebesar 23,580 diartikan bahwa jika variabel harga (X1)
dan kualitas pelayanan (X2) tidak dipertimbangkan maka keputusan pembelian (Y) hanya
akan bernilai sebesar 23,580 point.
b.
Nilai harga
(X1) sebesar -0,345 nilai tersebut negative diartikan apabila konstanta tetap dan tidak ada perubahan
pada variabel kualitas pelayanan (X2), maka setiap kenaikan 1 unit pada variabel harga (X1)
akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada keputusan pembelian (Y) sebesar -0,345 point.
c.
Nilai kualitas
pelayanan (X2) sebesar 0,520 diartikan apabila
konstanta tetap dan tidak ada perubahan pada variabel harga (X1),
maka setiap perubahan 1 unit pada variabel kualitas pelayanan
(X2) akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada keputusan pembelian (Y) sebesar 0,520 point.
b. Analisis Koefisien Korelasi (r)
Analisis koefisien korelasi dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kekuatan hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Adapun dalam memberikan interpretasi hasil koefisien korelasi, dapat
berpedoman pada tabel berikut ini:
Tabel 4.20
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Nilai Koefisien Korelasi |
Tingkat Hubungan |
0,000 s/d 0,199 |
Sangat Rendah |
0,200 s/d 0,399 |
Rendah |
0,400 s/d 0,599 |
Sedang |
0,600 s/d 0,799 |
Kuat |
0,800 s/d 1,000 |
Sangat kuat |
Sumber: Sugiyono (2019:184)
Adapun hasil pengolahan data sebagai berikut:
Tabel
4.21
Hasil Uji Koefisien Korelasi Secara Parsial Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Correlationsb |
|||
|
Harga (X1) |
Keputusan Pembelian (Y) |
|
Harga
(X1) |
Pearson
Correlation |
1 |
-.437** |
Sig.
(2-tailed) |
|
.000 |
|
Keputusan
Pembelian (Y) |
Pearson
Correlation |
-.437** |
1 |
Sig.
(2-tailed) |
.000 |
|
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,437 dimana nilai tersebut berada pada interval 0,400–0,599 artinya variabel harga
secara parsial memiliki tingkat hubungan yang negatife sedang terhadap keputusan pembelian.
Tabel
4.22
Hasil Uji Koefisien Korelasi Secara Parsial Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Correlationsb |
|||
|
Kualitas Pelayanan (X2) |
Keputusan Pembelian (Y) |
|
Kualitas
Pelayanan (X2) |
Pearson
Correlation |
1 |
.663** |
Sig.
(2-tailed) |
|
.000 |
|
Keputusan
Pembelian (Y) |
Pearson
Correlation |
.663** |
1 |
Sig.
(2-tailed) |
.000 |
|
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di
atas, diperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,663 dimana nilai tersebut berada
pada interval 0,600-0,799 artinya variabel kualitas
pelayanan secara parsial memiliki tingkat hubungan yang kuat terhadap
keputusan pembelian.
Hasil Uji Koefisien Korelasi Secara Simultan Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.735a |
.540 |
.530 |
2.435 |
a. Predictors: (Constant), Kualitas
Pelayanan (X2), Harga (X1) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di
atas, diperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,735 dimana nilai tersebut berada pada interval 0,600-0,799
artinya variabel harga dan kualitas
pelayanan secara
bersama-sama mempunyai tingkat hubungan yang kuat terhadap keputusan pembelian.
c.
Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi dimaksudkan untuk
mengetahui persentase kekuatan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan), dalam
penelitian ini adalah variabel harga (X1) dan kualitas pelayanan
(X2) terhadap keputusan pembelian (Y). Berikut ini hasil perhitungan koefisien
determinasi yang diolah dengan program SPSS Versi 26, sebagai berikut:
Hasil Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial Harga (X1) Terhadap
Keputusan Pembelian (Y)
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.437a |
.191 |
.182 |
3.211 |
a. Predictors: (Constant), Harga
(X1) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, diperoleh
nilai koefisien determinasi sebesar 0,191 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel harga berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 19,1% sedangkan sisanya sebesar (100-19,1%)
= 80,9% dipengaruhi
oleh faktor
lain yang tidak dilakukan
penelitian.
Hasil Uji Koefisien Determinasi Secara Parsial Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.663a |
.439 |
.433 |
2.672 |
a. Predictors: (Constant), Kualitas
Pelayanan (X2) |
Sumber:
Data diolah, 2023
Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di atas,
diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,439 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 43,9% sedangkan sisanya sebesar (100-43,9%) = 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilakukan penelitian.
Hasil Uji Koefisien Determinasi Secara Simultan Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.735a |
.540 |
.530 |
2.435 |
a. Predictors: (Constant), Kualitas
Pelayanan (X2), Harga (X1) |
Sumber:
Data diolah, 2023
Berdasarkan pada hasil
pengujian pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,540 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel harga dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 54,0% sedangkan sisanya sebesar (100-54,0%) = 46,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilakukan penelitian.
d. Pengujian Hipotesis
a.
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis variabel harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2)
terhadap keputusan
pembelian (Y) dilakukan dengan uji t
(uji secara parsial). Dalam penelitian ini digunakan kriteria signifikansi 5%
(0,05) dengan cara membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel
yaitu dengan
kriteria sebagai berikut:
1)
Jika nilai t hitung < t tabel : berarti H0
diterima dan H1 ditolak
2)
Jika nilai t hitung > t tabel : berarti H0
ditolak dan H1 diterima
Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan
membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1)
Jika nilai signifikansi > 0,05, berarti H0
diterima dan H1 ditolak
2)
Jika nilai signifikansi < 0,05, berarti H0
ditolak dan H1 diterima
Adapun
untuk menentukan besarnya nilai t tabel dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
ttabel = tα.df (Taraf Alpha x Degree of Freedom)
α = tarif nyata 5%
df = (n-2), maka diperoleh (96-2) = 94, maka ttabel = 1,986
Kriteria
dikatakan signifikan jika nilai t hitung
> t tabel atau signifikansi < 0,05.
i.
Pengaruh
Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y).
Menentukan rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : ρ1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok
Indah 2, Jakarta Selatan.
H1 : ρ1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan harga
terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok
Indah 2, Jakarta Selatan.
Adapun hasil pengolahan data
menggunakan program SPSS Versi 26, dengan hasil sebagai berikut:
Hasil
Uji Hipotesis (Uji t) Variabel Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
44.593 |
1.389 |
|
32.095 |
.000 |
Harga (X1) |
-.183 |
.039 |
-.437 |
-4.706 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian (Y) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
pada hasil pengujian pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung > t tabel
atau (-4,706 > -1,986) Hal tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikansi < 0,050 atau (0,000 < 0,050). Dengan demikian maka H0 ditolak dan
H1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
(b)
Pengaruh Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Menentukan rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : ρ2=
0 Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan.
H2 : ρ2 ≠ 0 Terdapat
pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan.
Adapun
hasil pengolahan data menggunakan program SPSS Versi 26, dengan hasil sebagai
berikut:
Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Variabel Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
29.919 |
2.499 |
|
6.770 |
.000 |
Kualitas Pelayanan (X2) |
.573 |
.067 |
.663 |
8.583 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian (Y) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
pada hasil pengujian pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung > t tabel
atau (8,583 > 1,986). Hal
tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikansi < 0,050 atau (0,000 < 0,050). Dengan demikian maka H0 ditolak dan
H2 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan
terhadap keputusan
pembelian konsumen di
Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
b.
Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Untuk pengujian pengaruh variabel harga dan kualitas pelayanan
secara simultan terhadap keputusan pembelian dilakukan dengan uji
statistik F (uji simultan) dengan signifikansi 5%. Dalam penelitian ini
digunakan kriteria signifikansi 5% (0,05) yaitu membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel
dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Jika nilai F hitung < F tabel: berarti H0 diterima dan H3
ditolak
2)
Jika nilai F hitung > F tabel: berarti H0 ditolak dan H3
diterima
Pengujian hipotesis juga dapat dilakukan dengan
membandingkan antara nilai signifikansi dengan 0,05, dengan ketentuan sebagai
berikut:
4.1
Jika nilai signifikansi > 0,05, berarti H0
diterima dan H1 ditolak
4.2
Jika nilai signifikansi < 0,05, berarti H0
ditolak dan H1 diterima
Untuk
menentukan besarnya Ftabel
dicari dengan ketentuan df = (n-k-1), maka diperoleh (96-2-1) = 93, jadi Ftabel = 2,700
Kriteria
dikatakan signifikan jika nilai F hitung
> F tabel atau signifikansi < 0,050.
Rumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : ρ1,2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
H3 : ρ1,2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan harga dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
Hasil Uji Hipotesis (Uji F) Secara
Simultan Harga (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan
Pembelian (Y)
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
646.171 |
2 |
323.085 |
54.500 |
.000b |
Residual |
551.319 |
93 |
5.928 |
|
|
|
Total |
1197.490 |
95 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Keputusan
Pembelian (Y) |
||||||
b. Predictors: (Constant), Kualitas
Pelayanan (X2), Harga (X1) |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan pada hasil pengujian pada tabel di
atas diperoleh nilai F hitung
> F tabel atau (54,500 > 2,700), hal ini
juga diperkuat dengan signifikansi < 0,050 atau (0,000 < 0,050). Dengan demikian maka H0 ditolak dan
H3 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara harga dan kualitas
pelayanan secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
4.3
Pembahasan
Hasil Penelitian
4.3.1
Pembahasan Deskriptif
e.
Kondisi Jawaban Responden Atas Variabel
Harga
Total mean skor variabel harga
adalah sebesar 3,48 yang termasuk kategori baik. Berdasarkan rata-rata jawaban
responden, mayoritas merespon positif atas harga yang dilakukan. Berdasarkan
jawaban, sebanyak 25,6% memberikan jawaban sangat baik (SB), sebanyak 27,3% memberikan
jawaban baik (B), namun masih ada responden sebanyak 24,9% yang memberikan
jawaban kurang baik (KB), sebanyak 34,8% memberikan jawaban tidak baik (TB),
dan sebanyak 8,4% memberikan jawaban sangat tidak baik (STB).
f.
Kondisi Jawaban Responden Atas Variabel
Kualitas Pelayanan
Total mean skor variabel kualitas
pelayanan adalah sebesar 3,72 yang termasuk kategori baik. Berdasarkan
rata-rata jawaban responden, mayoritas merespon positif atas kualitas pelayanan
yang dilakukan. Berdasarkan jawaban, sebanyak 9,8% memberikan jawaban sangat
baik (SB), sebanyak 43,3% memberikan jawaban baik (B), namun masih ada
responden sebanyak 37,7% yang memberikan jawaban kurang baik (KB), sebanyak 3,1%
memberikan jawaban tidak baik (TB), dan sebanyak 0,0% memberikan jawaban sangat
tidak baik (STB).
g.
Kondisi Jawaban Responden Atas Variabel
Keputusan Pembelian
Total mean skor variabel keputusan
pembelian adalah sebesar 3,82 yang termasuk kategori baik. Berdasarkan
rata-rata jawaban responden, mayoritas merespon positif atas keputusan pembelian
yang dilakukan. Berdasarkan jawaban, sebanyak 17,8% memberikan jawaban sangat
baik (SB), sebanyak 48,8% memberikan jawaban baik (B), namun masih ada
responden sebanyak 31,7% yang memberikan jawaban kurang baik (KB), sebanyak 1,6%
memberikan jawaban tidak baik (TB), dan sebanyak 0,2% memberikan jawaban sangat
tidak baik (STB).
4.3.2
Pembahasan Kuantitatif
h.
Pengaruh Harga (X1)
Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Berdasarkan
hasil analisis, diperoleh nilai persamaan
regresi Y = 44,593 - 0,183X1, nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar -0,437 artinya kedua variabel mempunyai tingkat hubungan yang negative sedang . Nilai
determinasi atau kontribusi pengaruhnya sebesar 0,191 atau sebesar 19,1% sedangkan sisanya sebesar 80,9% dipengaruhi oleh
faktor lain. Uji hipotesis diperoleh nilai t hitung > t tabel atau (-4,706 > 1,986). Dengan demikian H0 ditolak
dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan harga
terhadap keputusan
pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
Hasil penelitian yang penulis
lakukan ini, mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Reni Yesi. S (2020) Pengaruh
Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Giant Supermarket Di Cikarang.
dimana
dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 36,3% dan uji hipotesis
diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Hasil penelitian
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung Tri Putranto
(2020) Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Indomaret Sudirman
Tangerang. dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 27,04% dan uji hipotesis diperoleh
nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
i.
Pengaruh Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian
(Y)
Berdasarkan
hasil pengujian, diperoleh nilai persamaan regresi Y = 29,919 + 0,573X2, nilai koefisien korelasi sebesar 0,663
artinya kedua variabel mempunyai
tingkat hubungan yang kuat. Nilai determinasi
atau kontribusi pengaruhnya sebesar 0,439 atau sebesar 43,9% sedangkan sisanya sebesar 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Uji hipotesis
diperoleh nilai t hitung > t
tabel atau (8,583
> 1,986). Dengan demikian H0
ditolak dan H2 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan kualitas
pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di
Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan.
Hasil penelitian
yang penulis lakukan ini, mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imam Sofyan Lubis, Ryan Ardiansah,
Kasmad (2021) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Krispy
Kreme Di Supermall Ciledug Tangerang, dimana dalam
penelitiannya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dengan kontribusi pengaruh
60,2% dan uji hipotesis diperoleh sig. 0,000 < 0,05
Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman (2021) Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Motor Kawasaki Pada PT Kawansakti
Adhisejahtera Bintaro Tangerang Selatan, dimana dalam
penelitiannya menghasilkan kesimpulan Kualitas pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
dengan kontribusi pengaruh 34,3% dan uji hipotesis diperoleh thitung >
ttabel (5,692 > 1,998)
j.
Pengaruh Harga (X1) Dan Kualitas Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian
(Y).
Berdasarkan hasil
penelitian, menunjukkan bahwa harga (X1) dan kualitas pelayanan
(X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dengan diperoleh
persamaan regresi Y = 23,580 + -0,345X1 + 0,520X2. Nlai koefisien korelasi atau tingkat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
diperoleh sebesar 0,735 artinya memiliki hubungan yang kuat. Nilai koefisien
determinasi atau kontribusi
pengaruhnya secara simutan sebesar 54,0% sedangkan sisanya sebesar 46,0% dipengaruhi oleh faktor lain. Uji hipotesis
diperoleh nilai F hitung
> Ftabel atau (54,500 > 2,700). Dengan demikian H0
ditolak dan H3 diterima. Artinya
terdapat
pengaruh yang signifikan secara simultan harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
Hasil
penelitian yang penulis lakukan ini, mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Pluto (2020) dengan judul pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap
keputusan pembelian pada PT. Bidadari, dimana dalam penelitiannya menghasilkan
kesimpulan bahwa harga dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan kontribusi pengaruh sebesar 55,7% dan uji
hipotesis diperoleh nilai F hitung > F tabel (40,444 > 3,198).
Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irmawan dkk (2022) Pengaruh Kualitas
Pelayanan Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada J. Co Donuts
& Coffee Di Bintaro Tangerang Selatan , dimana dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa kualitas pelayanan dan harga secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 57,1% dan uji
hipotesis diperoleh t hitung > t tabel (62,012 > 2,770).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis serta pembahasan
mengenai pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta Selatan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan diperoleh persamaan regresi
Y = 44,593 - 0,183X1, nilai korelasi sebesar -0,437 artinya kedua variabel memiliki tingkat hubungan negative yang sedang dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 19,1% dan uji hipotesis diperoleh t hitung > t
tabel atau (-4,706 > -1,986). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat
pengaruh yang signifikan harga terhadap keputusan pembelian
konsumen di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan.
2.
Kualitas pelayanan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan diperoleh persamaan regresi Y = 44,593 + 0,573X2, nilai korelasi sebesar 0,663 artinya kedua variabel memiliki tingkat hubungan yang kuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 43,9% dan uji hipotesis
diperoleh t hitung > t tabel atau (8,583 > 1,986). Dengan demikian maka H0 ditolak dan H2 diterima artinya terdapat pengaruh signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian
konsumen di Alfamart Pondok Indah
2, Jakarta Selatan.
3.
Harga dan kualitas pelayanan secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan diperoleh persamaan regresi Y = 23,580 - 0,345X1 + 0,520X2, nilai korelasi sebesar 0,735 artinya variabel bebas dengan variabel terikat memiliki tingkat hubungan yang kuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 54,0% sedangkan sisanya sebesar 46,0% dipengaruhi faktor lain. Uji hipotesis diperoleh nilai F hitung
> F tabel atau (54,500 > 2,700). Dengan
demikian maka H0 ditolak dan H3 diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan secara simultan harga dan kualitas pelayanan
terhadap keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2, Jakarta
Selatan.
5.2
Keterbatasan
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan saai ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2,
Jakarta Selatan dalam penelitian ini hanya terdiri
dari variabel bebas yaitu harga dan kualitas pelayanan,
sementara tentu masih banyak faktor lainnya yang turut serta memberikan
kontribusi.
2. Penelitian hanya memfokuskan pada keputusan pembelian konsumen di Alfamart Pondok Indah 2,
Jakarta Selatan.
3. Sampel yang digunakan hanya sebanyak
96 responden saja dan terkadang jawaban yang diberikan oleh responden bisa saja
masih kurang menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Untuk itu penelitian
selanjutnya alangkah lebih komprehensif lagi jika ditambahkan metode lain lagi
seperti wawancara sehingga lebih akurat maupun menambahkan variabel lainnya.
5.3
Saran
Berdasarkan pada
hasil kesimpulan di atas sebagai hasil penelitian, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Harga pernyataan yang paling lemah adalah nomor 2 yaitu Harga produk
yang ditetapka Alfamart Pondok Indah 2 tidak terlalu mahal, dimana hanya mencapai score sebesar 3,22. Untuk lebih baik lagi perusahaan harus memberikan harga yang benar-benar tidak terlalu mahal agar konsumen
tetap percaya dan tetap berbelanja di Alfamart ini.
2.
Kualitas
pelayanan pernyataan yang paling lemah adalah nomor 2 yaitu Peralatan yang
digunakan, dimana hanya mencapai score sebesar 3,38. Untuk lebih baik lagi
perusahaan harus menambahkan peralatan seperti
mesin kasir agar tidak terjadi antrian yang Panjang.
3. Keputusan pembelian pernyataan yang paling lemah adalah nomor 1 yaitu Konsumen merasa Alfamart pondok indah 2 berupaya memenuhi keinginan konsumen dengan baik, dimana hanya mencapai score sebesar 3,38. Untuk lebih baik lagi perusahaan harus memberikan produk yang bagus dan sesuai dengan kemasan agar konsumen tidak merasa kecewa dan kembali lagi untuk berbelanja.
Komentar
Posting Komentar